Bu Budi dan Sarung
Bu Budi dan Sarung
Batu, kota yang terkenal dengan hawa dinginnya, malam ini belum seberapa terasa. Biasa saja, badan tak perlu dibungkus dengan jaket tebal, atau leher dililit dengan syal bulu dan mengenakan kaos kaki. Malah ruang yang tertutup tanpa AC terasa gerah. Entah gerah oleh semangat peserta camp atau teriakan motivasi CEO dan Pimred Media Guru, saya tidak tahu.
Gedung Krakatau lantai dua, tempat kegiatan pertama kami terasa begitu meriah. Saya tidak pernah membayangkan camp pertama Media Guru ini bisa berlangsung seru. Seratus lima puluh dua guru dari berbagai pelosok tanah air berkumpul jadi satu. Dari Medan, Riau, Jakarta, Tangerang, Bekasi, Semarang, Tulungagung, Mojokerto, Madura, Surabaya, Banyuwangi, bahkan ada guru dari Papua yang nekat mendaftar jadi peserta. Apa yang terbayang di benak mereka? Umpama camp ini ada di Riau, saya akan berpikir seribu kali untuk mengikuti. Tapi mereka yang berasal dari luar Jawa antusias mengikutinya. Niat untuk belajar kata mereka. Magnet Media Guru memang luar biasa.
Gedung P4TK tempat pertemuan ini terasa spesial sekali. Lokasi yang dipilih rasanya terlalu mewah dibanding biaya yang harus kami keluarkan. Spesialnya lagi, letaknya dikepung tempat yang spesial juga. Depan Arhanud, sebelah kiri makam. Kalau saya terjemahkan, selama tiga hari kami dijaga aparat agar aman dan selamat mencari ilmu untuk bekal mmembangun rumah masa depan yang berada di lokasi sebelah kiri gedung ini.
Acara pembukaan sudah berlangsung sore tadi. Sambutan yang ramah dari Bapak Muhajir TE (tanpa Efendi), kepala P4TK membuat kami para guru merasa tersanjung disebut guru pembelajar, calon penulis terkenal...ada bangga terselip di dada. Tulus saya berdoa semoga acara ini lancar terlaksana diberi sehat untuk kami para peserta dan panitia. Dan terkabul doa kami untuk meraih sukses menjadi guru penulis. Agar sukses dunia akhirat mampu diraih anak-anak kami di sekolah.
Sesi pertama malam ini tidak kalah meriah dari acara pembukaan sore tadi. Peserta serius dan antusias sekali. Dua puluh menit kemudian, dada ini bergetar sebab kaget tidak menyangka.
“Malam ini saya perkenalkan satu guru yang sudah menrbitkan empat buku melalui Pustaka Media Guru. Ini dia Bu Budi...” masaya Allah...belum apa-apa sudah “distrap” berdiri di depan peserta. Walah, mau ngomong apa ini? Tapi setelah duduk di sebelah Mas Eko Prasetyo (Pimred MG), malah hilang rasa deg-degan yang sempat sekilas mampir tadi. Yang muncul malah rasa ingin menggoda para peserta yang serius menyimak apa yang akan saya sampaikan. Kebiasaan lama, setiap melihat orang serius, pasti timbul keinginan untuk menjahili haaaa...
Saya sampaikan mengapa saya tertarik mengikuti camp (sok serius). Diantaranya, selain untuk menambah ilmu, dan pasti dapat satu buku, di arena camp inilah saya bisa istirahat total. Istirahat dari rutinitas harian, jadi ada selingan... Biasanya jam-jam seperti ini saya upacara, upacara penyambutan suami datang. Beberapa menit kemudian akan ada teriakan dari kamar mandi,”Ma, handuk...” dikira handuk itu ada kakinya...hahaha....
Lebih seru lagi ketika saya sampaikan salah satu artikel dalam buku saya. Buku ke-enam ini inspirasinya dari pengalaman pribadi, teman dan saudara. Saya kemas menjadi cerita menarik yang sarat pembelajaran berharga bagi kita. Salah satunya saya beri judul,”Sarung Penyelamat.”
Pengalaman ini terjadi sekitar lima belas tahun usia perkawinan kami. Hanya sekali itu kami bertengkar hebat selama kami menikah. Dan semoga ini juga yang terakhir. Didahului acara diam-diaman selama tiga hari. Malam itu seperti kesetanan saya beteriak tanpa suara, karena takut terdengar oleh anak. Saya pukuli sampai puas, beliau diam melihat juga tanpa suara. Beberapa saat kemudian lemas saya terduduk di pojok ruangan.
Tiba-tiba suami berdiri menyambar sarung di atas kasur, mengikat bagian bawah dengan karet gelang. Dan isi almari ditarik kasar, dijejal-jejalkan. Semua pakaiannya masuk, tidak ada yang tersisa. Kemudian bagian atas diikat seperti bagian bawah tadi. Sarung menggelembung tadi diangkat, dibawa di atas punggung, berjalan mengambil tangan saya, mengajak bersalaman, “Aku pulang saja. Di sini kamu marahi terus.” Katanya pelan. Beberapa saat saya bingung tidak mengerti apa maunya. Kemudian, pecah tawa kami berdua...masya Allah...catiknya cara Tuhan menyelamatkan kami. Andai sarung tidak kami miliki, mungkin talak satu sudah terjadi.
Sejak malam itu sarung menjadi “Tranding Topic” di camp ini. Luar biasa, nuansanya menguarkan semangat kekeluargaan yang membuat peserta makin akrap. Empat kali saya ikut camp serupa di luar MG, tetapi belum pernah saya merasakan suasana seperti dalam MG ini...
Tiga hari yang membuat bahagia bagi kami, penulis pemula. Semoga pengorbanan panitia mendapat balasan kemudahan dan kemuliaan segala urusannya di dunia dan akhirat. Camp yang benar-benar membuat semangat menulis berkobar luar biasa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bu Budi akhirnya menulis di gurusiana. Selamat bu luar biasa. Semoga terus berkarya, menghasilkan banyak buku. Oyaa terima kasih atas Buku gratisnya Sukses Acara Tanpa EO
Top markotop deh bu Budi
Saya bangga dan bersyukur bisa kenal dengan Bu Budi di MWC Batu, walau hanya sebentar saja... Alhamdulillah Ibu sangat menginspirasi...
Saya bangga dan bersyukur bisa kenal dengan Bu Budi di MWC Batu, walau hanya sebentar saja... Alhamdulillah Ibu sangat menginspirasi...
Saya bangga dan bersyukur bisa kenal dengan Bu Budi di MWC Batu, walau hanya sebentar saja... Alhamdulillah Ibu sangat menginspirasi...
Saya bangga dan bersyukur bisa kenal dengan Bu Budi di MWC Batu, walau hanya sebentar saja... Alhamdulillah Ibu sangat menginspirasi...
Saya bangga dan bersyukur bisa kenal dengan Bu Budi di MWC Batu, walau hanya sebentar saja... Alhamdulillah Ibu sangat menginspirasi...
mantap, lanjutkan bu... bukan betengkarnya bu.. karyanya sukses dunia akhirat
Saya sampai melongo mendengar isi cerita "SARUNG". Luar Biasa... Mampu membakar semangat saya untuk menulis. Terima kasih Bu Budi, benar-benar Kompor Gas
Keren Buuu...
Keren Buuu...
Hemmmm....apply jadi murid bund.❤ you.