budi harsono

budi harsono, guru smpn 2 ngunut tulungagung penulis pemula, pecinta lingkungan, pecinta sejarah saat ini berjuang untuk menghidupkan gerakan literasi sekolah...

Selengkapnya
Navigasi Web

KUCINGKU MENANGIS

Cerpen

Kucingku menangis

“Pak Budi, temani saya!” pinta kucingku memelas. Tidak biasanya dia bermanja seperti itu. Suara ngeongnya membuat hati miris. Dia jarang sekali berteriak meong-meong. Kecuali saat berada di luar, ingin masuk tetapi pintu terkunci. Atau ketika istri saya menggoreng ikan, dia menunggui tak sabar minta dikasih ikan.

“Sudahlah, di situ saja. Tempat sudah saya siapkan,” saya menghiburnya. Tiga tempat saya siapkan. Di keranjang pkaian tak terpakai. Saya beri alas pakaian bekas. Di pojok almari dekat tempat tidur, saya siapkan juga pakaian tidak layak pakai.

Saya keluar kamar, ingin minum kopi yang telah disipakan istri saya. Pulang dari sekolah pukul empat sore, ngopi hangat terasa nikmat.

“Pak Budi!” suaranya sangat memelas. Dia keluar dari kamar saya, dari pojok almari tempat dia menghangatkan diri. Dia pun masuk kolong meja makan yang merapat di dinding. Ada kardus kosong. Dimasukinya kardus itu. Dia bersembunyi. Mungkin mencari tempat yang nyaman. Saya segera mengambil tempat pakaian bekas yang lain, agar dia menikmati persembunyiannya.

Kopi hangat terteguk. Badan hangat. Gerimis di luar membuat rasa capek menjadi kantuk. Saya pun ke kamar, berbaring.

Inting inting inting. Bunyi klinting kalung kucing itu menu kamar. Langsung naik ke tempat tidur.

“Pak Budi!” suaranya sangat menyentuh Lirih seperti minta belas kasihan. “Perut saya sakit!’ katanya sambil mendekati tangan saya. Dia mendekam di samping saya, lehernya diletkkan di lengan saya. Tidak pernah dia melkukah hal itu. Biasanya kalau saya pegang di kamar, tidak sampai lima menit sudah berontak ingin keluar. Jika saya tahan pasti bersuara berontak.

“Perut saya sakit Pak. Sangat sakit,” tubuhnya terasa hangat, perutnya yang buncit bunting tu itu saya elus-elus. Terasa gerak gerak anaknya. Saya raba bagian belakang, dekat ekor tempat kemaluannya, terasa basah berlendir.

“Kamu mau melahirkan?” tanya saya sambil bangu. Kupindahkan dia di tumpukan kain bekas yang berada di pojok kamar. Saya pun duduk di dekatnya, duduk di samping tempat tidur.

Matanya menatap saya, menghiba. Dia menangis kesakitan. Air matanya berderai. Saya hanya diam.

“Jangan tinggalkan saya!” katanya memelas ketika saya akan keluar kamar. Saya pun tidak jadi beranjak.

“Yah, kok nangis?” tanya istri saya ketika masuk kamar. Kurasakan air mengalir hangat di pipi. Kucing itu yang menangis, mengapa saya yang mengeluarkan air mata. Mengapa saya yang terisak isak? Kulihat mata kucing itu, masih terasa kesakitan. Air mata saya pun masih mengalir.

“Saya nggak sampai hati melihatmu. Maaf saya keluar!’ saya pun keluar kamar. Mengusap air mata yang sembab membasahi pipi. Saya lihat jam dinding pukul 17.15

“Yah, anaknya lima. Yang hitam satu, lurik satu, kuning dua, putih satu,” kata istri saya pada jam 10 malam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah saya teringat kucing saya pak, ada 8 di rumah, berawal dari menemukan kucing kecil terlantar ditukang sayur dan dibawah pohon kehujanan dengan kondisi menggigil. Satu jantan dan satu betina. Betina sudah melahirkan punya anak 2, pada kelahiran pertama. Pada kelahiran kedua melahirkan 5 ekor. Sedangkan kucing jantan yang pertama kali ditemukan tertabrak motor dan meninggal. Sungguh saya faham banget perihal kucing. Hewan itu sangat setiap pada tuannya ketika diperlakukan dengan baik.

08 Feb
Balas

hehe makasih berbagi infonya

08 Feb

luar biasa menyentuh hati pa.. begitu tegar para kucing betina yang melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.. salam pecinta kucing :)

08 Feb
Balas

iya, kadang bisa kangen, bisa ikut sedih

08 Feb



search

New Post