Bandara Kuala Namu adalah titik kumpul kami peserta dari Sumatera Utara untuk mengikuti Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Walaupun kami belum pernah bertemu langsung tetapi kami telah bersapa melaui media sosial. Handphone adalah sarana kami untuk mementukan titik kumpul. Akhirnya aku bertemu dengan peserta dari Medan yang bernama Ibu Siti Kartiani yang berasal dari SD. Unggulan dari kota Medan. Beliau diantar suami dan seorang anak gadis. Kamipun bertegur sapa serasa sudah pernah bertemu sebelumnya. Dan jalinan silaturahmipun mulai terjalin. Kamipun begitu akrab bercengkrama dan saling memperkenalkan keluarga masing-masing.

Beberapa saat kemudian kamipun kedatangan seorang lagi teman yang berasal dari kota Medan juga. Seorang bapak dan diantar oleh istri dan 2 orang anak perempuan yang sangat lucu. Bapak ALM. Munawwar Hadi yang berasal dari SD Swasta Annizam . Pak Ustad sapaan beliau.Sapaan itu saya ketahui dari kepalasekolah saya yang kebetulan telah bertemu saat Perlombaan MUTU SEKOLAH yang diadakan di Kalimantan. Bapak yang baik hati. Yang telah memfasilitasi semua keperluan kami dari tiket sampai transportasi yang akan kami kendarai nantinya. Saat itu aku belum terbiasa dengan kenderaan online. Begitu juga ibu Kartiani. Dan alhamdulillah kami dipertemukan dengan orang yang sangat baik yaitu Bpk. ALM. Munawwar Hadi. Semua dia yang handdle. Apalagi saya belum pernah pelatihan jauh sampai di luar pulau. Pengalaman saya hanya sekali naik pesawat udara tahun 2007 saat ikut suami mengikuti perlombaan PORNAS di ibukota Jakarta. Terus terang sebenarnya saya takut untuk menaikinya. Tapi apa boleh buat, tak ada pilihan lain.

Saat itu peserta dari daerah Langkat tidak pergi bersama kami. Karena berbeda penerbangan. Keluarga kamipun melepas keberangkatan kami. Bismillah, semoga semuanya berjalan dengan lancar dan selamat sampai tujuan. Di dalam pesawat rasa deg-deg an mulai datang. Tapi karena saya lihat ibu di samping saya duduk dengan santainya akhirnya sayapun tenang. Mungkin ibu Siti sudah terbiasa naik turun pesawat. Dihidupkannya TV yang ada di hadapan. Sayapun mulai mengotak atik juga. Mau bertanya malu juga. Nanti nampak kali wong ndeso nya, hehee. Dan akhirnya aku mahir juga menggunakannya. Ada fasilitas Televisi di pesawat yang kami tumpangi. Pesawat Garuda Indonesia Airways pesawat yang kami tumpangi. Kami memang memesan tiket pesawat yang paling nyaman walaupun harganya 2 sampai 3 kali lebih mahal dari pesawat yang lain. Maklumlah biaya yang diperoleh dari Dinas (ABIDIN: Atas Biaya Dinas).

Pesawat menuju Bali yang kami tumpangi transit di Padang.. Kami hanya singgah 10 menit menunggu penumpang yang ikut bersama penerbangan kami. Cuaca hari itu sangat cerah sehingga hatiku agak adem. Tidak begitu khawatir. Setelah penumpang naik dan jadwal penerbanganpun telah tiba, pesawat kamipun berangkat menuju Denpasar Bali. Memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke sana. Kalu tidak salah hampir 3 jam lebih. Begitu lamanya di pesawat membuat hatiku menjadi tak karuan. Hatipun tak bisa dipungkiri, rasa takut mulai datang. Apalagi bila dilihat keluar yang ada hanya awan. Apalagi bila melewati awan hitam semua tampak gelap. Bila dilihat ke bawah tak ada daratan yang tampak.

Beberapa jam kemudian aku melihat ke bawah dan sudah terlihat daratan meskipun dari kejauhan. Hatikupun sedikit lega. Dan akhirnya kami sampai di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali. Alhamdulillah.

#ikutikelanjutannyadiharike4

#abaikankresek

#Harike3

#TantanganmenulisGurusiana