BUDI PRIHARTINI

Menulis ya menulis saja. Tak perlu pikirkan akan menjadi apa. Tetap semangat mengasah kemampuan diri. Terus berkarya karena semua ada masanya....

Selengkapnya
Navigasi Web
TINTA CINTA GURU DESA (1)

TINTA CINTA GURU DESA (1)

Harapan Terindah

Pagi yang cerah tak secerah raut muka anak yang duduk di depan meja guru. Sedari kehadiranku, bola matanya tak pernah hengkang dari pengamatan kearahku. Tangan yang menyangga dagunya, sesekali nyengir tatkal mata beradu pangang denganku. Aku tak menghiraukan pengamatannya. Namun lama kelamaan aku risih juga.

“Asalamu;alaikum, mas, apa kabar?”,

“wa’alaikumsalam bu Guru, baik bu”,

Jawaban datar dan sembari meletakkan kepala seolah berat.

“Bu, guru aku ingin bisa membaca”,

Pernyataan sederhana tapi mengusik naluri seorang guru. Hari pertama sekolah menjadi PR terbesar tahun pelajaran kali ini. Segera aku menjawab dengan senyum termanisku.

“Iyakah, alhamdulillah”,

Jawaban yang mungkin tidak diharapkan. Aku sendiri masih sibuk dengan persiapan kelas dengan menata buku-buku di lemari kelas yang terlihat berantakan. Pergantian ruang kelas. Seua harus rapi sebelum bel berbunyi.

Pernyataannya ringan namun berat mengembara berbagai trik membaca. Aku sendiri belum tahu bagaimana kemampuan membaca anak-anak. Perencanaan telah aku siapkan malam sebelumnya. Persiapan untuk kegiatan PLS, yach aku memang mempersiapkan untuk membaca, menulis, dan berhitung. Bagaimana aku dapat mensukseskan ujian sekolah jika hal dasar calistung anak-anak dibawah rata-rata. Aku tak gentar. Dengan berucap Bismillahirohmaniirohiim aku memulai kegiatan perrtama dengan membaca. Terkejut. Sedikit. Oh tidak ...banyak. Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar.. Lunglai kaki..bingung tiba-tiba menyergap. Ya Allah Ya Robb.

Nak, aku bukan guru hebat seperti yang mereka labelkan padaku. Terseok ibu dengan label trsebut. Lihatlah kau, sampai saat ini, kau belum lancar membaca. Dimana kehebatanku. Aku guru biasa, yang hanya memiliki keserhanaan cita-cita. Obsesi sederhanaku saat ini, adalah kau lancar membaca.

Hari kedua aku coba dengan membawa buku – buku lama. Buku yang sudah tak layak dikatakan sebagai buku. Bagaimana tidak semua halamannya lepas. Berkali-kali aku rapikan tetapi kembali berantakan. Akhirnya aku menyerah, tatkala anak-anak di rumah sudah lancar membaca. Dengan sedikit berat hati aku sodorkan buku tersebut dihadapannya.

Nak, jangan lihat buku-buku ini. Buku ini memang bukan buku baru. Dari buku inilah anak-anak ibu belajar membaca. Buku ini rusak karena anak-anak ibu selalu membawanya ke mana saja. Dari anak ibu yang pertama juga adik-adiknya. Mereka akan menunjukkan kepada teman bermainnya berbagai gambar yang ada didalamnya. Memamerkan kepiawaiannya membaca. Namun bukan itu maksud ibu. Mari Nak, dengan buku-buku ini kita membaca. Jangan malu, tetaplah semangat. Walaupun kau sudah di penghujung kelas sekolah dasar, tetaplah semangat.. semangat... dan semangat.

Nak, saat ini keinginan ibu cukup sederhana. Sesederhana keinginanmu. Ya, kau harus lancar membaca. Sebelum ujian tiba, ibu ingin berteriak

”Alhamdulillah, aku lancar membaca”,

Betapa bahagianya ibu, jika setiap hari senin, saat upacara bendera dengan suara lantangmu dan kobaran semangatmu. Kau membaca pembukaan UUD 1945. Saat ini bukan nilai tinggi yang ingin ibu raih. Cukuplah kau lancar membaca. Semangat baramu tentang membaca buku-buku yang ibu sodrokan. “Dengan membaca kita membuka cakrawala dunia”, ingat ungkapan itu nak.

Namun, kita tak boleh putus asa, untuk meraih mimpi yang telah kau tulis diawal pertemuan kita. “Aku ingin mendapat nilai 100 saat ujian”, adalah PR kedua ibu. Yach, tetapi sebelumnya ibu minta maaf nak, ibu hanyalah guru biasa yang hanya memiliki semangat. Semangat untuk maju, semangat untuk lebih baik, semangat untuk belajar. Nak, mari kita saling berdoa agar diberikan kemudahan mencapai apa yang menjadi mimpimu. Mimpi yang terlihat sederhana, namun sebenarnya luar biasa. Ya, sabarlah dalam belajar, rajinlah membaca, sukses membutuhkan proses.

Proses yang kau jalani ini akan menjadi rangkaian tempaanmu kelak. Jika kau telah mahir membaca. Maka ibu akan tenang saat kau kepakkan sayapmu keluar dari sekolah ini. Bagai setitik air yang akan membasuh hausmu di jenjang sekolah yang lebih tinggi. Yakinlah kau pasti bisa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam literasi Ayo lanjutkan dan teruslah menggali ide untuk menulis.

05 Aug
Balas

InsyaAllah bunda, mohon bimbingannya..

05 Aug

Mohon sarannya, bapak ibu..terima kasih sebelum dan sesudahnya

05 Aug
Balas



search

New Post