BIANGLALA MENJERAT ASA (3)
#TANTANGAN GURUSIANA HARI KE 194
#CERPEN
#NOVEL
BIANGLALA MENJERAT ASA (3)
JATUH CINTA PANDANGAN PERTAMA
Aku memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Pa Ghusony Ardian, dia selalu dipanggil Pa Sony di kantor ini. baru beberapa bulan menggantikan posisi ayahnya karena terkena serangan stroke, sebagai pimpinan perusahaan ini.
“Masuk aza mba....Pa Sony lagi santai tadi sudah saya kasih tau beliau”. Mega seketaris Pa Sony mempersilakan Lina untuk masuk ke ruangannya.
“Ya silakan masuk....”. suara dari dalam mempersilakan Lina untuk membuka pintu dan masuk ke ruangan yang sejuk dan bernuansa hijau terlihat di sudut kursi ada bunga Angrek berwarna ungu sangat cantik.
“Saya Herlina Pa....karyawan baru staff administrasi”. Lina berdiri di depan meja Sony yang masih sibuk menandatangani berkas-berkas., dan belum melihat muka Herlina.
“Ooh....yang akan bantu Bu Susan ya.....”. Sony meletakkan pulpennya dan melihat Herlina.
“Kamu??....yang seminggu lalu lihat di lobby ?, Kamu diterima disini??”.
Sony tersenyum karena senang melihat wajah gadis lugu dan cantik ada di depannya. Mata mereka sejenak beradu pandang, dan Lina menundukkan kepalanya karena malu ditatap Sony begitu lamanya.
“Okey....semoga kamu betah disini bekerjanya, tapi gajinya disini tidak besar”. Sony berdiri dari mejanya dan menjabat tangan Herlina
Tatapan Sony belum lepas memandang Lina dari ujung kepala sampai ujung kaki dia perhatikan penampilan Lina.
“Terimakasih pa...maaf pa saya kembali ke ruangan, sekali lagi terimakasih atas waktunya”. Lina pamit meninggalkan ruangan pimpinan perusahaan itu.
Dia tidak berani berlama- lama di dalam ruangan itu, karena laki-laki yang penuh pesona itu selalu menatap dia begitu lamanya. Ada perasaan yang berdebar dalam haitnya. Yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
##
Herlina yang tidak pernah percaya diri, yang tidak menyadari kecantikan wajahnya, tidak pernah memoles dirinya , berpenampilan sederhana dan lugu. Ternyata jadi bahan pembicaraan para laki-laki teman kerjanya.
Memiliki atasan sekaligus teman seperti Bu Susan, Herlina banyak mendapatkan masukan dan bimbingan. Karena Herlina sangat pintar dalam hal pekerjaan, sehingga Susan pun senang dengan kehadiran Lina di ruangannya yang banyak membantu pekerjaannya. Kadang Lina pun menggantikan posisi Bu Susan dalam rapat dan peremuan-pertemuan mengingat usia Susan yang sudah tidak muda lagi. Seringnya mengikuti pertemuan-pertemuan itulah, sering juga Lina bertemu dengan Pa Sony.
##
“Assalamualaikum....” Suara Maliza membuyarkan lamunan Herlina siang itu.
“Waalaikumsalam.....Loh...Nak....koq ga berkhabar mau pulang?”. Sambil memeluk dan merangkul Maliza, Lina tampak bahagia kehadirannya anak semata wayangnya.
“Tinggal nunggu sidang moms....aku kangen ingin pulang”. Manjanya Iza terlihat dari sikap dan biaranya dengan ibunya.
“Aku mohon doa mama ya... minggu besok sidangnya, makanya aku pulang pengen cium dan peluk mama”.
Bagaikan pinang terbelah dua, dua wanita cantik ini sekilas tidak ada bedanya. Seperti adik kakak. Bila mereka berjalan berdua orang lain tidak akan menyangka itu adalah anak dan ibunya.
“Moms....dulu mama pernah janji, kalau Iza sudah besar dan sudah lulus kuliah akan mempertemukan dengan ayah, dan sekarang Iza sudah mau lulus ma....apakah Iza sudah boleh menemui ayah Iza?” Pertanyaan Iza menohok Herlina.
Herlina tidak bisa berkata-kata, terdiam sejenak, matanya memandang kosong ke teras rumah yang dipenuhi bunga, yang disimbahi air hujan, dan anginnya menyeruak dingin menusuk tulang.
Betul saja prasangka Herlina, dia akan ditagih janji oleh anaknya, anak yang bertemu dengan seorang ayahnya, hingga usia 20 tahun belum pernah merasakan kasih sayang dan bertemu dengan ayahnya.
Herlina menarik nafas panjang dan dalam-dalam, dia mencoba membuka kata-kata untuk memulainya. Maliza bukan lagi anak kecil yang bisa dibohongi, dia seudah dewasa. Mata nya pun mulai berkaca-kaca.
“Maafkan Iza ya Ma.....sudah melukai perasaan mama, “.
“Mama yang minta maaf ya nak.....Insyaallah kamu akan ketemu dengan ayahmu.” Ucap Lina sambil memeluk Iza.
##
Malam itu langit tak bertaburkan bintang yang kerlap kerlip, hanya awan hitam membekas turunnya rinai hujan. Gelap dan juga hening bumi mencekam. Malam pun hampir berganti. Sepasang mata terpejam, namun hati berkecamuk pikiran melayang. Doa doa di atas sajadah telah dilangitkan, tangan Herlina menengadah memohon ampunan dan memohon kesuksesan untuk anak semata wayangnya. Subuh pun menyambut.
BERSAMBUNG
CIMAHI, 24 OKTOBER 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pisan teh.. Pasti makin seru kelanjutan kisahnya, (semoga)... Sukses selalu
Terima kasih pa sdh berkunjung salam sukses
Sangat kereeen bu cantik. Next
Semoga iza bisa bertemu ayahnya. sehat dan sukses selalu bucantik
Terima kasih bun, sukses selalu salam literasi
Semakin asyik alurnya. Ditunggu lanjutannya. Tetap semangat , semoga sehat selalu dan salam literasi
Keren Bunda
Terima kasih pa Thomas sdh berkunjung salam sukses
Cerita yang keren bingit. Di mana dan ke mana papanya ya?
Insyaallah doa ibunda Herlina dikabulkan demi kebahgiaan dan cita cita anak semata wayangnya..salut kisahnya
Keren ibu sayang.. Cerita yang sangat menarik dan luar biasa.. Ibu cantik memang piawai mengolah kisah semakin menarik dan membuat penasaran.. Salam santun dan sukses selalu
Keren banget bucan. Salam sukses selalu.
Keren keren bu....cm saya belum bs mulai, blm PD..
Ayo bun apa saja tulis lama lama nanti terbiasa, salam literasi
Cerpen yg keren dan bikin penasaran. Ditunggu lanjutannya ya Bun
Terima kasih bun apresiasi nya salam sukses
Keren ceritanya Bu Cucu,kisah Herlina masih tersimpan rapi, ditunggu kelnjutannaya,sukses sellau buk.
Terima kasih bun kunjungan nya salam sukses salam literasi
Semakin asyik ceritanya, bikin penasaran bunda, sukses selalu
semoga setlh lulus dipertemukan ayahnya...
Terima kasih pa salam sukses
Tetap semangat, lanjutkan bu. Salam sukses selalu
mantap bu
Sukses selalu sahabat literasi...
Terima kasih kunjungan nya pa salam sukses
Lanjut Bun
Terima kasih kunjungan nya pa salam sukses
Keren buCan Asa yang tak berujung.Saya tunggu lanjutan kisahnya,saya suka.Sukses selalu
Terima kasih bun... Salam sukses
Keren bu. Saya suka membacanya bu, tp belum bisa menulisnya. Slm sukses bu. Di tinggu lanjutannya
Mantap, jadi penasaran lanjutannya.... Salam literasi