Budi Purwanto

Budi Purwanto, Guru Geografi SMA Negeri 1 Sokaraja, Alumnus UNS Surakarta 1989...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ada-mu...

Baru saja aku berfikir, bahwa bila ada lebih, pasti akan dapat lebih. Kalau cuma cukup, dapatku pasti hanya cukup. Aku ingin lebih, agar bebanku kelak saat menghadap-Nya jadi ringan. Itulah niatku, tanpa dalil, tanpa alibi. Sederhana saja.

Kususuri jalan mendaki. Berkelok tak terbilang. Berharap ada cahaya, yang nanti dapat meringankan bebanku. Beban untuk menebus segala alpaku selama ini.

Ada sebuah rumah. Nampak tinggi, sejuk. Gerlap kaca tertimpa Sang Mentari sangat mencolok. Lorong kecil berbatu berselimut tanah lumpur, kutapaki ‘ntuk mendapatkan “lebih” yang kuharap.

Sepenggal kisah perjalanan, yang membawaku ke alam jauh. Alam di mana aku menikmati nilai lebihku, walau belum pasti juga kudapat. Ada banyak faktor yang mewarnainya. Paling utama adalah niatku. Tak tahu seputih apa, karena hanya aku yang tahu tanpa pembanding.

Belum lagi nanti dalam perjalananku bersamamu. Mungkin akan terjadi kerikil-kerikil tajam, atau percikan api amarah, yang ikut memberi warna pada niatku.

Salah satu nilai lebih itu adalah semangat. Aku sadar, semangatku mungkin, atau lebih tepatnya pasti memudar seiring usia. Perlu ada suntikan motivasi agar warna pelangi hidup yang selama ini kujalani, bisa mekar lagi.

Ada-mu berharap semangat. Ada-mu ada ibadahku. Ada-mu muncul gairah menjalani hidup. Ada-mu bermakna lebih.

Aku sering lupa, bahwa hatimu datang sudah terbentuk. Sering ku berharap ada warnaku di sana. Hingga saat itu tiba, kau munculkan warna aslimu. Jleb… ! Aku tersadar atas tusukan itu. Tersadar bahwa hatimu sudah terbentuk, bukan olehku, apalagi untukku. Aku bukan siapa-siapamu. Hanya kebetulan saja bertemu. Ya, kebetulan! Wajar saja kau tunjukkan warnamu, karena itulah kamu, bukan aku.

Apakah aku berlebihan dalam menempatkan hatiku? Bukankah ada harap akan nilai lebih karena ada-mu? Tidak bolehkah kujadikanmu sebagian warna hatiku? Sama sekali tidak boleh? Atau bahkan tidak ada hakku sama sekali untukmu?

Seandainya saja kau ada di setiap desah nafasku, kau bisa menghitung berapa kali air bening jatuh dari mataku, saat termenung, sendiri, bahkan saat dahiku bersatu bersama dalamnya sajadah… . Aku hanya berani mempersembahkan airmataku padaNya. Tidak juga padanya, apalagi padamu. Aku malu saat oranglain tahu tentang harap lebihku. Biar aku saja bersamaNya.

Seandainya saja kau tahu dan melihat, betapa untuk menempatkanmu dalam duniaku itu bukan soal sederhana. Bagai mendaki gunung terjal, licin, dan berair. Sangat berat!

Kini, saat tulisan ini kubuat, bukan bermaksud memaksamu. Hanya peringan beban saja. Kuputuskan untuk terus mengalir. Bak air yang akan berjuang menuju ke muara. Jurang, jeram atau riam penghambat lajuku, akan tetap kutunggu hingga mampu kulewati. Bukan karena kepalang basah, tapi satu tujuan, yaitu nilai lebih. Bukan lebih di mata manusia, tapi di mataNya.

Moga nilai lebih itu bisa mewarnai hidupmu, hidupnya, termasuk hidupku.

Amien ya robbal alamien.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Top tenan...!

18 Nov
Balas

Mtrnuwun, Bpk. Masih belajar nulis....

18 Nov

Kausa isi n katanya luar biasa bagus

18 Nov
Balas

Isi n kausa katanya luar biasa bagus

18 Nov
Balas

Alhmd. masih belajar, Bu Hj.

18 Nov



search

New Post