Sedih,sedu,sedan, kulihat dari paras tuanya yang letih. Tidak tahu apa yang harus kulakukan demi menghapus luka dan sedihmu. Pilihan hidupnya itu sudah dijalankan nya. Bukan kesalahan kita jika Allah berkehendak, yang kita lakukan hanya melakukan hal yang baik. Berusaha meluruskan apa yang seharusnya diluruskan.

Sedih jika mendengar mu bercerita, maafkan Aku yang tidak bisa membuat mu bahagia. Kudengar kan suara lirihmu bercerita. Kutahan tetesan air mata yang mulai satu persatu ingin tumpah. Berkali-kali kuucapkan " Bunda itu pilihan hidupnya" walaupun kutahu betapa perih beban dan derita hidup yang di alaminya berjuang menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus menjadi sarjana.

Kemudian memilih pasangan hidup yang hanya menginginkan harta, memanfaatkan rasa cinta dan kemudian menyiksanya hingga meregang nyawa. Aku tahu itu perih dan penuh duka. Tapi,itu pilihan hidupnya. Ingin tumpah air mata ini tapi kutahan di depan paras tuanya yang letih.

Bunda maafkan Aku, Akupun tidak berdaya. Maaf kan dia yang sudah tiada, ampuni segala kesalahannya. Dan, Jika kini pilihan hidupnya menikmati tetesan darah anakmu yang telah tiada menjadi makanan pokok nya, ikhlas kan lah karena Allah tahu Apa yang kita tidak tahu.