CANDU ISTIQOMAH
CANDU ISTIQOMAH
Choirun Nisa’
Peristiwa awal desember tanggal 2, 2019 merupakan pelajaran yang sangat berharga bagiku. Sesibuk apapun dengan pekerjaan apalagi yang berurusan dunia ketika panggilan Tuhan sudah datang segeralah untuk dilaksanakan. Selama hayat dikandung badan. Begitula pesan ayah ibu kepadaku setiap hari ketika azdan berkumandang.
Kami bukan anak kecil lagi tapi mereka selalu mengingatkan dalam segala hal. Terutama dalam sholat sebagai pondasi utama sebagai umat muslim. Ayah ibu selalu cerewet dalam ibadah ini. Mereka juga selalu menasehati jangan sampai lupa sholat dan menunda waktu. Jangan pernah sholat sendirian dan berusaha untuk sholat berjamaah setiap waktu dimanapun berada. Rugi kalau tidak melaksanakan sholat dengan berjamaah. Itulah petuah mereka setiap saat. Tak ada kalimat lain lagi ketika menasehati kami selain tambahan untuk ajeg (baca: istiqomah) membaca Alquran setiap hari meskipun hanya lima menit.
Betapa pentingnya kedua ibadah tersebut sehingga ayah ibuku begitu pressingnya terhadap anak cucunya. Mereka seperti sudah mendapatkan candu istiqomah dalam melaksanakannya. Sehingga ketika salah satu diantara kami tidak merawat atau bahkan melalaikannya, mereka sangat marah besar kepada kami. Dan merekapun selalu mengingatkan kami bahwa hidup ini hanya sementara dan fana jangan sampai merugi dihari kelak.
Pada siang itu, tanggal 2 Desember merupakan pelajaran bagiku, dimanapun berada ketika candu istiqomah sudah melekat tak akan bisa menghalangi walaupun gangguan mendekat. Ayah mendengar tarhim, tanda waktu dzhuhur hampir tiba. Beliau sedang asyik menikmati diskusi dengan temannya. Namun karena mendengar tarhim beliau langsung pamit meskipun diskusi lagi hangat. Karena pasti ibu di rumah sedang menunggunya untuk sholat berjamaah. Dan memang tak pernah kulihat ayah ibu meninggalkan keistiqomahan berjamaah dalam menjalankan ibadah wajib ini. Ketika salah satu bepergian ketika sudah waktunya pasti akan pulang.
Mereka berdua adalah betul-betul suri tauldan bagi kami. Mereka selalu bersama dalam menjalankan ibadah apapun. Bagi mereka membina biduk rumah tangga bukanlah hanya pemuas nafsu belaka. Kata-kata mistaqon gholidha benar-benar dijalankan hingga maut memisahkan.
Namun Allah menakdirkan lain di hari itu, mereka tidak bisa sholat bersama karena ayah mendapatkan kecelakaan ketika perjalanan pulang. Ayah memacu laju kendaraannya dengan cepat supaya tidak terlambat. Sehingga bisa melaksanakan sholat tepat waktu dan tidak ingin ibu menunggunya terlalu lama.
Allah menakdirkan bahwa hari itu mereka tidak bersama walaupun yang dilakukannya merupakan kewajiban. Allah memberikan kenikmatan sakit. Alhamdulillah hanya tulang retak dibawah lutut dan beberapa jahitan di bibir. Dan ketika sadar ayah langsung bertanya “ Mana ibu?, pasti belum sholat karena menungguku”.
“Ayo cepat panggilkan ibu, kasihan sudah menunggu lama”, ayah memintaku untuk memanggilnya.
Allahu akbar meskipun dalam kondisi sakitpun beliau tetap ingin bersama dengan ibu untuk melaksanakan sholat berjamaah. Begitu manisnya candu istiqomah yang beliau rasakan sehingga tidak ingin terlewatkan sedetikpun dalam menjalankan keistiqomahannya.
Mereka berdua betul-betul suri tauladan bagi anak cucunya. Semoga kami bisa mengikuti keistiqomahan mereka dalam menjalankan segala kewajiban dan aturanNya. Aamiin
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Maa syaa Allaah indahnya cinta suami istri karena Allaah. Semoga terus bersama dlm keabadian cinta until Jannah.
Masya Allah... patut ditiru bu