Cecep Ahyani

Guru Bahasa Indonesia dan pegiat literasi sekolah di SMPN 3 Cirebon...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merawat Harapan
sumber: foto dari karang numpang

Merawat Harapan

#edisinasihatidiri

Hidup ini betul-betul indah! Anugerah nikmat Tuhan berlimpah; setiap saat, setiap waktu, menaburi kita dari segala penjuru. Matahari menghidupkan hari. Hujan menumbuhkan biji-bijian, menghijaukan dedaunan. Bulan dan bintang melatari kesyahduan malam. Ufuk fajar merekah, rona senja memerah. Ayat-ayat Tuhan terhampar di keluasan. Lalu, nikmat Tuhan mana lagi yang akan kita sepelekan?

Dianugerahinya kita mata yang bisa melihat mekarnya kuntum bunga; bisa memandang landscape alam bertabur pesona. Diberinya kita telinga yang mampu mendengar beragam nada dan suara; dari kicau burung sampai senandung sang diva.

Mulut kita leluasa melontar kata. Lidah dimanja berjuta rasa. Tangan yang kuasa menggapai; kaki yang kuat berlari; jantung yang tak putus berdetak; akal yang mampu bernalar; hati yang bisa merasai. Jadi, nikmat Tuhan mana yang bisa kita dustai?

Digemburkan lumpur sawah untuk kita olah. Dihamparkan karunia Tuhan di setiap medan pengabdian: di pasar, di kantor, di sekolah, di kampus, di mal, di bengkel, di jalanan. Maka, kumandang firman Tuhan yang berulang 31 kali dalam Surah Ar-Rahman, “Fabiayyi alaa’i rabbikumaa tukadzibaan”. Maka, nikmat Tuhan mana yang bisa kita dustakan? Sungguh, nikmat Tuhan tak mungkin bisa dihitung, meski oleh komputer paling canggih sekalipun.

Maka, syukurilah apa yang ada pada diri kita dan yang kita dapatkan dari segala usaha. Dengan ungkapan syukur yang tak pernah luntur, nikmat Ilahi akan makin deras menghujani. Namun, bila kita berani mengingkari, ingatlah bahwa azab Tuhan amat pedih tak terperi.

Salah satu nikmat dari hamparan luas nikmat karunia Allah adalah dianugerahinya kita harapan. Dengan bersemayamnya harapan, kita bisa bertahan di tengah kesulitan. Dengan harapan yang menyala di dada, kita berbesar hati memandang kehidupan.

Kita akan terus berjuang melawan sakit yang mendera tubuh kita, karena kita punya harapan akan kesembuhan. Kita tak lelah membanting tulang; tak berhenti memeras keringat di tengah kemiskinan; dalam tekanan kebutuhan sandang pangan; karena kita menaruh harapan bahwa esok lusa keadaan hidup kita akan berganti warna.

Akan tiba suatu masa ketika rezeki kita berlimpah-ruah. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa selalu ada hikmah di balik musibah. Akan datang kemudahan bersama haru birunya kesulitan. Akan terbit senyum bahagia setelah terkurasnya air mata. Sebagaimana akan selalu hadir semburat fajar mengganti gelap yang menyelimuti malam, dengan bening embun yang berkilau di pucuk daun dan kelopak bunga yang mekar aneka warna.

Bersyukurlah kepada Allah atas anugerah nikmat harapan yang amat besar ini. Sebab alangkah sempit dan malangnya hidup kalau harapan sirna dari hati.

Sebagai manusia biasa, mungkin kita pernah berkubang dalam lumpur dosa. Melewatkan siang-malam dengan laku kemaksiatan. Bertindak bodoh dengan membuang-buang waktu dan kesempatan. Bersahabat dengan rasa malas sehingga kehidupan kita jauh dari keberkahan.

Mungkin pula kita telah mengurung diri dari rahmat Ilahi yang terhampar luas di muka bumi. Kita memutus silaturahmi; berhenti tholabul ilmi; berpuas diri dengan ilmu seujung kuku; diam berpangku tangan dengan berlindung di balik keluhan dan seribu satu alasan.

Akibatnya, kehidupan pribadi kita, kehidupan rumah tangga kita, perjalanan karier kita, tak pernah beranjak dari keadaan begini-begini saja, atau begitu-begitu saja. Padahal jarum jam terus berputar; hari terus berganti; minggu terus berlalu; bulan datang dan pergi merenda bilangan tahun. Usia tanpa terasa merambat menuju tua; rambut pun satu per satu say good bye meninggalkan dunia hitam.

Namun, seburuk apa pun masa lalu kita, janganlah terus diratapi, karena ia takkan pernah kembali. Bermohon ampunlah kepada Yang Maha Pengampun, karena Dia merindukan momen pertobatan dan derai air mata hamba-Nya yang ingin kembali menempuh jalan-Nya. Maafkan masa lalu. Tatap hari ini. Raih masa depan.

Bermimpilah untuk masa depan yang lebih baik. Pancangkan niat dan tekad yang kuat untuk meraihnya. Bersangka baiklah bahwa Allah akan memeluk mimpi kita dan mewujudkannya. Buanglah keluh kesah dan mulailah menata diri untuk melangkah.

Hadapilah masalah dan jangan lari darinya. Sejatinya, masalah dan kesulitan adalah jalan terjal untuk meraih kebahagiaan. Bukankah nikmatnya makan ada saat kita lapar. Nikmatnya istirahat ada setelah seharian bersimbah keringat. Sesungguhnya, masalah yang menimpa kita seukuran dengan kemampuan kita mengatasinya: “Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa.” (Al-Baqarah: 286).

Semoga kita dapat menebus segala kegagalan, menanam terus kebaikan, sehingga kehadiran kita di muka bumi ini dapat menjadi ladang amal untuk berbekal menjelang pertemuan suci dengan Zat Ilahi Rabbi. Wallaahua’lam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Harapan harus selalu diperjuangkan

15 Feb
Balas



search

New Post