CHULUD AYU ARDANIA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kami yang Tersakiti oleh Pandemi

Bulan Februari kini tidak hanya dikenal dengan bulan kasih sayang, namun juga menjadi bulan yang amat memprihatinkan bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, saat itu masyarakat mulai resah ketika mendengar Presiden Jokowi memberikan informasi bahwa terdapat dua pasien yang terkonfirmasi positif terpapar virus corona di Indonesia. Sebagian besar masyarakat indonesia merasa ketakutan dan panik. Semua ini terlihat dari berbagai kondisi yang ada. Kelangkaan masker dan handsinitizer menjadi bukti bahwa masyarakat mengalami keresahan. Masyarakat berbondong-bondong memborong seluruh kebutuhan yang diperlukan untuk membentengi diri dari virus ini. Perlengkapan APD (alat pelindung diri) yang biasanya hanya digunakan oleh para tenaga medis, kini masyarakat mulai tertarik untuk memiliki APD. Kondisi ini tentunya sangat menyakitkan bagi para tenaga medis yang kekurangan perlengkapan APD.

Pandemi telah membentuk masa transisi kehidupan di muka bumi. Peristiwa ini tidak sesederhana pesan yang tak terkirim karena tidak ada sinyal. Tentunya hal ini lebih kompleks dari sekedar kuota yang menipis akibat kehidupan yang beralih menjadi serba online. Sebagian besar orang yang berpikir keras demi inovasi baru, kehidupan baru, dan kebiasaan baru. Pembelajaran yang diawali dari pertemuan bahkan tidak diakhiri dengan perpisahan. Pedagang cilok depan sekolah yang harusnya tetap konsisten dengan profesinya kini harus memutar otak untuk hijrah pada profesi baru.

Rasanya terlalu munafik, jika di masa seperti ini saya tidak mengeluh. Kalaupun ada hal yang harus disyukuri, mungkin saya akan bersyukur karena bisa pergi ke warung Mbok Nah dengan tenang karena sudah tidak ada para lelaki yang sering nongkrong di warung Mbok Nah. Terakhir kali mereka diusir oleh pak RT karena aturan pemerintah yang melarang masyarakat untuk berkerumun demi menerapkan social distancing. Sayangnya rasa prihatinku lebih besar dibanding dengan rasa senangku. Bagaimana tidak, Mbok Nah harus membiayai hidupnya dan anak-anaknya, dengan kondisi seperti ini tentunya akan berdampak pada penghasilannya yang menurun.

Situasi yang sedemikian rumit ini telah membuka mata kita semua bahwa peristiwa ini benar-benar menyakitkan untuk semua orang. Kini masyarakat berusaha berinovasi dan beradaptasi demi bertahan dengan kondisi yang baru. Semoga situasi ini dapat menyadarkan kita bahwa kesehatan sangatlah berharga. Dengan begitu, semoga masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan, agar wabah ini segera berakhir.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tuhan masih sayang pada kita, kiranya kasihnya mengelilingi kita senantiasa, aamiin

08 Sep
Balas

Amin Ya Allah... jazakumullah khair sudah mampir bu..

10 Sep



search

New Post