JIN MUSLIM
JIN MUSLIM
Choirun Nisa’
“Batas terakhir pengumpulan berkas besok”, celoteh salah satu rekan kerja di sekolahku.
“Wah aku belum sama sekali meminta tanda tangan dan legalisir berkas- berkas ke kepala sekolah,” sahut rekanku yang lain.
“Setelah memeriksa berkasku sendiri, ternyata masih ada berkas yang belum dilegalisir oleh kepala sekolah”, aku bergumam dalam hati.
Siang itu semua rekan kerjaku berburu bagaimana supaya bisa mendapatkan tanda tangan beliau. Untuk mendapatkan tanda tangan kepala sekolah kala itu sangatlah sulit karena beliau merangkap 2 sekolah. Sehingga beliau sibuk dan harus mondar mandir untuk menangani segala urusan yang berhubugan dengan dua sekolah tersebut.
Siang itu kami menunggu beliau bersama berkas-berkas yang siap untuk ditandatangani. Salah satu rekan kerja memberikan informasi bahwa bapak kepala sekolah akan hadir setelah sholat dhuhur.
Mendengar informasi tersebut aku menelpon rekan kerja yang sedang mengambil berkasnya yang ketinggalan dirumah. Setelah memberitahunya sembari menungu bapak kepala sekolah datang aku sholat dhuhur terlebih dahulu. Karena kamar mandi ruang guru antri, aku menuju kamar mandi diruang kepala sekolah karena sudah tidak sabar untuk membuang air kecil.
Ketika berwudhu tiba-tiba mobile phone milikku sedang menelphone seseorang dan ternyata nomor yang dituju adalah panggilan terakhir yang kulakukan. Karena aku mendengar suara temanku memangil namaku dan mengucapkan hallo berkali-kali. Padahal aku tidak menyentuhnya. Akupun juga tidak membuka password yang ada. Ia kuletakkan disalah kantung baju.
Diringi perasaan yang agak merinding akupun melanjutkan proses wudhu sampai selesai dan suara teman yang memanggilkupun berhenti juga ketika peroses wudhu berakhir. Aku berusaha tenang dan keluar dari kamar mandipun tetap berdoa walaupun sebenarnya dalam hati bertanya “ Siapa ya yang melakukan panggilan tadi?”.
Ketika berada diluar kamar mandi dan masih berada di ruang kepala sekolah ternyata sura gemericik air masih berlanjut. Walaupun fikiranku tak menentu diringi dengan perasaan ambyar dan badan lemas semua, aku berfikiran positif saja. Mungkin yang menggangguku tadi sedang berwudhu juga karena tadi masih ingin menggodaku.
Setelah peristiwa ini aku tidak pernah lagi menumpang dikamar mandi kepala sekolah. Ke ruang kepala sekolahpun kalau tidak ada teman aku pilih menunggu saja daripada harus ada sapaan dari si dia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jadi merinding Bu
Keren bu dak bisa membayangkan bagaimana ekspresi ibu saat itu. Wah, pengalaman yang membuat semua jantung berdegub..semoga ibu selalu baikbaik saja..semangat
Hati2 bu. ... heheheee