ZULKIFLI

Guru Bahasa Arab MAN 3 Solok, Sumatera Barat ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kala Burung Ikut Sekolah

Kala Burung Ikut Sekolah

Sekolah merupakan tempat dan sarana pembelajaran formal. Peserta didiknya, ya anak-anak manusia. Pendidiknya, ya manusia juga. Bukan robot apalagi alien. Proses pendidikan di sekolah tentu saja harus dilakukan secara manusiawi. Tidak zamannya lagi mengajar menggunakan senjata potongan rotan yang diserahkan orang tua ketika menyerahkan anak mengaji ke surau dulu. Bahkan ada meme yang beredar di medsos yang menggambarkan sosok guru mengajar sambil menenteng senjata dan pentungan kayu. Ya, seperti mau ronda malam saja.

Selain itu, ada sebuah pemandangan unik yang sering kita temui di sekolah. Yaitu adanya beberapa ekor burung yang saban hari datang ke sekolah itu. Masuk ke dalam kelas, bahkan ke ruang majelis guru, laboratorium dan sebagainya. Burung-burung itu juga terkadang ikut memperhatikan guru menjelaskan materi dari atas pintu angin atau jendela kelas. Tetapi pernahkah burung-burung itu menjadi manusia sebagai mana tujuan pendidikan itu? Atau penahkah burung-burung itu bertingkah seperti manusia?

Tentu saja hal itu tidak akan pernah terjadi. Yang namanya burung, sampai kiamatpun tetap jadi burung. Walaupun saban hari dia pergi ke sekolah dan ikut mengamati jalannya proses belajar mengajar.

Lha.. .Jadi maksudnya apa ya?

Nah, coba kita perhatikan! Kan ada banyak anak-anak manusia yang setiap harinya pergi ke sekolah. Tetapi, sudahkah mereka benar-benar menjadi manusia seperti tujuan pendidikan itu? Atau mereka hanyalah makhluk yang berwujud manusia tetapi tingkah lakunya sama saja seperti burung-burung tadi?

Marilah kita renungkan dengan kepala dingin dan hati yang teduh. Jangan dulu terburu emosi. Baik kita sebagai seorang tenaga kependidikan ataupun sebagai orang tua. Karena faktanya, semakin hari justeru akhlak anak-anak kita semakin bobrok. Betapa banyak anak yang tidak lagi menghormati dan patuh kepada orang tuanya sendiri, walaupun mereka sudah menempuh pendidikan formal sampai ke tingkat menengah bahkan tinggi. Tak jarang kita lihat kejadian anak yang membunuh orang tuanya. Bahkan terabaru seorang remaja yang membunuh seorang balita. Betapa banyak pelajar yang terlibat narkoba. Betapa banyak pula yang terlibat kasus pencurian, copet, begal dan sejenisnya.

Di sepanjang jalan raya pun kita sering menyaksikan sendiri, para pelajar yang pergi dan pulang ke sekolah menggunakan kendaraan tanpa memperhatikan aturan dan tata tertib yang berlaku. Mereka berkendara dengan seenaknya saja. Tanpa menghiraukan keselamatan diri dan orang lain.

Begitu juga ketika bermedia sosial. Sering kita temukan postingan seorang pelajar terdidik yang tidak lagi menjaga etika dan kesopanan. Bahkan caranya berkomunikasi tak lagi menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang terpelajar.

Apakah pendidikan karakter itu hanya menjadi jargon dalam kurikulum saja? Sementara itu, di sisi lain kesuksesan pelajar justeru diukur dengan angka-angka yang diperoleh setelah menjawab rangkaian tes yang diberikan.

Jadi, mau dibawa kemana anak-anak kita ini? Sebagai orang tua, kita tentu saja tidak bisa berlepas tangan setelah menyerahkan pendidikan anak ke sekolah. Ingatlah, sebagian besar waktu si anak dihabiskannya di rumah atau di lingkungannya. Begitu juga dengan para guru. Di pundak mereka tertompang harapan yang sangat besar dari orang tua, agar anak-anaknya benar-benar jadi manusia seutuhnya. Di samping itu, masyarakat juga punya peranan yang sangat penting dalam memanusiakan manusia tersebut. Bagaimanapun getolnya guru dan orang tua membentuk karakter si anak, tetapi jika masyarakat tidak mendukung, maka hasilnya tidak akan optimal.

Akhirnya, semua kita punya peranan dan fungsi masing-masing dalam memanusiakan anak-anak kita. Baik selaku orang tua, pendidik dan masyarakat. Kita harus saling bahu membahu dan bekerja sama agar pendidikan itu bisa berhasil. Ibarat tali tigo sapilin, tungku tigo sajarangan. Tak bisa kita berjalan sendiri-sendiri dan merasa hebat sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kalau ayam bisa ngomong!!?Dia jujur tak akan bohong

18 Mar
Balas

Sayangnya ayam cuma bisa berkokok pak... Ha ha

18 Mar

Mantap

14 May
Balas



search

New Post