Crysna Rhany Ningrum

Saya hanyalah seorang guru dari kota kecil yang tidak punya banyak harta untuk berbagi...tapi memiliki sebidang lahan di hati yg sangat luas untuk berbagi ilmu....

Selengkapnya
Navigasi Web

Sudahkah Kita Berbagi Ilmu?

#cerita_crysna Sudahkah Kita Berbagi Ilmu?

Hari ini saya mendapat sebuah chat dari salah seorang guru dari luar jawa. Beliau meminta ijin untuk menularkan ilmunya kepada para siswa dan guru yang ada di daerahnya. Ilmu yang dibagikan akan mengalir seperti air. Tak akan bisa dibendung laju kebermanfaatannya. Anda tahu bagaimana rasanya? Sulit untuk diucapkan dengan kata-kata. Hanya air mata haru penuh syukur yang dapat mewakili perasaan saya saat itu. Bagaimana tidak? Coba kita bayangkan, jika dalam waktu satu bulan terdapat 100 orang guru saja dari 400 peserta pelatihan online yang mau mengimplementasikan dan menularkan ilmu yang telah didapatkannya kepada satu orang guru saja di sekolahnya masing-masing, maka akan ada 200 guru yang akan mendapatkan ilmu kita dalam satu bulan berikutnya. Dan jika 2 guru itu menularkan ilmunya kepada siswa di salah satu kelasnya saja, sebagai misal satu kelas di isi 28 siswa, maka akan ada 5600 siswa yang akan mendapatkan ilmu dari yang kita bagikan pada bulan berikutnya. Berarti kita yang awalnya sendirian ini, dalam waktu kurang lebih tiga bulan saja sudah berhasil menularkan ilmu kita ke 200 orang guru dan 5600 orang siswa. Bukankah ini sebuah hal yang sangat luar biasa?

Bayangkan jika ada 10 orang guru yang terinspirasi dengan apa yang kita lakukan kemudian melakukan hal yang sama. Bukan tidak mungkin dalam waktu tiga bulan berikutnya ada 10 ilmu baru yang di tularkan kepada 2000 orang guru dan 560000. Bukankah dengan demikian negara Indonesia akan lebih cepat maju? Lantas modal apa yang harus kita miliki untuk mewujudkan mimpi besar tersebut?

Keikhlasan! Modal nya hanyalah sebuah keikhlasan. Sebuah kata yang pasti semua orang akan bisa mengucapkannya namun tak banyak orang yang bisa melakukannya. Untuk mencapai level keikhlasan, maka kita perlu merasakan kebahagiaan terhadap apa yang kita lakukan. Mencintai pekerjaan kita merupakan salah satu bentuk syukur kita kepada nikmat dan karunia Allah SWT. Hanya dengan rasa ikhlas, maka kita bisa merasakan kebahagiaan atas semua pekerjaan yang kita lakukan. Rasa bahagia ini akan menuntun kita untuk bisa bekerja tanpa di awasi. Bekerja semata-mata hanya mengharapkan ridho Illahi. Bukan karena pujian atasan ataupun sanjungan teman. Tapi karena Allah Ta’ala. Jika kita sudah bisa melampaui level ini, maka kita akan sangat mudah untuk mengikhlaskan ilmu, waktu, tenaga, harta dan pikiran kita untuk kebermanfaatan orang lain.Ponorogo, 11 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post