Balon Adik
Hari itu, tepat hari Minggu, Aku turut ayah ke kota dengan menumpangi sebuah delman. Aku duduk di muka, samping pak kusir yang sedang asyik bekerja dengan penuh konsentrasi agar Delman yang kutumpangi baik jalannya. Tuk..tik..tak..tuk..tik.. bunyi sepatu kuda. Aku tengah asyik mendengar alunan hentakan kaki kuda sambil menikmati barisan pepohanan yang rimbun. Dapat kupastikan setelah sebentar lagi berada di pintu kota, tak akan kutemui lagi barisan pepohonan hijau. Di sana akan kutemui deretan kendaraan dari berbagai merek. Belum lagi asap kendaraan yang siap membungkus.
Di tengah perjalanan, adikku sedang asyik berhitung. Ia menghitung balon pemberian kakek tempo hari. Balonnya ada lima, rupa-rupa warnanya. Ada merah, kuning, kelabu, merah, merah muda dan biru. Tetiba meletus balon berwarna hijau. Adik tampak sedih dan hatiku pun ikut kacau. Karena adikku tak ingin balonnya meletus lagi, maka dipegangnya balon tersebut dengan erat-erat.
Sekarang balonnya tersisa empat, setelah meletus balon hijau. Melihat si adik tengah meratapi kepergian balonnya, terbesit di pikiranku untuk menghiburnya dengan menceritakan kisah seputar petualanganku dulu. Kuceritakan jika dulu Aku pernah naik ke puncak gunung. Gunungnya sangat tinggi sekali. Di sana kuliat banyak pohon cemara. Sepanjang jalan, kira-kananku semuanya hanya ada pohon cemara. Adikku pun riang gembira tak terkira mendengar ceritaku.
Bayor, 23 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar