Sri Ayu Sipah

Alumni IPB dan Kepala MTs Darul Hikmah Subah di Kankemenag Kabupaten Batang. Belajar dan terus belajar dalam universitas kehidupan untuk berika...

Selengkapnya
Navigasi Web
Petai Pemercik Cemburu

Petai Pemercik Cemburu

Waktu Isya telah berlalu, saatnya kami sekeluarga makan malam sebelum anak-anak mulai belajar. Doa dipimpin oleh lelaki surga kami, Ayah tercinta. Belumlah doa usai, terdengar ucapan salam dari pintu samping, suara perempuan, dan aku bisa menebak dari suaranya masih sangat muda.

Kak Ghaliyh beranjak dari meja makan, membuka pintu. Terdengar suara cukup jelas “Nuwun sewu Mas, leres niki dalemipun Pak Umar?”. “Njih leres” suara berat Kak Ghaliyh menjawab. “Titip kagem Bapak njih, saking Puti” terdengar lagi suaranya mendayu. “Njih, matursuwun” pungkas Kak Ghaliyh diiringi ucapan salam darinya.

Kami di meja makan beraktivitas seperti biasa, begitu pula Ayah, tak ada yang berbeda. Karena kedatangan tamu ataupun surat undangan adalah hal yang lumrah di kampung. Asumsiku mungkin tamu yang mengantar surat buat ayah.

Kak Ghaliyh kembali ke meja makan sambil berkata “Ayah, ada kiriman buat Ayah”, aku mendongak dan Ayahpun berdiri, “kiriman apa, Kak ?”. “Petai, dari Puti” Jawab kak Ghaliyh. Aku langsung berdiri dan berjalan ke ruang tengah, kaget bercampur su’udzon langsung bersemayam di hati. Petai dalam jumlah banyak sekitar 100 untaian seperti dalam pasar, teronggok manis di lantai.

Siapa Puti ? Aku tak mengenalnya, biasanya kiriman buah dan sayur dalam jumlah besar lebih sering dari Mbah Putri ataupun saudara kecuali di bulan kemarin. Ayah melihatku sambil tersenyum “alhamdulillah rejeki suami shalih” ujarnya dan berlalu kembali ke meja makan sambil membawa lima untai petai untuk lalapan. Aku tak lagi berselera makan malam, percik cemburu mulai bermunculan di hati, apalagi melihat ayah begitu lahap menikmati “Petai Puti”. Aku menahan untuk tak bertanya, khawatir mengganggu selera makan ayah, juga karena masih ada anak-anak di meja makan.

Tak sabar rasanya menunggu makan malam usai, ingin segera menginterogasi ayah tentang “petai Puti”. Ayah masih saja tersenyum, melangkah ke ruang tamu dan membaca koran yang tak sempat disentuhnya tadi pagi. Aku bergegas menyusul, dengan persiapan sederet pertanyaan seperti detektif Conan menyelidiki kasus bersama Ran.

Sekali lagi ayah tersenyum, seperti tahu apa maksudku. Belumlah sempat aku mengajukan pertanyaan, Ayah membuka dulu dengan kalimat “Mama, masih ingat waktu ada kiriman sekarung pisang dan mangga bulan lalu ?”, “iya, mama ingat, dari pak Haji Syi’ir, kenapa Yah?” jawabku. Lagi-lagi ayah tersenyum “nggak apa-apa, hanya tanya saja”. Aku langsung paham maksud ayah “tapi khan Ayah kenal pak Haji Syi’ir teman Mama, tak lebih” .ujarku membela diri. Ayah mendekat, dielusnya jari manis kananku, dimana terpasang cincin pernikahan kami. “Mama, saat ada kiriman buah kemarin, Ayah tak bertanya karena begitu percaya bahwa pak Haji Syi’ir sebatas mengagumi mama, menganggap mama teman baiknya saja” ucap ayah dalam helaan nafas panjang. Dengan lembut Ayah berkata kembali “sekarangpun sama, petai itu hanya bentuk kasih dan penghormatan pada kita, tetapi lewat Ayah, tak lebih juga”. “terus siapa Puti?” tanyaku mulai melunak. “Dia anggota baru di kantor, belum sempat Ayah kenalkan sama Mama, dia memberi petai karena dengar Mama sempat cerita sama Pak Maun kalo Ayah suka petai rebus dan semur jengkol, kebetulan tadi panen petai di kebunnya” urai Ayah panjang lebar.

Aku menunduk malu, bagaimana mungkin mengarungi bahtera 14 tahun bersama lelaki surga masih terpercik cemburu karena seonggok petai. Aku jadi teringat nasehat Ibu “Nduk, ditolak pemberiannya itu jauh lebih sakit daripada meminta tapi tak diberi”. Kucium tangan Ayah sampaikan maaf atas khilafku. Sekali lagi Ayah tersenyum dan melanjutkan membaca korannya.

Selamat datang di dunia literasi, dunia baca tulis kunci gerbang peradaban zaman, dunia buku tempat ilmu bertumpu

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tema tulisan petei berbingkai cumburu terhadap sang suami. Tulisannya sangat apik bunda. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

03 Dec
Balas

Terimakasih Pak Mulya, ditunggu ya tulisan hebat dari Pak Mulya.

03 Dec

Petainya begitu menggoda Bu Ayu. Tapi kenapa saya tetap tidak suka petai njih he he. Saya tidak pandai berkomentar, hanya satu komentar saya "Cemburu diperlukan dalam kehidupan rumah tangga itu artinya ada perhatian dari pasangan, pun cemburu yang disebabkan seonggok petal". Punten jika komentar saya tidak berbobot. Barakallah bunda.

03 Dec
Balas

Matursembahsuwun Ibu Dyah, komentar ingkang sae sanget. Njih, mugi raos cemburu menika minangka margi kagem baiti jannati.

03 Dec

"Nduk, ditolak pemberiannya itu lebih sakit daripada meminta tapi tak diberi". Meminta tapi tak diberi , hal yang biasa dan mental sudah disiapkan andaikata tidak medapat apa yang diminta. Tapi jarang orang bersiap-siap jika pemberiannya ditolak. Cemburu, tidak memandang lamanya waktu bersama. Selama rasa yang sakral itu ada di hati, cemburu akan selalu menghampiri. Tetapi bukan cemburu buta yang menghakimi. Cinta itu takkan berasa jika tidak dibubuhi bumbu cemburu. Waah...banyak juga tu petenya. Gambarnya memikat. Orang Medan paling doyan pete...hehehe. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru.

02 Dec
Balas

Terimakasih Ibu atas nasihatnya, insya Allah berusaha tetap menjaga agar rasa cemburu ini tetap ada pada kadar yang sewajarnya. Kalau petainya dikirimkan ke Medan kejauhan, keburu kering di perjalanan. Sekali lagi Jazakillah khoir Ibu ...,

02 Dec

Wowwww petai ternyata bisa buat makin romantis yah dan memantik cemburu mbak Ayu, hehehe. Sukses selalu dan barakallah

03 Dec
Balas

Masalahnya yang memberi daun muda Dik ..., jadi tensi cemburunya langsung naik. Nggaklah, hanya sebatas tabayyun dengan Ayah. Terimakasih ya atas perhatiannya.

03 Dec

Buanyaaak betul petainya Bu Ayu....Cemburu itu adakalanya diperlukan dalam sebuah pernikahan...Dengan adanya cemburu maka cinta akan menggelora kembali....Keywordnya sangat dalam maknanya..ditolak pemberiannya itu jauh lebih sakit daripada meminta tapi tak diberi...Barakallah Bu Ayu..

02 Dec
Balas

Njih Ibu Rini. Cobi caket kaliyan Panjenengan, kulo bagi mriku hehehe. Njih, matursembahsuwun Ibu Rini, cemburu memang menggelorakan cinta. Kagem mengingatkan diri sendiri akan arti sebuah pemberian, apapun bentuknya pasti sangat berharga, termasuk komentar Ibu Rini yang luar biasa.

03 Dec

Cemburu sedikit-sedikit tapi terus melejit pergi, bu. Memberi ditolak ada rasa ndak nyaman, bu. Terimakasih,goresan penuh makna agar selalu mawas diri. Sehat dan berkah utk bu Ayu dan sahabat...

03 Dec
Balas

Njih bu Fila, matursembahsuwun. Kagem mawas diri kersanipun ampun gampil su'udzon kaliyan garwo wonten dalem.

03 Dec



search

New Post