#Tantangan_Hari_Ke_65

Hujan sedari tadi menangis. Hingga menjelang sore pun tak ada tanda-tanda akan berhenti. Aku duduk di teras. Kupegang pena dan buku. Mulai kutuliskan apa yang tengah bercokol di pikiranku. Sesekali kulemparkan pandanganku ke langit. Kuselediki apakah sudah ada tanda-tanda hujan akan reda. Namun, setelah kuamati dengan saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya dapat kupastikan hujan akan bertahan hingga malam nanti.

Aku sudah setengah jam duduk di teras. Selain menunggu hujan reda. Aku menunggu pelangi menyapa saat hujan itu reda. Namun, sepertinya hanya menjadi angan belaka. Saat hujan, selain menunggu rintiknya reda, secangkir kopi selalu menjadi pilihan yang tepat untuk menemani. Lalu kupanggil Rindiani, istriku untuk membuatkan kopi. Rindiani mempunyai racikan tersendiri. Ia tahu betul seleraku. Tak pernah kucela buatannya. Ia meraciknya dengan penuh cinta.

Rindiani membawakan kopi pesananku. Selang beberapa menit, ia kembali dari dapur. Ia membawa sepiring kue dengan jenis yang berbeda. Tampak donat dan putu cangkir tersaji tepat di depanku. Kue yang disajikan semuanya termasuk kue kesukaanku. Aku bingung dan tak tahu yang mana harus saya makan lebih awal, antara donat atau putu cangkir. Lalu kuminta Rindiani memutuskan kue yang mana kumakan lebih awal. Ia memilih Donat karena paham jika saya paling suka donat. Rindiani paling pandai dalam menyenangkan hatiku.