Tantangan Hari ke-1936

#TantanganGurusiana-6

***

Kata "guru" secara umum berarti orang yang memberikan ilmu pengetahuan, pengajar, atau pendidik. Dalam bahasa Jawa, guru juga diistilahkan sebagai "digugu lan ditiru", yang berarti orang yang patut diikuti nasihatnya dan dicontoh. Secara lebih luas, guru juga bisa dimaknai sebagai sosok yang mampu menerangi kegelapan dan menjadi panutan (dari berbagai sumber).

Guru memiliki peran penting dalam proses pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia. Mereka tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga membimbing, mengarahkan, dan melatih peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang positif.

Kegiatan pembimbingan dan menanamkan nilai positif (karakter akhlak mulia), tidak sepenuhnya menjadi tugas dan tanggung jawab guru di sekolah. Karena guru yang pertama kali bagi seorang anak adalah kedua orang tuanya di rumah. Itulah kenapa peran orang tua sangat dominan terhadap baik dan buruknya kelakuan anak. Jangan menimpakan kesalahan atas ketidakmampuan orang tua dalam mendidik dan menjadi teladan bagi anak kepada pihak sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.

Saya sering menyampaikan kepada orang tua dan anak. Jangan berharap terlalu banyak kepada pihak sekolah dalam memperbaiki keburukan perilaku anak, manakala orang tuanya saja sudah menyerah dan tidak kuat lagi dalam peran sebagai pendidik yang baik di rumah. Harus diingat, bahwa anak adalah penyontoh terbaik dari apa yang terjadi ditengah keluarganya. Jadi jangan kaget jika ada anak yang kelakuan buruknya ternyata dari hasil merekam apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

Guru sebagai orang tua siswa di sekolah, juga memiliki peran yang tidak mudah. Karena apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan oleh oleh guru menjadi cerminan siswanya. Guru yang ucapan dan perbuatannya tidak sejalan, akan dicontoh oleh siswanya. Tidak sekarang, suatu masa apa yang sempat terekam didalam memori otaknya, dialam bawah sadarnya, ternyata melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh gurunya.

Mulailah dari sekarang, atau menunggu kehancuran semakin nyata. Orang tua dan guru merupakan sosok sentral bagi seorang anak dalam mengembangkan dirinya kedepan. Akankah kita membiarkan perilaku buruk itu terus berkembang lalu akhlak mulia ditinggalkan. Tugas ini tidak tingan tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Apabila dua komponen tadi (keluarga dan sekolah) memiliki pandangan yang sama dalam mendidik anak. Jangan sampai sebaliknya. Sekolah meluruskan apa yang bengkok, tapi orang tuanya bertahan dengan yang salah tersebut.

Ingat pesan Ki Hajar Dewantara. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Di depan menjadi teladan, ditenga memberi motivasi dan dibelakang memberikan dorongan. Mari kita bersama bergerak. Tidak ada kata terlambat untuk mengubah diri menjadi sosok yang bisa diteladani oleh anak, baik di sekolah maupun di rumah.

***

~~ Mendalo Mas, 030525 ~~