Aku adalah aku, tidak pernah kurang atau lebih

Tetapi terkadang aku melihat bapak, kemudian berpikir ingin menjadi sepertinya

Ya, aku benar-benar ingin

Tentang bagaimana daksanya yang ringkih

Tentang bagaimana matanya yang kabur terlihat memutih

Namun semangatnya selalu mengarang

Tekadnya kuat membuat hidup kasihnya cukup tak melarat

Pun wejangannya untuk anak-cucunya sungguh kiranya melekat

Hatinya juga murah, orangnya jenaka

Lagipula, siapa yang butuh kaya kalau dengan hadirnya saja sudah terasa merengkuh semesta ?

Saat aku berpaling dan melihat ibu, aku juga ingin menjadi sepertinya

Lembut dan bijak tuturnya

Parasnya tetap ayu, tak lapuk karena usia

Dia yang selalu menengahi ketika buah hatinya saling melukai

Dia yang serba bisa, bahkan bagi kami, dia terlihat seperti pesulap

Ibumu begitu juga kan, sayang?

Terkadang ketika petang datang, aku sibuk memikirkan kakang

Apa rasa ya jadi dirinya?

Dia yang tinggi gengsinya, namun tepat pilihannya

Dia juga yang paling perasa, namun sangat keras kepala

Dan yang terakhir ini, inginku tak luput dari menjadi si bontot Ya aku hanya ingin tahu saja, bagaimana rasanya menjadi, Yang setiap hari ditimang dan disayang

Yang pintanya selalu dituruti

Yang kalau-kalau dia menangis, aku dan kakang yang diinterogasi

Yang suka pipis di celana, tapi yang sepuh* yang didukani**

Menyenangkan bukan bila dibayangkan? Dirimu seperti menjadi inti rotasi alam ini

Ahhhhh

Tapi tidak, tidak sayang!

Aku sungguh cukup dengan porsiku

Aku cukup dengan kisahku

Bahagiaku dan tangisku, biar aku saja yang tahu

Biar juga inginku hanya sekedar ingin, garis hidupku bukan dijalan itu

Karena aku adalah aku

Pun mereka keluargaku, biarlah

Ya! Aku adalah aku, tidak kurang dan tidak lebih