cecep peby

Guru SMPIT yang ingin belajar menulis dengan sungguh2. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
BULLY MENGUASAI INDONESIA

BULLY MENGUASAI INDONESIA

Beberapa waktu yang lalu, sebelum hebohnya perpindahan Ibu Kota ada masalah pelik yang dihadapi pejabat negeri ini. Alih-alih disanjung, media malah memojokan bahkan warganet pun memanasi dan mulai merundungnya bagai bolu yang siap disantap. Lantas, ILC pun tidak ingin ketinggalan berita ini hingga mereka mulai membuat acara dengan tema “Anies Baswedan di Pusaran ‘Bully’”.

Sekilas memang tidak tampak apa yang akan kita bahas jika kalian sudah terbiasa mengucapkannya. Namun, saya sangat berpikir keras karena ini kesalahan fatal dan tidak boleh ditiru. Jika kalian tahu apa yang ada di pikiran saya, pasti yang mengganjal itu adalah kata bully. Karena bully sendiri merupakan kata asing dan kurang cocok jika talk show sekelas ILC memopulerkan kata asing. Saya mencari kata bully dari KBBI daring maupun luring tidak menemukannya. Lantas apakah ILC ini bisa dikatakan tidak cinta bahasa Indonesia? Sekelas acara ILC pasti mempunyai wadah yang pas untuk merumuskan suatu judul karena akan riskan jika mereka tidak memopulerkan bahasa Indonesia.

Yang mencengangkan, dalam penulisan bully dalam judul itu tidak sesuai aturan yang sudah berlaku, di mana jika kita menulis menggunakan bahasa asing dengan di ketik maka penulisannya harus di miringkan. Itu yang saya baca dari sumber PUEBI yang ditanda tangani oleh Pak Anis saat beliau menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun yang lalu. Dan PUEBI juga menerangkan jika bahasa asing ditulis tangan maka harus digaris bawahi.

Saya pun keheranan, apakah saya yang keliru karena sudah heboh atau mereka yang sengaja karena tidak ingin mengenalkan padanan bahasa Indonesia bully? Setahu saya, penulisan itu mempunyai aturan yang berlaku sehingga mau tidak mau haruslah mengikuti regulasi seperti itu. Jangan sampai memandang sebelah mata terhadap aturan bahasa sendiri.

Saya pikir tidak mungkin jika tim di sana tidak memahami teori-teori seperti ini, pastinya seorang Pak Karni pun paham benar. Sekali lagi, saya hanya heran saja, kenapa harus memopulerkan bahasa asing yang sudah eksis. Padahal saya yakin para pemirsa pun banyak yang kurang paham apa padanan bahasa Indonesia bully atau bullying tersebut.

Media televisi merupakan iklan yang pas untuk membahasakan masyarakat, apalagi tayangan ILC sangat digandrungi oleh para milenial yang haus akan ilmu politik dan beretorika. Lantas, kata apa yang cocok untuk mengganti kata bully? saya mencoba mencari di kamus daring maupun luring. Namun, hasilnya sama. Bully dalam bahasa Indonesia merujuk KBBI bisa disebut ‘rundung atau merundung’ yang artinya (1) mengganggu; mengusik terus menerus; menyusahkan, (2) menimpa (tentang kecelakaan, bencana, kesusahan, dan sebagainya), (3) menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis, dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik berulang kali dan dari waktu ke waku, seperti memanggil nama seseorang dengan julukan yang tidak disukai, memukul, mendorong, menyebarkan rumor, mengancam, atau merongrong.

Sangat lugas bukan? Arti ini akan menampar kata bully karena kata rundung atau merundung secara lebih terperinci dan sangat mudah dipahami. Penafsiran pada arti nomor satu, menjelaskan bahwa si pelaku akan terus mengganggu dan mengusik secara berkala. Sehingga korban akan merasa risih bahkan sampai setres karena terus dihantui oleh pelaku. Nomor dua lebih keumum karena ini bisa terjadi oleh siapa pun. Pengartian nomor tiga mempunyai bobot yang mumpuni karena semua kata permasalahan itu bisa dipahami dan diperjelas dengan singkat.

Dari pemafaran tersebut, saya yakin bahwa rundung atau merundung akan diterima oleh masyarakat luas. Sudahi memviralkan kata asing yang sudah mewabah ke masyarakat luas, harusnya kita memberitahukan padanan kata yang jarang dipakai oleh masyarakat. Jangan sampai kita apatis terhadap padanan kata yang jarang digunakan.

Kita sebagai warga negera harus patuh dan tunduk terhadap sumpah pemuda pada masa itu. Jangan sampai lupa akan membudayakan bahasa yang kita banggakan ini. Tumbuh kembangkan padanan kata ‘merundung’ ini dikalangan pakar psikolog dan pada media cetak daring atau luring. Biasa karena terbiasa merupakan slogan yang patut kita jung-jung sampai mati, jangan biarkan bahas asing membuat kita menjadi gengsi, sekali lagi saya mengajak kepada masyarakat untuk memelajari padanan kata baru supaya kita bisa menggunakan itu dikemudian hari.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post