Budi Hartono

Budi Hartono, Lahir di Sinjai, 19 November 1989. Guru di SMP Negeri 2 Budong-Budong, Kab. Mamuju Tengah, Prov. Sulawesi Barat. Beberapa karyanya baik berupa sol...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jodohku, Pilihan Ibuku
Sumber gambar: Google

Jodohku, Pilihan Ibuku

#Tantangan hari ke-61

Pagi yang cerah. Secangkir teh dan ubi goreng terhidang di meja. Seperti biasa, saat pagi mulai menyapa. Ibu selalu membuatkanku kopi. Aku sebenarnya tak ingin merepotkan ibu. Apalagi pekerjaan yang bisa kukerjakan. Namun, Ibu tak pernah kalah cepat denganku. Aku sepertinya perlu memikirkan baik-baik tawaran ibu tempo hari. Mengingat usiaku sudah memasuki dua puluh tujuh tahun. Benar kata ibuku, sepertinya Aku sudah butuh pendamping. Tanpa berpikir panjang, Aku berdiri meninggalkan kopiku. Kucari ibu di dapur. Tampak ibuku sedang memasak. Ia duduk di depan tungku, menanti masakannya mendidih. Kupeluk Ibuku dari belakang lalu kubisik bahwa Aku terima tawaran Ibu tempo hari, "Ibu, sepertinya Aku sudah siap untuk menikah. Biar ada yang jaga ibu di rumah." Ibuku memegang tanganku hingga bisa kupeluk ibu lebih lama. "Apa ibu tidak salah dengar dengan yang kau katakan tadi, Nak?" Aku hanya tersenyum dengan mengangguk.

Zulaika, putri tunggal Pak Randi adalah orang yang menjadi pilihan ibuku. Ibuku pernah bercerita banyak tentang keluarga Zulaika. Dengar dari cerita ibuku, sepertinya aku tidak punya alasan untuk tidak memilih Zulaika. Zulaika selain cantik, ia juga wanita salehah. Aku berharap semoga kami berjodoh. Aku ingin membahagiakan ibu. Sudah lama Ia membujukku untuk menikah. Namun, barulah sekarang Aku siap lahir dan batin untuk melepas masa lajangku.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Saat yang dinanti pun tiba. Keluargaku datang ke rumah Pak Randi untuk melamar Zulaika untukku. Pak Randi menyambut baik kedatangan ibuku dan keluarga. Tak banyak basa-basi, keluargaku menyampaikan maksud kedatangannya. Ada Zulaika di samping ayahnya. Ia mendengar langsung maksud baik dari keluargaku. Pak Randi, ayah Zulaika menyerahkan semuanya kepada Zulaika untuk menjawab maksud keluargaku. Zulaika hanya diam. Wajah memerah dan sedikit tersenyum malu. Akhirnya keluarga Zulaika menerima lamaranku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaa Allah

11 Jun
Balas

Terima kasih, Pak.

11 Jun

Alhamdulillah....kalo sudah jodoh tak kan kemana....., Samara.... Pak, Salam literasi

12 Jun
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih, Bu.

12 Jun

Asyik pesta...

10 Jun
Balas

Saatnya makan-makan lagi

11 Jun

Asyik pesta...

10 Jun
Balas

Iya, Bu. Makan besar. Hehe

12 Jun

Alhamdulillah

10 Jun
Balas

Alhamdulillah, akhirnya.

10 Jun

Keren pak. Berbahagia lah

12 Jun
Balas

Terima kasih, Bu.

12 Jun

Bahagianya...

10 Jun
Balas

Iya, Bunda. Akhirnya bisa ada yang bantu ibu.

11 Jun

Alhamdulillah..sdh ketemu jodohnya...

12 Jun
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih, Bu.

12 Jun

asiik gayung bersambut

11 Jun
Balas

Iya, Bun. Terima kasih, Bun

11 Jun

Alhamdulillah. Mantap

12 Jun
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih, Bu.

12 Jun

Alhamdulillah ...

11 Jun
Balas

Alhamdulillah. Acara makan-makan, Bu. Saya tunggu keluarga dari Maros. Hehe

11 Jun

Senangnya.... .

10 Jun
Balas

Iya, Bu. Akhirnya tidak sendiri lagi.

11 Jun

Gak taarufan dulu pak

11 Jun
Balas

Langsung melamar, tidak pakai taarufan, Bu. Hehe

11 Jun



search

New Post