Bibit Supardi

Bibit Supardi, S.Pd., M.T. Lahir di Klaten, 14 Desember 1970, Alamat Gebang Barepan Cawas Klaten. Guru di SMAN 3 Klaten. Lulus Ikatan Dinas D3 UGM Pend. Fisik...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENULIS : PROFESI ATAU INVESTASI GURU

MENULIS : PROFESI ATAU INVESTASI GURU

MENULIS : PROFESI ATAU INVESTASI GURU

Oleh : Bibit Supardi, S.Pd., M.T*)

Banyak guru yang tidak bisa naik ke golongan IVb karena dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 025/O/1995 tentang petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, disebutkan bahwa bagi Guru Pembina sampai dengan Guru Utama untuk naik pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi diwajibkan mengumpulkan angka kredit dari pengembangan profesi sekurang-kurangnya 12 angka kredit, di samping angka kredit proses belajar mengajar atau bimbingan.

Dari persyaratan tersebut di atas itulah yang menyebabkan sebagian besar guru merasa kesulitan untuk dapat mengumpulkan sejumlah nilai tersebut, akibat dari tidak terpenuhinya angka kredit dari pengembangan profesi adalah guru tidak dapat naik pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi. Inilah fenomena yang terjadi bagi para guru yang akhirnya pasrah berhenti pada pangkat dan golongan ruang : Pembina, IVa.

Oleh karena itu, sudah saatnya para guru untuk memulai menulis apapun bentuknya ataupun jenis tulisan tersebut, karena menulis memiliki beberapa manfaat diantaranya : mengasah kepekaan, menambah cerdas (baik penulis maupun pembaca), memberikan warisan abadi (berupa karya), dan bisa populer jika tulisannya bestseller. Di samping menulis juga merupakan profesi tersendiri bagi guru tersebut, menulis juga akan dapat menghasilkan sebuah investasi yang besar (menambah penghasilan bahkan kaya) dan harapannya menjadi passive income, yang dikemudian hari tinggal menikmati hasil karya tulisannya tadi.

Menulis sebagai pengembangan profesi

Seseorang yang berprofesi sebagai seorang guru dituntut untuk memiliki 4 kompetensi, yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru memiliki kompetensi profesional adalah guru yang mempunyai kemampuan profesional yang mencakup penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu. Di samping itu juga mencakup penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, serta penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

Berdasarkan Keputusan Menteri tersebut di atas, maka mau tidak mau di kalangan para guru harus mulai membudayakan diri untuk menulis karya ilmiah/karya tulis supaya dirinya dapat naik pangkat/jabatan di atasnya. Menulis (writing) adalah bagian dari kegiatan yang sering kita lakukan setiap hari. Selain itu, menulis adalah bagian dari kegiatan komunikasi yang dilakukan menggunakan bahasa tulisan (writing), selain mendengar (listening), membaca (reading), dan berbicara (speaking).

Umumnya, kesulitan pertama yang dihadapi dalam membuat karya tulis bagi guru adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dengan bahasa yang baik dan benar. Meskipun bahasa Indonesia sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sering tidak mudah untuk mengungkapkannya, terlebih lagi bila penulis kurang memahami kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Menulis sebagai investasi

Untuk menjadi seorang penulis yang baik dan produktif ternyata tidak harus memiliki ijasah formal tertentu. Jadi siapa saja berhak menulis, khalayak umum sendiri yang akan menilai hasil tulisan kita. Agar bisa menjadi seorang penulis, bekal yang sangat dibutuhkan adalah skill/kemampuan dalam mengungkapkan hati dan pikiran lewat bahasa tulisan. Di samping bisa digunakan sebagai angka kredit pada pengembangan profesi bagi seorang guru, tulisan hasil karya kita yang telah dimuat, baik dimedia massa ataupun buku, dibaca banyak orang akan memberi sebuah kebanggaan tersendiri dan menulis juga akan menghasilkan keuntungan finansial dari apa yang ditulis, jika karya yang ditulis laku terjual keras.

Menjadi penulis masih menjadi cita-cita yang kesekian dibandingkan dengan cita-cita yang lain. Namun kenyataannya adalah seperti banyak profesi lain, profesi penulis juga menjanjikan kesuksesan dan juga materi, jika tahu cara menjalaninya. Beberapa contoh orang yang menjadi kaya dan populer lewat menulis, sebagai contoh : Habiburrahman El Shirazy/Kang Abik (Ayat-Ayat Cinta), sejak kali pertama terbit tahun 2004, dalam kurun waktu tiga tahun, Ayat-Ayat Cinta telah dicetak ulang sebanyak 400.000 eksemplar dan memberikan tambahan Rp 1,5 miliar ke pundi-pundi uang pengarangnya. Tidak kalah dahsyatnya Andrea Hirata (Laskar Pelangi), berkat karya pertamanya, Laskar Pelangi, penulis kelahiran Pulau Belitung ini telah mengantongi royalti hingga Rp 6 miliar (royalti itu hanya dari buku dan belum dari film).

Sekarang terbuka lebar, bahwa peluang ada di depan mata, tinggal kita mau memanfaatkan atau tidak. Hasil karya tulisan kita tidak hanya terpaku untuk pengembangan profesi semata, tetapi lebih jauh lagi ternyata dapat digunakan sebagai investasi. Memang dengan menulis seorang guru berpengharapan mendapatkan hasil investasi berupa passive income (penghasilan yang masuk tanpa harus bekerja) bagi penulisnya.

Agar tulisan kita dapat dimuat tanpa ada perbaikan ada beberapa tips yang harus diperhatikan sebelum mengirim ke media massa antara lain : tulisan harus cocok dengan visi dan misi media yang bersangkutan, harus ”up to date”, atau tidak mirip dengan tulisan yang pernah dimuat sebelumnya, disertai dengan data dan fakta akurat (tidak membingungkan), menggunakan kaidah jurnalistik, tidak terlalu sarat dengan opini, tidak berbau propaganda, atau tidak banyak teori yang melelahkan pembaca.

Bibit Supardi, S.Pd., M.T*) adalah Penulis Buku dan Guru SMA Negeri 3 Klaten.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menulis sebagai investasi, itulah kalimat motivasi buat kami, dihargai karena karya begitu y pak ....

29 Oct
Balas

Salam menulis Pak Saya setuju sekali bahwa guru juga harus bisa menulis Justru dengan menulis ..seorang guru akan terus hidup kekreatifannya yang mendukung sekali untuk pengembangan mentransfer ilmu ke siswa

28 Oct
Balas

Mohon bimbingan pak Bibit saya guru yang sudah IV a tinggal membukukan tulisan , apakah tulisan yang berupa reportase bisa dijadikan buku, repotase saya telah di muat di web kemenag jatim sekitar 175 judul dan di web kemenag kota surabaya ada 275 judul, kebetulan saya waka humas di MTs N III SUrabaya, bisakah tulisan itu saya pilah kemudian saya buat judul seperti ini Waka Humas di Era Digital.... misalnya....

28 Oct
Balas

Yang dinilai itu yang berupa buku pendidikan, atau artikel sesuai mapel diterbitkan tingkat propinsi pak...

29 Oct

Saya sependapat. Alhamdulillah saya sekarang sudah bisa naik ke IV b dengan karya tulis berupa PTK yang saya buat sendiri.

28 Oct
Balas

Matur nuwun bu.... Dengan menulis cepet naik pangkat/golongan dan dapat royalty

28 Oct
Balas

Betul bu..Guru Surga Karena Takwa, Mulia Karena Karya...

29 Oct
Balas



search

New Post