DI BNN ITU NYAMAN LO “Kapok, kamu dikirim ke BNN!” kata salah satu siswa menirukan ucapan ibu dan kakaknya. “Saya juga bingung, takut. Saya takut dipukuli petugas. Saya takut ditangkap polisi. Tapi lebih takut lagi kalau saya diputus pacar saya kalau saya nggak lulus ujian,” dia bercerita serius. Di rambutnya masih ada sisa rambut yang disemir warna pirang. Beberapa hari yang lalu, rambut bagian atas disemir pirang. Namun setelah dibujuk agar mau diajak konsultasi ke BNN karena kasus miras dan ngelim, rambutnya sudah dihitamkan. “Kata siapa di BNN dipukuli? “ saya balik bertanya. “Kata teman-teman saya di punk. Kalau ketangkap petugas pasti ditempeleng!” “Ternyata? Kamu diapakan?” “Wah ternyata petugasnya ramah, cepet akrab. Bahkan ada petugasnya yang cantik. Jawabnya sambil tersenyum. “Kamu kenalan dengan dia?” “Nggak Pak saya malu. Dia cantik banget, jawabnya sambil tersipu. Dia pun bercerita tentang keadaan di BNN. Ditanya kapan mulai kenal minuman, kapan kenal ngelem. “Ternyata ramah loPak. Saya nggak apa=apain, hanya dinasehati, diberi wawasan masa depan, dan diberi resep agar bisa mengurangi minuman, mengurangi ngelem, dan mengurangi rokok.” Dia bercerita penuh semangat. “Kamu bisa?” saya tidak percaya dengan omongannya. “Bisa, Pak. Biasanya sebelum berangkat ke sekolah, selalu minum satu gelas. Pagi ini tidak pak, sudah dua hari lo.” Jawabnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah saya untuk meyakinkan bahwa dia tidak bau minuman pagi ini. “Ya, saya percaya. Wajahmu lebih sehat, tidak pucat dari biasanya. Bagaimana caramu mengurangi minuman?” “Saya mencoba sarat dari petugas BNN. Disuruh mencoba semampunya. Harus dicoba Pak, katanya. Dan saya bisa lo Pak. Selain itu, kalau saya nggak sembuh diancam akan diputus oleh pacar saya,“ wajahnya semangat menunjukkan keberhasilannya mengurangi minuman.