Budi Hanif

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kebesaran Tuhan

Kebesaran Tuhan

Tiada yang akan menyangka dan tiada satu pun manusia bisa menprediksi keadaan yang akan terjadi dalam kehidupannya ke depan , dan tidak akan ada diantara kita manusia mengharapkan anak terlahir dalam keadaan kekurangan baik fisik maupun mentalnya. Ikuti ceritanya dalam perjalanan soreku hari ini.

Membeli alas kaki itulah tujuanku. Alas kaki yang akan ditempatkan di depan salah satu kamar mandi di rumah yang baru saja kami beli yang menyebabkan aku berangkat mengendarai roda dua bersama salah seorang anakku. Perjalanan sore yang biasanya begitu ramai lalu lalang kendaraan untuk membeli berbagai keperluan atau hanya sekedar untuk mencari jajanan sore. Namun perjalananku sore ini begitu lengang dari hilir mudik kendaraan dan manusia , berarti himbauan pemerintah benar- benar terealisasi di sebagian tempat, mudah2an ini pertanda baik terhadap meminimalisir berkembang dan berjangkitnya wabah yang sangat menakutkan kita semua Covic 19 yang telah memakan korban ratusan ribu di berbagai belahan dunia.

Sesampainya di suatu kedai yang dituju, aku dikagetkan dengan apa yang diperhatikan anak gadis kecilku. Ketika aku memegang tangannya untuk beriringan jalan denganku ia tetap tertegun menatap pemandangan yang aku sendiri juga kaget luar biasa entah kenapa kali ini aliran hangat mengalir disekujur tubuhku menyebabkan nafas pun tidak stabil ku rasakan, karena ketertegunan si kecil yang baru berumur 5 tahun .

Perasaan hiba yang mendalam terlihat di wajahnya. Di sudut kedai, berdiri seorang anak kecil yang diperkirakan baru berumur 4 tahunan. Tangan kirinya putus sebatas bahu sementara jari- jari tangan kananpun tidak sempurna , Lama sikecilku tertegun hingga aku cepat –cepat membantu mengontrol emosinya,

“ Kenapa, Nak? Kasihan menengok adek? Ngak ada tangan adeknya sebelah , Nak? “

“ Ndak ada, Ma. Kenapa tangan Adek tu ndak ada, Ma? “

“Entahlah, Nak, mungkin tangan Adek tu sudah begitu semenjak lahirnya. “ Ucapku sekedar menjawab berbagai pertanyaan dan rasa ingin tahu yang ada dalam pikirannya. “ Nantilah ya , Nak! kita bicarakan , Mama mau belanja dulu”

Matanya terus memperhatikan pemandangan didepannya,sementara anak kecil itu terus juga menatap anakku , apakah Dia paham apa yang menyebabkan tatapan itu tetap kepadanya?. Sementara aku sendiri juga diselimuti dengan rasa kesyukuran yang bercampur kesedihan melihat pemandangan ini. Tanpa terasa dadaku dan getaran bibir melafazkan kalimat zikir yang bercampur rasa haru biru , istighfar istighfar sebagai rasa mohon ampun kepada Alloh dan kalimat Hamdallah sebagai rasa syukur ujian itu tidak di berikanNya kepadaku. Semoga Orang tuanya diberi kekuatan, kesabaran dan pahala yang akan meninggikan derajatnya.

Sepanjang perjalanan puluhan pertanyaan anakku yang musti dengan cerdas aku menjawabnya. Bahkan ada satu pertanyaan yang membutuhkan kedalaman Tauhid

“ Kenapa Alloh tidak beri dia tangan satu lagi, Ma?. “ Aku hanya bisa menjawab: “Mama juga tidak tahu, Nak , kenapa?, tentu Alloh punya maksud. Mungkin kalau Alloh beri dia tangan yang sempurna, mungkin akan disalah gunakan untuk berbuat jahat kepada Alloh”. Begitulah pertanyaan demi pertanyaan terkadang justru dia sendiri yang menjawab pertanyaannya itu.

Sesampai di rumah tujuan terlihat suami sedang berbicara dengan tetangga persis didepan rumah . Sementara rumah tetangga ini berjarak 2 rumah dari rumahku. Aku pun ikut nimbrung berbicara, sementara dari dalam pagar di depan rumahnya ada seorang anak perempuan yang sudah berusia 12 tahun yang duduk diatas kendaraan roda dua yang sedang terparkir. Anak tersebut selalu memanggil: “ Ayah ...Ayah...Ayah”. secara berulang- ulang tiap sebentar sambil terus tersenyum. Sepintas tidak kelihatan dari fisiknya yang tumbuh normal, Aku sejenak berpikir Kok begitu ya, cara dia memanggil ayahnya. Hingga sampai pada pertanyaanku disela dialog dengan ayahnya

“ Berapa orang anaknya, Pak?’ Ia menjawab itu satu satunya, Buk” sambil tersenyum kepadaku.

“ Lho, kok dibiarkan sendiri, Pak ? ngak nambah?, ucapku sambil bercanda.

“ Itulah, Buk, yang satu itu sama memeliharanya dengan lima orang anak, Buk!, karena ia berkebutuhan khusus yang sekarang aku sekolahkan di Sekolah Luar Biasa”.

“ Siiirrr, kembali darahku terkesiap .” belum stabil rasa badan selepas melihat keadaan yang ditemukan di kedai barusan. Sekarang aku dikagetkan kembali dengan datang anak perempuan yang sudah memasuki usia remaja .Tiba- tiba mendekat berlari- lari kepadaku sambil memegang jilbabku dengan pertanyaan :” ini siapa, ini siapa?. Ku mencoba mengendalikan diri. Dengan rasa keibuan ku ajak dia berbicara. Tiba- tiba ayahnya mendekat; “ jangan nakal! “. Ku memahami keadaan dengan sigap ku ajak berdialoq dengan pertanyaan sebatas sekolahnya yang terkadang nyambung dan kebanyakan tidak.

Ya Allaaaah.....Fabiayyi aalai robbikuma tukazzibaan...

03042020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereen

05 Apr
Balas

Buk Sas luar biasa keren...

07 Apr

Pengingat diri untuk selalu bersyukur Bu. Tulisan yang bagus Bu. Salam.

03 Apr
Balas

Syukrn Buk Lusi...

04 Apr

Semakin keren tulisannya buk Budi Hanif. Barakallah

04 Apr
Balas

Belajar banyak dr pak Tos ni kayaknya hehe..

04 Apr

Keren buk, semoga sukses selalu dan barakallahu fiik

07 Apr
Balas

Barokallohu lana buk Yus...

07 Apr



search

New Post