KELUCUAN SETELAH TARAWEH

#gurusiana# T ke 20

Seperti malam- malam sebelumnya pelaksanaan sholat Tarawih tetap diadakan dirumah. Malam ini sholat diimami oleh ananda yang nomor tiga, Usianya sudah 15 tahun . Selesai pelaksanaan sholat diawali dengan evaluasi oleh Papanya. Setelah itu Papanya teringat kisah lucu saat masih belajar di MTs di kampungnya Riau.

“Setiap malam Romadhan semua anak- anak bujang (remaja) tidur di Mesjid. Setelah pelaksanaan sholat tarawih semua remaja itu selalu latihan silat yang di pandu oleh guru silat yang dipercaya di kampungnya. Selesai latihan silat karena kecapaian beliau lansung tertidur. Tepat jam 12 malam ia dibangunkan oleh rakan-rekannya: “ Bangun bangun, sahur- sahur!” Beliau kaget lansung bergegas bangun teringat malam itu ia ditugaskan membunyikan kentong yaitu suatu alat yang dipukul terbuat dari bambu yang dikeringkan gunanya membangunkan masyarakat untuk melaksanakan makan sahurdan sholat subuh. Dengan penuh tanggung jawab kentong sahur itu segera dibunyikan. Rekan- rekannya semua tertawa karena hari masih menunjukkan jam 12 malam belum seharusnya kentong sahur dibunyikan. Yang paling memalukan tidak berapa lama muncullah Imam mesjid yang datang marah- marah dengan kelakuan Papa dan rekan- rekan. Sebagai sangsi besok malamnya papa tidak boleh tidur dimesjid hingga dua hari kedepan”. Mendengar cerita itu anak-anak semua tertawa , ternyata papanya sempat di buli oleh teman-temannya.

Tiba pula saatnya penulis dituntut anak- anak menceritakan pengalaman yang berkesan juga. Penulis mulai berpikir, hingga teringatlah sebuah kisah ketika penulis masih berusia lebih kurang 9 tahun, waktu itu disamping rumah almarhumah ibu ada kebun yang cukup luas , ditengah- tengah kebun ditanami pohon cengkeh. Ketika itu Paman penulis sedang menebang pohon kelapa dengan beberapa paman lainnya. Penulis mencoba naik memanjat pohon cengkeh untuk sekedar bermain-main. Tiba-tiba adik penulis yang berusia 5 tahun juga merengek ingin naik keatas pohon tersebut. Akhirnya penulis turun dan menggendong adik untuk bisa manjat hingga mendorong pantatnya agar sampai diatas ranting pohon untuk berpijak. Setelah adik mendapat pegangan dan sudah hampir duduk diatas ranting paling besar lalu penulis lepaskan . Ternyata adik jatuh hingga tidak bisa bernafas. Penulis ketakutan luar biasa sambil menangis menekan- nekan tubuh adik dan membolak- balik tubuhnya hingga bisa bernafas. Namun belum berhasil. Paman yang melihat kejadian itu lansung berlari mendekati dan membolak balik tubuh adik hingga akhirnya tangisnya mulai terdengar . Setelah itu paman lansung memarahi penulis mengambil ranting pohon memukul kaki penulis karena telah mencelakakan adik. Mendengar cerita itu semua anak- anak penulis tertawa terpingkal- pingkal. Hingga si kecil yang baru berusia 5 tahun sampai berlarian diatas rumah mengingat mamanya pernah dapat pukulan dengan ranting pohon.

Sekarang tibalah giliran Si abang yang bercerita. Ia mulai mengambil ancang- ancang untuk bercerita. Ia ingat ketika masih di Sekolah Aliyah pada jam istirahat, ia bertiga dengan rekannya hendak membeli Bakso yang biasa parkir di samping aula Madrasah. Setelah sampai disana mulai pesan bakso yang dibungkus oleh pedagang bakso tersebut. Selesai menbayar mereka mengambil posisi tempat duduk di depan aula kampus. Salah seorang rekannya tidak sabaran hendak memakan bakso tersebut dengan cara melobangi bagian bawah plastik bungkusan. Ketika ia memegang dan mulai menggigit bagian bawah plastik ternyata ikatan plantiknya tidak kuat hingga semua bakso tumpah jatuh mengenai celana dan sepatunya. Si abang dan rekan- rekan yang melihat lainnya ikut tertawa dan mencandai . kasihan- kasihan. Kami yang mendengar cerita si abang juga tertawa geli.

Tibalah saat si kecil di minta kakak- kakaknya untuk bercerita . Tanpa kami duga Ia mulai bercerita: “ Tadi uk uk Adek ( buang air besarnya) seperti huruf d “. Mendengar itu seisi rumah begitu riuh dengan tawa hingga lupa hari sudah mendekati tengah malam.

#ramadhandalamkebersamaan#

#ibadahdirumahsaja#

#H+2#