
Alarm Kematian (Tantangan gurusiana hari ke 87)
Alarm Kematian
Cucu Nurajijah
Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut (QS 21:35) setiap yang bernyawa akan menemui mati. Itulah kutipan ayat Al-quran yang senantiasa mengingatkan kita pada kematian, tidaklah berarti harta dan tahta yang kita miliki, semua hanyalah titipan dari Sang Ilahi, sebagai bentuk ujian seberapa mampu kita mengelolanya dengan baik atau tidak. Bukan saja tentang harta dan tahta, kematian juga mengingatkan kita pada seberapa besar bekal yang kita miliki untuk kembali, kembali pada kehidupan yang hakiki, sudahkah kita menimbun amal dan pahala, sudah tebalkah iman kita, sudah bertumpuhkah amal kebaikan kita dan sudah banyakkah kebaikan-kebaikan yang kita lakukan untuk sesama. Itulah beberapa pertanyaan yang merajai diri hari ini, mengingat kematian sebagai bentuk keimanan untuk mempersiapkan diri di hari pembalasan.
Hari ini beberapa kali kudengar sirine mobil jenazah sebagai alarm kematian melewati jalanan depan rumah, tak pernah ku tau siapakah jenazah yang ada di dalamnya, yang jelas itulah waktunya seseorang menemui kematian setelah menunggu nomor antrian kematian dalam hidupnya. Sirine pertama kudengar sekitar pukul 10.00 WIB, kulihat dari balik kaca rumah, suara riuh terdengar dari jalanan, beberapa kendaraan di belakangnya mengikuti mobil jenazah sebagai pertanda duka cita yang mereka rasakan. Kemudian sekitar pukul 17.00 WIB kudengar kembali sirine mobil jenazah itu, kulihat kembali di balik kaca tak kulihat rombongan pengantar di belakang mobil jenazah itu, sang supir mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat agar bisa cepat sampai ke rumah duka. Bergetar rasanya hati ini, melihat dan mendengar sirine mobil jenazah dan melihat di dalamnya membawa sang jenazah.
Hari ini cukup memberi peringatan pada diri, diri yang berlumuran dosa, dengan cita-cita tertinggi ingin masuk surga, namun amal dan iman masih semena-mena. Betapa tak berdaya ketika nyawa meninggalkan raga, tak ada seorangpun yang bisa menemani, tak ada kendaraan mewah dan harta berlimpah yang dibawa, hanya kain kafan yang melekat pada diri sebagai pakain terakhir yang kita miliki. Betapa kita bukan siapa-siapa, tak mampu berbuat apa-apa. Hanya amal dan iman yang ‘kan menyelamatkan, semua dipertanggung jawabkan di depan hakim yang adil, tak bisa mengelak ataupun bersembunyi karena sudah direkam oleh para saksi yang ahli. Lantas apakah yang masih kita sombongkan dalam diri? Harta melimpah, paras yang tampan atau cantik, prestasi membumi atau yang lainnya, sungguh semua tidaklah berguna.
Kapanpun, di manapun, dan siapapun akan menemui kematiannya di waktu yang sudah ditentukan, semoga kita semua kembali dalam keadaan husnul khotimah dengan sebaik-baiknya keadaan, menaman Sang Ilahi dalam hati dan menanam kecintaan pada Sang Nabi, masih ada waktu untuk kita memperbaiki diri karena mati tak menunggu nanti atau mengganti nomor antri.
Cianjur, 06 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar