Budi Wasasih

Guru SDN Plumpang IiI Kec.Plumpang Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur Salam Man Jada wajadda...

Selengkapnya
Navigasi Web

Rahasiaku 1

Hari itu Rabu, 27 November 2019. Aku baru saja mengadakan kelas inspirasi. Tokoh yang kuundang adalah temanku sendiri, namanya Raji. Kami pernah bersama satu sekolah di SMP Negeri Plumpang angkatan 1987. Kini ia adalah supervisor di PLTU Tanjung Awar-awar Tuban, Jawa Timur. Banyak pengetahuan yang diberikan pada murid-muridku. Tentang bagaimana cara menjadikan air laut menjadi uap yang pada akhirnya bisa digunakan sebagai pembangkit listrik. Beberapa pertanyaan yang dimunculkan mengundang hasrat hingga murid-muridku berebut jawab. Aneka hadiah menarik disuguhkan tiap kali jawaban benar. Suasana kelas ramai dan hangat. Tiga jam yang penuh pikat. Di pengujung pertemuan, murid-muridku salim dan mengucap terima kasih. Pun genggam erat tanganku sebagai ungkapan rasa terima kasihku. Kami mengantar kepulangannya dengan senyuman.

Ponselku bergetar. Tak kuhiraukan. Aku masih mengulas kelas inspirasi yang baru usai. Kusemangati murid-muridku untuk mampu meniru Pak Raji dalam meraih cita-cita. Mencontoh ketekunannya dalam belajar dan berusaha. Ponselku bergetar lagi. Berkali-kali. Tepat saat itu bel istirahat kedua berdentang. Saat murid-muridku ke luar, aku bergegas mengambil ponsel di saku. Ratusan pesan masuk. Kubuka chat dari adikku, Kartika.

"Mbak ... Pak Dardi meninggal."

Aku gemetar. Tiba-tiba semua buram. Aku tak kuasa membalas pesan singkat itu. Hanya kutatap dan kueja huruf-hurufnya. Kubaca lagi. Aku berharap salah membacanya. Namun sebuah pesan datang lagi. Menginsyafkanku bahwa aku tidak salah baca.

"Mbak... kok nggak dibalas? Pak Dardi meninggal di rumah sakit di Surabaya, siang ini jam 10.50. Saat ini jenazahnya masih di sana. Belum dibawa pulang."

Kubuka pesan dari grup WhatsApp yang lain. Juga status teman-teman. Foto Pak Dardi banyak beredar. Dibubuhi ucapan berduka dan bela sungkawa. Air mataku basah. Menetes. Ya Allah ... Engkau telah memintanya kembali. Engkau telah menghilangkan kesakitan yang telah ia derita selama puluhan tahun. Ya Allah ...!

Siang itu aku mendekam di musala. Kumohonkan ampun atas segala salahnya. Aku minta Gusti Allah menerima Pak Dardi bersama amal saihnya. Dan air mataku membanjiri mukena. Teringat semuanya. Baiknya. Tegasnya. Disiplinnya. Caranya menyemangati.. Terampilnya dalam menjelaskan. Pandainya mengambil hatiku. Dan sebagainya. Meski aku tak pernah menjenguknya. Tak pernah melihatnya kesakiitan di pembaringan. Tetapi ia tetap baik padaku. Sabar menghadapiku.

Maafkanku, Pak. Ada alasan kuat yang melatarbelakanginya. Mengapa sekalipun aku tidak pernah menjengukmu. Aku akan membukanya kini. Setelah engkau tiada. Dalam sebuah cerita. Semoga engkau berkenan ikut membaca.

#bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pengawas kami, Bu

17 May
Balas

Aamiin ya rabbal alamiinTerima kasih, Bu

17 May
Balas

Siapakah Pak Dardi?

17 May
Balas

Innalilahi wainna ilaihi rojiun semoga amal ibadah pak Dardi diterima Allah SWT

17 May
Balas



search

New Post