Sri Ayu Sipah

Alumni IPB dan Kepala MTs Darul Hikmah Subah di Kankemenag Kabupaten Batang. Belajar dan terus belajar dalam universitas kehidupan untuk berika...

Selengkapnya
Navigasi Web
Keputusan Pak Jamal

Keputusan Pak Jamal

Isya berlalu, musala kembali lengang. Tertinggal Pak Jamal dalam zikir panjangnya, kebiasaan yang sudah diketahui oleh banyak orang di kampungnya.

Pak Jamal beranjak berdiri, saat sesosok tubuh menghadangnya tepat di depan pintu musala, Haji Fauzan. “Pak Jamal, mohon berkenan. Kami tak ada pilihan lain” ucapnya sembari mengenggam tangan Pak Jamal. “Maaf, Pak Haji. Saya tidak bisa, terimakasih” pungkas Pak Jamal sambil senyum dan berlalu. Haji Fauzan memandangi punggung Pak Jamal yang berjalan menjauh sembari bergumam “ ini takdirmu, Pak Jamal. Tak bisa kau elakkan, tak ada orang lain”

Pak Jamal berjalan menunduk, sesekali menghela nafas panjang, nampak beban yang tidak ringan pada raut wajahnya. Membayang dalam ingatan, hampir tiga minggu ini, rumahnya selalu didatangi orang-orang kampung dengan maksud yang sama.

Firasat istrinya benar “Pak, ada banyak burung Prenjak berkicauan di sekeliling rumah, kita mungkin akan kedatangan banyak tamu” Ucap Bu Jamal saat mereka makan malam. “Ah, ibu ada-ada saja, rumah kita dikelilingi pohon buah, wajar saja jika banyak burung hinggap dan berkicau” jawab Pak Jamal sambil mencomot tempe goreng kesukaannya. Tetapi dalam hati Pak Jamal berpikir “sejak kapan burung berkicau seramai ini di rumahku?”

“Pak Jamal, kami datang atas nama warga untuk meminta bapak maju dalam pemilihan kepala desa” ucap Pak Dakir dengan berapi-api. “Benar, warga inginkan bapak yang memimpin desa ini” lanjut Kang Paidi tak kalah bersemangat.

“Kami siap bertaruh apa saja, untuk menangkan bapak dalam pemilihan!” Teguh, tokoh pemuda berdiri seraya kepalkan tangan. Riuh rendah suara dukungan dari kerumunan orang di ruang tamu. Dari balik kelambu, nampak Bu Jamal berdiri mematung sembari beristighfar “Jangan biarkan dia larut, Ya Allah”.

“Bagaimana, Pak? Kami menunggu jawaban” Pak Dakir memandangnya dengan gusar. “Masih banyak calon lain, saya tak merasa pantas” jawab Pak Jamal sambil tersenyum. “kami memilih bapak, bukan orang lain” tambah Kang Paidi.

Pak Jamal masih tersenyum “Saya hanya penggembala kambing, Kang Paidi” . “Pak Jamal seorang pemimpin besar, yang bersembunyi dalam kerendahan hati, ini untuk umat, ini untuk kemajuan desa kita. Pak Jamal harus mau” Haji Fauzan tegas nyatakan sikapnya. “Iya, Pak. Sudah ada bos besar yang siap mengucurkan dana, Pak Jamal tinggal duduk dan melihat, kami yang bergerak” Pak Parto ikut menimpali.

“Berikan saya waktu satu minggu untuk ambil keputusan” jawab Pak Jamal dengan tenang. Kerumunan warga membubarkan diri dengan perasaan berkecamuk.

Pak Jamal menatap wajah istrinya “Bu, pasti ibu sudah tahu apa yang ingin bapak bicarakan”. Bu Jamal tersenyum, dielusnya pungung tangan suaminya “Sudah, Pak. Kemarin Jeng Narni dan beberapa ibu jama’ah sudah ke sini”. “Ibu siap dengan keputusan ini” tanya Pak Jamal. “Sangat siap, sesiap ibu menerima bapak empat belas tahun lalu”. Jawab Bu Jamal dengan pipi memerah. Pak Jamal mengecup lembut kening istrinya, kemudian berlalu masuk ke ruang baca. “Kau lelaki surga, selalu ada Allah dalam keputusanmu, Pak” gumam Bu Jamal dalam doa.

Kerumunan warga tegang di ruang tamu. Pak Jamal beserta istri berdiri sampaikan keputusan yang dijanjikan. Pak Jamal menghela nafas panjang “Kami bersedia”. “Alhamdulillah...” suara berdengung bak lebah diiringi tepuk tangan gemuruh. “Tapi, ada syaratnya” wibawa suara Pak Jamal langsung heningkan suasana.

“Kami ingin memulainya dengan kejujuran dan mengakhirinya dengan cara yang sama” kata pembuka Pak Jamal. Warga saling berpandangan. Pak Jamal lanjutkan “Syarat pertama, tidak ada politik uang dalam pencalonan saya, jangan gadaikan suara warga, karena pemimpin adalah amanah bukan mencari kekuasaan”. Semakin berdengung kerumunan warga, karena lazim dalam pemilihan, ada bagi-bagi uang untuk mencari dukungan.

“Syarat kedua, tuliskan di bawah gambar saya, “Jangan pilih Pak Jamal, Jika anda anggap dia tidak amanah”. Semakin kebingungan warga, saling berbisik, dan berargumen dengan pendapatnya masing-masing. “Jika kedua syarat tersebut tak bisa dipenuhi, kami memilih mundur dari pencalonan ini” tenang suara Pak Jamal akhiri keputusannya.

Warga hening tak bersuara. Di sudut ruangan, Haji Fauzan mengusap matanya dengan ujung sorban, menangis dalam haru “Pak Jamal, kaulah pemimpin sesungguhnya”.

Cerpen didedikasikan penulis untuk galang gerakan anti politik uang. Jangan perjualbelikan suara rakyat !

Selamat datang di dunia literasi, dunia baca tulis kunci gerbang peradaban zaman, dunia buku tempat ilmu bertumpu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pilkades atau pil yang lainnya, sampai saat ini masih diwarnai dengan politik uang. Ini tantangan nyata yang harus kita hadapi untuk menegakkan demokrasi yang sesungguhnya. Semoga banyak orang seperti Pak Jamal di negeri ini.

20 Dec
Balas

Terimakasih, Bapak. Benar sekali, politik uang mengakar kuat dalam dalam setiap pemilihan calon pemimpin di level paling terendah sekalipun. Ibarat memutus rantai besi, dibutuhkan api yang panas dan tenaga yang besar. Semoga ada banyak Pak Jamal di negeri ini. Amin.

20 Dec

Wah saya membacanya merinding, apakah ada sosok pak Jamal tersebut, diwilayah saya pilkades masih mengunakan tolak ukur uang. Siapa pemberi uang paling besar pasti terpilih. Saat pemilihan orang berani nyalon karena banyak uang bukan karena leadership yang ok. Sehat, bagaia, dan sukses selalu. Barakallah.

21 Dec
Balas

Insyallah, Pak Mulya. Suatu hari nanti akan muncul sosok Pak Jamal sesungguhnya. Mereka yang luput dari media bahkan sorot kamera. Mereka yang tulus jadi pemimpin karena amanah. Kita, masyarakat yang mulai berbenah diri, untuk tak terpikat politik uang. Terimakasih, Pak Mulya.

21 Dec

Dilema Pak Jamal, tapi akhirnya keputusan luar biasa pun diambil. Cerita yang inspiratif bunda. Barakallah

20 Dec
Balas

Terimakasih, Ibu Dyahni. Alhamdulillah, doakan Pak Jamal tak goyah.

20 Dec

Jika demikian, saya juga pasti mendukung Pak Jamal. Politik uang yang selama ini telah melenakan rakyat, memang harus dibumihanguskan. Politik uang ini yang membuat sang wakil rakyat merasa tak perlu penuhi janji-janji kampanyenya. Karena merasa sudah membayarnya terlebih dahulu di depan. Praktik politik sehat yang berlandaskan Al Quran dan As Sunnah, harus Pak Jamal contohkan pada warga desanya. Dimulai dengan jujur demikian pula mengakhirinya.Jika Pak Jamal sudah memutuskan untuk memperjuangkan nasib rakyat, maka tawaran dari bos besar pun selayaknya ditolak. Majulah dengan bismillah, bersandar hanya pada Allah semata. Bukankah tawaran kucuran dana dari bos besar juga akan menjerat pada kesepakatan-kesepakatan yang akan mengikat juga? Majulah, Pak Jamal tanpa jerat kesepakatan dengan pihak manapun. Kesepakatan Pak Jamal hanya pada Allah, untuk memperjuangkan nasib rakyat. Be what you are. Majulah dengan apa adanya dirimu. Sekali lagi, bismillahi tawakkaltu alallah wa laahaula walaaquwwata illa billaah. Bu guru luar biasa. Selalu punya cerita yang lazim terjadi di masyarakat. Dikemas dengan bahasa yang renyah sehingga lahap menyantapnya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, bu guru.

20 Dec
Balas

Terimakasih, Ibu. Pak Jamal dalam dilema yang tidak mudah. Dukungan ibu akan kuatkan hati Pak Jamal untuk tak goyah. Kekuasaan bukan untuk diperebutkan, apalagi sebagai ajang taruhan. Kekuasaan adalah amanah yang menuntut ditunaikan. Tak sebatas keinginan semata. Politik uang tak akan sirna, manakala kita tak sadari bersama maknanya. Korupsi bermula dari hal kecil dan sederhana, sulit untuk mengurainya, karena selalu tampil dengan kemasan berbeda. Be what you are, it's rigt, just Allah in my way. Kesepakatan-kesepatakan hafus dinihilkan, karena akan memasung kepemimpinan Pak Jamal, akan pula tersandera setiap ambil keputusan. Jazakillah, Ibu. Teriringkan doa, semoga kaki lekas pulih dan kembali bisa berlari mengejar sang cucu tercantik Fahiana, Fahira, dan Dik Fahril nan ganteng.

20 Dec

Alhamdulillah, masih ada orang yang menolak untuk jadi pimpinan, padahal banyak orang yang berebut untuk itu. Alhamdulillah, ada orang yang menolak politik uang, padahal hampir di semua tempat, justru politik uang sudah jadi budaya. Tergetar hati mendengar jawaban Pak Jamal, betapa Pak Jamal sangat menjaga diri dari apa yang Rasul larang sebagaimana hadis Abu Musa riwayat Bukhari dalam hadis nomor 6616.Demikian Pak Jamal mampu melaksanakan pesan Rasul tentang larangan money politik, الراشي والمرتشي في النار Aku yakin dibalik laki-laki hebat seperti Pak Jamal tentu ada Bu Jamal yang luar biasa Sepertinya yang aku tahu, hanya ada dua orang yang seperti ini, menolak menjadi pimpinan bahkan ambisi untuk tidak menjadi pimpinab, salah satu Pak Jamal. Salam ta'zhim saya untuk Keluarga Pak Jamal yah Mbak Ayu. Sukses selalu dan barakallah, selalu ditunggu karyanya

20 Dec
Balas

Ups ada yang lupa, mushala atau musala yah

20 Dec

Terimakasih, Bunda Ropi. Hanya cerita sederhana tentang sosok Pak Jamal yang juga pribadi sederhana. Ketakutannya akan azab Allah jadikan dasar untuk sampaikan keputusan yang terasa aneh bagi sebagian besar orang. Insyaallah, mudah-mudahan ada banyak orang yang berpikir seperti Pak Jamal. Kekuasaan bukanlah gunung emas, tetapi gunung tanggungjawab yang harus ditunaikan. Bu Jamal hanyalah istri, tempat suaminya berbagi, tetapi mereka memiliki mimpi besar tuk tak larut dalam hedonisme dunia. Cukuplah Allah saja dan keluarga tempat mereka berbagi segalanya. Jazakillah, Bunda Ropi. Selalu ditunggu karya hebatnya, Bunda.

20 Dec

Ini luar biasa..Seandainya para pemimpin berpikiran seperti Pak Jamal..tentu negara ini akan dilimpahi keberkahan oleh-Nya...Sebuah kisah yang patut dibaca oleh orang yang mengaku sebagai wakil rakyat...Mantaps Bu Ayu..Semoga selalu sehat dan menginspirasi..Barakallah...

20 Dec
Balas

Amin. Doakan ya, Bu Rini. Semoga para wakli rakyat memahami ini, dan kita sebagai rakyatpun cerdas untuk memilih pemimpin yang berkualitas, bebas politik uang. Terimakasih, Ibu Rini.

20 Dec

Salah satu guru besar kita...Semoga muncul sosok seperti beliau meskipun saat ini banyak yg tertutup ranting dan dedaunan. Semoga suatu saat. Mksh, Bu cerpen keren dan hikmah di dalamnya. Sehat dan bahagia, Bu Ayu.

21 Dec
Balas

Amin. Pak Jamal mencontoh PaK Kasad, guru besar sesungguhnya. Semoga ranting dan dedaunan akan menghilang, tak menutupi lagi. Terimakasih, Bu Fila. Ditunggu cerita Bu Marni beserta keluarganya.

21 Dec

Pak Jamal sosok calon pemimpin yang diidamkan

20 Dec
Balas

Terimakasih, Bapak Repto Cholidin. Semoga akan bamyak sosok Pak Jamal di negeri ini. Selalu ditunggu karya-karya hebat Pak Repto.

20 Dec

MasyaaAlloh keren bu Ayu , untuk rakyat harus berani tolak segala bentuk politik yang berujung uang! Lantang suarakan TIDAK pada segala bentuk kecurangan pada sistem politik negeri ini demi terwujud Indonesia bersih dan bersahaja

21 Dec
Balas

Insyaallah, Bu Ratih. Kita bersama yang akan suarakan. Politik uang tak akan pernah terkikis habis, selama ada dua pihak yang sama-sama siap. Pemberi dan penerima. Katakan, tidak !

21 Dec

walau laksana burung pipit yang membawa air untuk memadamkan api yang membakar nabi Allah Ibrahim, yang penting ada niatan dan ada gerak usaha

20 Dec
Balas

Njih, Pak Warnoto. Laksana burung pipit itu. Insyaallah, aa niat baik dan usaha untuk hindari politik uang.

20 Dec

Pada dasarnya, sastrawan itu guru yang mengajarkan kebaikan dan kemuliaan kepada pembaca dan masyarakatnya. Tentu, sastrawan punya cara dan gaya yang khas, halus dan tidak tampak menggurui. Terima kasih, untuk cerpen yang menarik dan edukatif ini

21 Dec
Balas

Terimakasih, Bapak. Mohon bimbingannya untuk bisa menulis seperti yang bapak nasihatkan. Terimakasih atas perhatianbdan apresiasinya. Ayu selalu menunggu tulisan bapak Dr.Asep Nurjaman.

21 Dec



search

New Post