Budi Hanif

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
NAME

NAME

Sebaik -baik nama adalah doa. maka berikanlah nama yang baik bagi anakmu.

#Gurusiana# Tantangan H 6

Apalah arti sebuah nama ? Wah, inilah ungkapan yang sering muncul. Namun tentu kita juga mengetahui bahwa nama yang melekat pada diri seseorang merupakan pilihan orang tua dari sekian usulan yang masuk ketika menetapkan nama yang tepat bagi si buah hatinya. Ada makna yang terkandung dalam pilihan nama. Nama dipilih sesuai nuansa hatinya ketika itu. Ada rasa bahagia yang menyelimuti atau sebaliknya kesedihan yang bisa saja terjadi . Semisal istrinya meninggal dunia saat persalina. atau pengalaman hidupnya dimasa lalu dengan sebuah nama .

Bisa jadi pemilihan nama karena memang ada doa yang terkandung dan harapan yang terselip. Mungkin juga karena dianggap keren kedengarannya. Nah, ini bahaya kalau sekedar alasan keren. Bisa juga orang tua memilih nama bagi anaknya disebabkan berasal dari bahasa arab biar lebih tampak agamais, walau sesungguhnya mereka tidak mengetahui arti kata tersebut.

Disamping itu, ada juga sebagian orang memilihkan nama bagi anaknya karena pemberian seseorang. Atau mungkin disebabkan moment dan peritiwa yang terjadi saat itu. Seperti baru- baru ini yang kita baca ada orang tua yang memberi nama anaknya “Corona Wati”. Begitulah berbagai faktor lainnya.

Pernah suatu kali penulis diminta oleh seorang tetangga untuk memberikan nama bagi anaknya . Anak pertamanya ketika istrinya meninggal saat melahirkan anaknya tersebut. Mengingat kedukaan yang dirasakan si suami maka saat itu penulis ingin memberi nama yang menggambarkan rasa cinta yang tertumpah begitu dalam terhadap gadis mungil belahan hatinya. Penulis menemukan nama yang rasanya cocok dengan keadaan itu: “ Mutiara Qolbi” artinya Mutiara Hatiku.

Namun apa yang terjadi kemudian. Setelah si gadis kecil yang akrab di panggil Tia dipelihara oleh neneknya karena sang ayah sudah menikah lagi . Nenek mendaftarkan cucunya ke sebuah TK . Setelah tamat TK dan masuk ke Sekolah Dasar nenek mengantarkan fotocopi Kartu Keluarga ke rumah ketua RT yang juga seorang ustad atau paham agama. Tujuannya untuk mendapatkan bantuan bagi rakyat miskin. Ketua RT mendatangiku ke rumah. “ Ibuk yang memberi nama cucu Nek Sidar dengan nama Mutiara Kalbi?, tahukah ibuk apa artinya itu?”. Saya pun kaget. Karena seingat saya dulu memberi nama “Mutiara Qolbi” bukan “Mutiara Kalbi”. Karena antara Qolbi dan kalbi punya makna yang jauh berbeda. Qolbi artinya hatiku. Sementara Kalbi artinya anjingku.

Kemudian penulis menjelaskan kepada ketua RT kronologis pemberian nama tersebut. Ayah si kecil sudah memahami artinya bahkan penulis penyampaikan harapan jangan sampai salah tulis nama karena akan menyebabkan kesalahan fatal dari segi arti. Namun dikarenakan nenek yang membesarkan tidak memahami arti nama tersebut. Termasuk guru TK juga tidak mengerti hingga terjadilah kesalahan seperti diatas .

Ketua RT akhirnya memahami dan kemudian meminta si nenek memperbaiki ijazah dan KK keluarga tersebut.

Bagaimana halnya dengan nama penulis sendiri ?

Ketika kemaren di Media Guru penulis di sapa dengan panggilan Bapak oleh guru hebat di group Gerakan 1000 Puisi, Buk Menik Patmaning. dan sebelumnya di Sagu Sabu Payakumbuh, Mr Peto, serta Editor cantik dan hebat MG, Mbak Ike menyapaku dengan panggilan Bapak lagi. Waduh, jika dikumpulkan memory nama ini dah cukup banyak. Sepertinya penulis harus siap- siap nich! dengan panggilan Bapak berikutnya ...

Kalau boleh sedikit saja dari sekian memori abaut my name.

Ada beberapa hal yang masih Penulis ingat hingga saat ini. Ketika di Sekolah Dasar, nama penulis, ditulis dengan tinta warna hitam dalam buku nilai guru. Kesadaran itu muncul ketika bu Ani guru yang mengajar di kelas 2 SDN 29 memanggil penulis kedepan kelas untuk membawa hasil kerja Bahasa Indonesia ketika itu. Setelah hasil kerja dinilai oleh Buk Ani, beliau lansung memasukkan nilai ke dalam buku nilainya. Pandangan penulis tertuju kepada penulisan nama yang dibuat Bu Ani dengan pena yang berbeda warna tintanya . Sebagian warna merah dan sebagian lagi warna hitam. Saat itu penulis melihat nama teman urutan yang absenpaling atas warna hitam atas nama Abdul Hamid dan dibawahnya warna merah Azzahra Putri . Nama penulis urutan ke -3 Budi Hanif dengan tinta hitam. Ketika itulah memberanikan bertanya: “ Kenapa nama Azzahra warna merah ditulis , Buk?’ rasa ingin tahu penulis . Ketika itu Buk Ani menjawab : “ Karena perempuan, Nak!, Oh ya nama Budi salah tulis Ibuk kemaren dengan tinta hitam”. Sambil tersenyum. Penulis pun ikut tersenyum merasa lega. Bu Ani lansung merubah nama penulis dengan tinta warna merah.

Inilah memori kesadaran pertama tentang penafsiran orang lain sehubungan dengan nama penulis. Ketika masuk kesekolah Madrasah Tsanawiyah, Kartu siswa bertuliskan jenis kelamin laki-laki. Sampai- sampai sebagian kawan menertawakan . Penulis ingin kartu siswa ini ditukar kembali, namun pembina siswa ketika itu menganggap ngak masalah hingga tidak jadi diganti.

Melanjutkan pembelajaran ke SMA 1 Payakumbuh, guru olah raga memanggil nama penulis dengan sebutan Buk Haji karena nama Budi Hanif adalah nama laki-laki menurutnya, disamping itu penulis satu- satunya siswi yang memakai jilbab di kelas. Terkadang Bapak Afdal guru faforit itu memanggil dengan sebutan Hani.

Lulus sebagai PNS atau sekarang disebut ASN , SK pertama penulis justru bertuliskan jenis kelamin laki-laki. Petugas propinsi yang lansung mengantar SK secara resmi ke Kota Payakumbuh ketika itu terpaksa membawa SK tersebut kembali ke Padang untuk diperbaharui. Begitulah selanjutnya.

Dalam melaksanakan tugas pun ketika belum mengenal wajah penulis seringkali anak bertanya sama guru lainnya: “ Ada Pak Budi, Buk?” Penulis lalu tertawa. (pembaca jangan ikut tertawa ya!.). Begitu juga ketika ikut mengawas Ujian Nasional ke berbagai sekolah hampir selalu penulis dipasangkan tempat duduk dengan kaum Bapak- Bapak. Hingga panitia ujian selalu minta maaf karena mereka menyangka penulis adalah laki-laki. Seringkali saat berhubungan dengan pelayanan pengobatan di Rumah Sakit dan klinik seringkali dipanggil dalam antrian dengan sebutan “ “Bapak Budi Hanif! “.

Anak-anak penulis yang ikut diklinik juga ikut tertawa.

Pernah juga dalam antrian di migrasi ketika hendak membuat paspord , petugas memanggil nama “Bapak Budi hanif”, lalu kawan yang sama-sama mengurus nyeletuk “ Buk Budi Hanif , Buuk!” Akhirnya semua mata tertuju kepadaku.

Satu hal lagi yang lebih berkesan bagi penulis, ketika baru tamat kuliyah penulis honor disebuah sekolah SMP . Saat itu dalam rangka hari Pendidikan Nasional diadakan ada acara lomba MC antar guru-guru se Kabupaten 50 Kota. Penulis ikut jadi utusan dari sekolah tempat penulis mengajar. Hasil lomba penulis dinyatakan pemenang I dalam lomba tersebut. Namun panitia setelah menyebutkan lot, panitia meminta Bapak Budi Hanif untuk maju kedepan. Karena peserta Bapak- Bapak juga ikut dalam lomba tersebut. Kelucuan itu akhirnya disampaikan kembali oleh Bapak kepala Sekolah dihadapan siswa saat upacara pagi seninnya. Selesai upacara penyerahan tropi secara resmi ke sekolah. Sejak peristiwa itu penulis sedikit dibuli oleh anak- anak. “ Assalamualaikum, Paaak!, eh buuuk!”.

Waduuuh!..

#payakumbuh#dirumahsaja# 12042020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ha ha...ups maaf jd ketawa membaca cerpennya buk Budi. Saya sama mas Febry justru sebaliknya, suka dipanggil ibuk. Tapi jgn berharap kita ganti nama ta buk Budi ha ha

12 Apr
Balas

Haha . Pak Tos...Biar jadi history bagi nak cucu kita ya Pak..

13 Apr

Hebat budi, ceritanya menarik, bagian bawahnya uni baca sambil tertawa sendiri...hehe

12 Apr
Balas

Ya un .. adiak uni ko Bpk Budi hehe..

12 Apr

Ya un .. adiak uni ko Bpk Budi hehe..

12 Apr

Uni, berkesan bana crito nyo, terpaksa baca nya sambil ketawa walaupun tadi udah dilarang ketawa

12 Apr
Balas

Mantap mama Budi

12 Apr
Balas

Yach begitulh uni..lupo urang tuo wak maagih ta marbuthoh di belakang hehe

12 Apr

Mantap bu

12 Apr
Balas

Trims Bu Yuli..

12 Apr



search

New Post