Sri Ayu Sipah

Alumni IPB dan Kepala MTs Darul Hikmah Subah di Kankemenag Kabupaten Batang. Belajar dan terus belajar dalam universitas kehidupan untuk berika...

Selengkapnya
Navigasi Web
Maria Jones dan Aisyah

Maria Jones dan Aisyah

Sedan Corolla hitam perlahan memasuki pelataran masjid kampus, sesosok tubuh semampai berbalut gamis biru muda turun dari balik kemudi. Berjalan anggun menuju tempat berwudhu. Sekelompok mahasiswi yang sedang menunggu kajian, serentak berdiri dan menyapanya dengan ramah “Assalamualaikum, Kak Aisy”. “Waalaikumussalam, Dik” jawab Aisyah dengan senyum menawan, semakin menambah pesona kecantikannya.

Didekatinya satu per satu, didekapnya dengan hangat adik kelas yang menantinya sejak jam 1 siang tadi, karena Aisyah harus ikuti mata kuliah kalkulus bersama Profesor Sofyan Kurniadi. Ba’da Ashar Aisyah beranjak keluar masjid, terlihat dari kejauhan sosok tubuh yang amat dikenalnya, berambut keriting sebahu, bercelana jeans dan berkaos putih, Maria Jones mahasiswi jurusan arsitektur.

“Hai, Sobat” teriak Maria dengan nyaring sembari lambaikan tangan. “Hai, apa kabar” jawab Aisyah tak kalah riang sembari ulurkan tangan bersalaman dan cipika cipiki. “Lama tak tampak batang hidungmu, kemana saja ?” tanya Aisyah sembari duduk.

“Aku musti pulang kemarin, ada acara pemberkatan pernikahan sepupu aku” Jawab Maria dengan senyum mengembang. “Robert juga ikut, sekalian ketemu calon mertua hehehe...”. Robert, mahasiswa manajemen, pacar Maria.

“Aisy, ajari aku materi kalkulus terakhir ya, aku tak masuk dua minggu, macam mana pula ujian nanti aku dapat E” kata Maria memelas. “Oke, tapi ada syaratnya, kamu ajari aku juga untuk selesaikan gambar desain kemarin, kamu khan jagonya” jawab Aisyah dengan renyah.

Beberapa pasang mata dengan jengah dan sinis menatap mereka dari kejauhan. Aisyah, gadis cantik nan cerdas, bintang kampus biru dengan balutan busana muslim, bercengkerama hangat dengan Maria Jones, sahabatnya yang mengenakan tanda salib pada kalungnya.

Bukan Aisyah tak tahu akan protes teman-temannya, bukan pula dia menutup telinga akan nasihat mereka yang menyayanginya. Maria Jones, sahabat pertamanya. Dipertemukan Allah di awal mereka menempuh pendidikan di kampus biru. Jembatan persahabatan terbentang di antara keduanya, tanpa memandang perbedaan yang ada. Didasarkan pada kesamaan cita-cita.

Aisyah dan Maria tak pernah bertukar akidah, maupun berdebat terkait keyakinan masing-masing. Aisyah dengan masjidnya dan Maria dengan gerejanya. Sama-sama menyembah Tuhan, dengan nama yang berbeda. Maria Jones amat menghormatinya dan tahu jelas batasan yang ada, bahkan sering meminta Aisyah menasihati Robert yang posesif.

“Kak Aisy, besok kajian fiqh nisa jam berapa?” tanya Sinta buyarkan lamunan Aisyah. “Insyaallah ba’da Ashar ya, Dik. Kak Aisy ada kuliah sampai sore” jawab Aisyah sambil tersenyum lembut. Corolla hitam kembali melaju pelan di jalanan kampus, terdengar dering notifikasi, pesan dari Maria “Aisy, lusa aku ikut jadi sukarelawan ke Lombok ya”. Menetes haru airmata Aisyah. Maria, kau memang bukan saudaraku seiman, tetapi kau saudaraku dalam kemanusiaan. Diinjaknya pedal gas lebih dalam, dan Corolla hitam tenang melaju dalam jalanan bergelombang.

Cerpen didedikasikan penulis untuk Indonesia. Hargai keragaman, hargai perbedaan, dan rajut indahnya kerukunan dalam Bhineka Tunggal Ika.

Selamat datang di dunia literasi. Dunia baca tulis kunci gerbang peradaban zaman. Dunia buku tempat ilmu bertumpu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah cerpennya mengangkat ke bhinekaan. Teringat saat SMP, SMA, dan Kuliah memiliki teman beda keyakinan yang tidak mempermasalahan perbedaan tersebut. Agama yach agama belajar yach belajar. Sangat menghargai satu sama lain. Sangat berbeda dengan kondisi kekinian terkadang ada yang membenci perbedaan. Padahal berbedaan adalah anugerah dari Allah Swt. Terima kasih atas cerpennya yang telah mengingakan tentang flural. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

13 Dec
Balas

Terimakasih, Pak Mulya. Benar sekali analisis Pak guru, di zaman dulu kita berteman memgabaikan perbedaan. Lebih mengutamakan pada persamaannya, sehingga tak muncul gesekan yang tak perlu dalam kehidupan. Miris, melihat kondisi terkini banyak terima akan takdir perbedaan yang ada, bahkan cenderung memaksakan orang lain untuk bertindak sesuai keinginannya.

13 Dec

Cerpen yang inspiratif, terima kasih bu Ayu. Barakallah

13 Dec
Balas

Matursembahsuwun, Bu Dyah. Taksih belajar menulis menika, Ibu.

13 Dec

Tulisan yang kutunggu - tunggu akhirnya datang juga...Mantap dan luar biasa, mengangkat keberagaman yang nyata dalam kehidupan, sebuah contoh persahabatan yang terbalut indah...terima kasih inspirasinya Bunda Ayu' ..kunanti dan kunanti tulisan Bunda Ayu' yang selalu menawan hati...sehat dan sukses Bund..barakallah

13 Dec
Balas

Terimakasih Bunda Marlupi, penulis produktif yang luar biasa. Bu Ayu belajar banyak dari tulisan Bunda Marlupi. Keragaman tak selalu harus diseragamkan, perbedaanpun tak selalu harus disamakan. Ada banyak cara dan celah tuk rangkai keragaman dan perbedaan dalam persaudaraan indah. Tak saling mengusik akidah, tak saling mencederai keyakinan, dan tak saling hujat akan perbedaan. Sekali lagi terimakasih Bunda Marlupi telah berkenan menanti. Kehormatan besar dinantikan oleh penulis ternama gurusiana.

13 Dec

Hal-hal seperti ini memang hanya bisa "dirasakan" oleh orang yang berada di dalam lingkungan yang heterogen. Lingkungan yang heterogen membuat kita menyadari tentang indahnya kebhinekaan. Pemahaman yang benar dan iman yang kuat akan ajaran agama masing-masing, pun menjadi faktor yang dangat mendukung dalam menerima dengan legowo akan artinya kebhinekaan. Alhamdulillah, kami di Medan yang heterogen, dapat melalui hari-hari dalam kebersamaan yang saling menjaga. Menjaga makna kebhinekaan dengan tidak melepas keyakinan akan kalam Allah "Laa kumdinukum waliyadiin". Jazakillah khoir untuk cerita manis di kampus birunya, Bu Guru. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

13 Dec
Balas

Alhamdulillah. Ibu bahkan sudah lakukan apa yang baru bisa Ayu tuliskan. Kehidupan heterogen menuntut kita bijak dalam mengambil sikap. Semakin dalam pemahaman agama, seyogyanya akan semakin lebar jembatan toleransi karena menyadari akan keimanannya pada agamanya masing-masing. Kalamullah sudah tegas jelaskan akan batasan-batasan akidah yang takboleh dicampur adukkan. Allah ciptakan kita dengan segala perbedaan dan keragamaman, agar kita saling menjaga, saling menerima, dan saling percaya. Bhineka Tunggal Ika tak hanya sebatas simbol semata, pendiri bangsa ini memikirkannya dengan matang sebelum menempatkannya sebagai semboyan bangsa. Terimakasih, Ibu.

13 Dec

Wow persahabatan tak terhalang apapun, karena rasa kemanusiaan itu tak mengenal siapapun, agama apapun, sesuai kondisi Nabi di Madinah, sepanjang tercipta damai, maka beda agama tak jadi penghalang. Sukses selalu dan barakallah

13 Dec
Balas

Terimakasih Bunda Ropi. Persahabatan terbentang antara dua hati, tak ungkap banyak perbedaan tetapi kentalkan dengan persamaan.

13 Dec

Jadi teringat sobat kental di SMA yang berbeda keyakinan namun kita saling menghormati satu sama lain....Mantaps Bu Ayu..Semoga selalu sehat dan menginspirasi..Barakallah..

13 Dec
Balas

Leres, Ibu Rini. Saling menghormati menjadi kunci pembuka pintu toleransi. Tak ada prasangka, tak ada curiga, dan tak ada saling memaksakan kehendak. Keragaman dan perbedaan adalah sunnatullah yang Allah tetapkan. Terimakasih, Ibu Rini.

13 Dec

Luar biasa! Untukmu agamamu dan untukku agama; dalam hal aqidah kita wajib memegang teguh prinsip ini. Namun dalam muamalah atau masalah dunia semisalnya hubungan antar tetangga, kerjasama dalam niaga dan perdagangan, gotong-royong dan pembangunan bangsa; perbedaan agama bukanlah jurang pemisah. Mantap cerpen mba Ayu. Sehat dan sukses terus mba Ayu. Barakallaah ❤

13 Dec
Balas

Terimakasih Bunda Numalia, untukku agamaku dan untukmu agamamu. Takkan tertukar, takkan saling ingkar, dan takkan pernah diperdebatkan. Dalam muamalah kita bisa lakukan segalanya bersama, untuk wujudkan bangsa baldatun toyibatun ghofur. Tetapi dalam akidah jelas tegaskan, ada batasan yang tak bisa dilanggar. Indahnya kebersamaan itu tercipta manakala kita siap menerima perbedaan dan bijak menyikapinya. Terimakasih, Bunda.

13 Dec

Mereka yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan. Rasa welas asih dalam kemanusiaan...Mksh, Bu Ayu tulisan indah dan bermakna. Sehat dan sukses untuk ibu dan sahabat...

13 Dec
Balas

Njih, Bu Fila. Mereka yang seiman adalah saudara dalam kemanusiaan. Allah ciptakan kita berbeda untuk saling menerima, saling melengkapi, dan saling membutuhkan. Tak usah ungkit perbedaan, tetapi mari kedepankan persamaan agar bijak dalam ambil keputusan persaudaraan.

13 Dec

Keragaman itu akan dihargai dan ditempatkan sebagai pelangi yang indah oleh hati yang jernih bening. Keyakinan akan agama sendiri akan semakin mengokohkan kepercayaan diri untuk menghargai keragaman

13 Dec
Balas

Terimakasih Bapak. Keyakinan akan agama sendirilah yang menjadi kunci untuk bisa menghargai keragaman. Semoga kita termasuk bagian dari yang bisa menghargai perebedaan dan keragaman tersebut.

14 Dec



search

New Post