Sepenggal Kenangan
Sepenggal Kenangan
Mengenalmu adalah hal terindah dalam hidupku. Aku tak berani berharap ketika jatuh hati padamu. Bahkan tuk sekedar menitip salam aku masih tetap diam, bungkam setiap kali aku bertemu, berada dihadapanmu.
Masih terngiang gelak canda tawamu. Senyum simpul manis tersungging dikedua lesung pipitmu, sehingga menambah aura keindahan wajahmu menjadi sempurna laksana bulan purnama.
Kau memberiku warna yang berbeda. Entah bagaimana perasaan itu berubah ketika kau menyapaku di persimpangan jalan menuju kelas. Setelah melewati ratusan hari mengapa perasaan virus cinta muncul dalam diriku. Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi. Oh ..... Tuhan degup jantungku berdetak tak karuan, rasa bahagia di dalam dada membuncah, kakiku terasa kaku tak bisa beranjak dan aku tak berani tuk menatapnya.
Aku tak bisa menguraikan emosi hati ketika kau menorehkan sesuatu diselembar buku yang kau pinjam. Coretan yang penuh makna romantis bagiku membuat hati serasa berbunga-bunga. Entah kau sadari atau tidak sejak itulah ada perasaan aneh dalam diriku.
Perasaan membuncah saat menatap mata redupmu itu. Ditambah lagi kamu dan aku berteman cukup dekat saat itu. Ya, lebih tepatnya teman untuk berdiskusi dan sharing tentang pelajaran di sekolah. Semua bidang studi kau lahap dengan nikmatnya sehingga tak ada kata sulit bagimu. Kau memang siswa tercerdas di sekolah dan siapa yang tak mengenal pemilik lesung pipit yang sangat manis. Dan seringnya Bapak Ibu guru selalu meminta kami berdua untuk menyelesaikan tugas bersamaan di depan kelas sehingga suara-suara riuh dan celoteh berdehem diantara mereka.
Aku dan kau faham arti isyarat mereka dan aku berusaha untuk menjelaskannya bahwa kita hanya teman biasa. Namun justru lebih banyak siulan, gelak tawa dan ejekan dari mereka. Menurut mereka kita adalah pasangan yang serasi . Setiap tahun aku dan kamu memang selalu bersaing dalam prestasi baik akademik dan non akademik.
Perasaan yang mungkin berasal justru dari seringnya teman- teman menjodoh- jodohkan aku denganmu. Perasaan yang mungkin sebuah kesalahan besar, aku menyukaimu. Dihari hari berikutnya aku tidak menyangka bahwa gosip tidak benar antara aku dan kamu semakin menyebar. Setiap kali aku berbicara denganmu, teman- teman di kelas memberi siulan dan sorakan. Aku tahu kamu tidak nyaman dengan itu. Aku pun juga, namun karena aku hanya menganggap mereka cuma bercanda dan akupun menanggapinya dengan santai. Namun agaknya berbeda denganmu, kamu mulai menghindariku.
Akupun akhirnya memutuskan untuk tidak bertegur sapa denganmu Aku memendam perasaan ini. Dan entah kapan, karena kau bukan hanya sekedar sahabat tapi juga obat kalaku tak berdaya dan putus asa. Kau hadir membawa sejuta asa. Sosok yang yang hangat, khusunya terhadapku. Entah sampai kapan, rasa ini terus mengalir. Bagiku, mungkin seperti debu. Cinta tidak akan hilang sekuat apapun kita melupakannya. Dan mungkin, itulah aku...kepadamu.
Tugas Kels Cerpen 1
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aduuuh...syahdu banget Bu cerpennya dan terima kasih kunjungannya ya. Salam
Wow, keren Bund ceritanya. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Maturnuwun atas apresiasinya, tugas kelas cerpen membuat saya harus banyak belajar diksi dari penulis lain yg hebat dan super duper. Alhamdulillah telah menjadi bagian dari Media Guru. Bertemu orang2 hebat dan insyaallah barokah dg sharing ilmunya. Aamiin
Aku...padamu. iih ceritanya keren, Ibu. Jadi ingat kenangan masa lalu. Hahay...
Wow mantap bun ceritanya
Virus cinta. Mantap, Bunda. Salam literasi.
Jadi nostalgia bun hehehe
mantab cikgu...kenangan mada lalu rupanya
Cerpen yang bagus Bu, izin follow. Ditunggu followbacknya