HALUS BUDIMU, NAK!
Setiap tahun seorang guru mengajarkan materi pelajaran yang sama. Namun pelaksaannya sendiri didalam kelas menjadi hal yang berbeda dan penuh dinamika. Setiap kelas memiliki ciri khas dan setiap anak memiliki keunikan tersendiri seperti kelas X yang saya ajari kemarin.
Saya adalah guru yang mengajar fisika, sebuah mata pelajaran yang cukup sulit menurut sebagian besar siswa. Namun saya selalu berusaha untuk membuat mata pelajaran ini mudah dipahami. Salah satunya adalah dengan membuat lembar soal sendiri yang saya rangkum dari berbagai sumber berbahasa Indonesia atau berbahasa Inggris. Harapannya, dengan soal beragam seperti itu bisa membuat siswa berpikir logis.
Biasanya lembar ini saya bagikan setiap tahun dengan revisi tertentu yang telah disesuaikan. Tahun ini saya bagikan kembali lembar soal tersebut ke kelas X IPA di kelas yang saya ajar. Namun ada satu hal unik yang saya dapati di kelas ini yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Adalah seorang siswi yang saya pilih secara random untuk menjawab soal. Soalnya sebagai berikut (hehe, belajar fisika sedikit nih) :
Seorang petani membawa sekantong wortel, seekor kelinci dan seekor anjing. Petani tersebut ingin menyeberangkan semua yang dibawanya melalui sebuah sungai selebar 100 m dengan mempergunakan sebuah perahu. Sayangnya, perahu yang ditumpangi tidak cukup untuk membawa semuanya sekaligus sehingga petani harus membawa sekantong wortel, seekor kelinci dan seekor anjing tersebut satu demi satu.
1. Ceritakan bagaimana proses yang harus dilakukan petani tersebut untuk dapat menyeberangkan semua yang dibawanya dengan selamat !
2. Berapa jarak yang telah ditempuh petani tersebut ?
3. Berapa perpindahan yang telah dilakukan petani tersebut ?
Agar soal tersebut cukup realistis, saya sediakan alat peraga sekedarnya sebagai perahu, petani, anjing dan wortel agar digunakan untuk simulasi soal tersebut.
Si siswi maju ke depan. Namun ketika sudah di depan ia hanya terdiam. Cukup lama saya harus bersabar untuk mendengarkan jawabannya. Tiga menit, lima menit, ia tetap terdiam. Saya berpikir si siswi hanya kurang pede, maka saya motivasi ia dan seluruh kelas bahwa semuanya harus pintar bercerita karena suatu hari nanti semua akan menjadi ayah dan ibu yang akan mendongeng untuk anaknya masing-masing.
Siswi tersebut mendengar, namun tampak jelas kegelisahan di wajahnya. Kembali lima menit terlewat. Sayapun memintanya untuk menunjuk teman yang dianggapnya bisa mengajarinya dengan jawaban yang benar. Ternyata ia memilih teman sebangkunya. Berdua mereka berdiskusi di depan kelas tapi dengan suara nyaris berbisik. Ketika saya mau mengingatkan agar waktu tak habis, bel istirahat berbunyi.
Sayapun menggelengkan kepala. Hal yang seperti ini selalu saja membuat pelajaran menjadi molor. Pelajaran akan dilanjutkan setelah istirahat dengan urutan, si teman sebangkunya menjawab duluan lalu dilanjutkan gilirannya si siswi ini untuk menjelaskan. Saya lalu menyuruhnya duduk. Sempat saya lihat raut kegelisahan masih terlukis di wajahnya.
Waktu istirahatpun usai. Saya kembali ke kelas tersebut. Setelah mengucap salam, kembali pembelajaran dilanjutkan. Si teman sebangku menjelaskan dengan lancar. Tibalah giliran si siswi. Iapun mulai menjelaskan dengan alat peraga.
"Pertama, petani membawa kelinci ke seberang sungai. Kemudian ia kembali dan menaikkan wortel ke perahu. Sampai di seberang ia meletakkan wortel dan membawa kembali kelinci ke perahu, kemudian dia kembali. Kelinci diletakkan dan HEWAN INI dinaikkan ke perahu."
"Anjing," teriak teman sekelasnya memberi tahu.
Si siswi terdiam. Tampak bibirnya hendak berkata namun tertahan. Tampak jelas perang batin bergejolak pada dirinya, mau mengucapkan kata itu, namun dirasa tabu. Tapi tidak mengucapkan, jalan cerita menjadi kurang jelas.
Masya Allah, saya terdiam memandanginya. Saya tidak berpikir sampai sedemikian dalam kata itu menjadi tabu baginya. Mungkin ayah dan ibunya sudah mengajarinya dengan baik sehingga membaca kata itu dalam konteks sains saja, bibirnya terasa kelu. Mungkin revisi tahun depan untuk lembar soal itu adalah kata anjing diganti dengan serigala. Masya Allah....
Si siswi memperhatikan wajah-wajah teman sekelasnya dengan ragu. Saya lalu menepuk pundaknya dan berkata, "Lanjutkan saja versimu!"
Iapun mengangguk.
"Kelinci diletakkan dan HEWAN INI dinaikkan ke perahu. Sampai diseberang, HEWAN INI diturunkan dan petani kembali. Terakhir, petani membawa kelinci dan semua bisa diseberangkan dengan selamat," ujarnya menutup cerita.
Teman sekelasnya bertepuk tangan memberikan applause untuk si siswi. Masya Allah...
Pembelajaranpun dilanjutkan dengan soal-soal berikutnya. Mungkin bagimu nak, belajar fisika adalah tentang alur berpikir dengan segala rumus-rumusnya. Namun bagi ibu, gurumu ini, hari ini ibu belajar menghargai bagaimana jiwa dan tingkah lakumu begitu halus hasil didikan orangtua dan guru-gurumu sebelumnya.
"Children have never been very good at listening to their elders, but they have never failed to imitate them."~ James Baldwin
"Anak-anak tidak pandai mendengarkan orang yang lebih tua, tetapi tidak pernah gagal meniru kelakuan mereka." ~ James Baldwin.
Tulisan telah dipublish juga di instagram penulis
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang bagus mengenai kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Penulisannya pun nyaris tanpa cela. Hanya ada kesalahan penulisan beberapa kata, yakni kata "didalam", "sekedarnya", "sayapun", "istirahatpun", "Iapun", dan "Pembelajaranpun". Seharusnya kata-kata tersebut ditulis "di dalam", "sekadarnya", "saya pun", "istirahat pun", "Ia pun", dan "Pembelsjaran pun". Semoga Bu Amel berkenan menerima koreksi ini.
Tulisan yang bagus mengenai kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Penulisannya pun nyaris tanpa cela. Hanya ada kesalahan penulisan pada beberapa kata, yakni kata "didalam", "sekedarnya", "sayapun", "istirahatpun", "Iapun", dan "Pembelajaranpun". Seharusnya kata-kata tersebut ditulis "di dalam", "sekadarnya", "saya pun", "istirahat pun", "Ia pun", dan "Pembelajaran pun". Semoga Bu Amel berkenan menerima koreksi ini.
Tulisan luar biasa membingkai cerita luar biasa, pesannya pun luar biasa. Sukses selalu dan barakallahu fiiik
Terima kasih, Pak, atas koreksinya
Salam kenal Bunda Amel guru berprestasi. Salam ta'zhim aku untuk Bu Amel. Tulisannya luar biasa, ribut dan kriuk. Kereeen