Cucu Nurajijah

Lahir di Sukabumi 11 Mei 1992, Menempuh pendidikan S1 Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Sukabumi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kisahmu Kan Menjadi Sejarah Bagian 3 (Tantangan menulis gurusiana hari ke 116)

Kisahmu Kan Menjadi Sejarah (Bagian 3)

Saya masih terus menatap Arif penuh harap, berharap ia mau berkata jujur pada saya, saya terus yakinkan dia bahwa saya akan menjaga baik-baik masalah yang sebenarnya ia hadapi. Saya juga berulang mengatakan semua saya lakukan semata karena saya menyayangi dia sebagai putra didik saya, sembari menahan air mata yang seakan ingin tumpah melihatnya. Tak tahu kenapa saya tak bisa menyembunyikan perasaan saya pada Arif, saya berkaca-kaca melihatnya, hal itu terjadi sebagai ungkapan kekecewaan saya terhadapnya. Ia sejenak menatap saya kembali seakan berusaha untuk mengatakan yang sebenarnya. Beberapa saat kami sama-sama terdiam, dan ia mulai membuka mulut terlihat sedikit ketakutan dan mengatakan semua terjadi karena ia sering diolok-olok teman-temannya di kelas, hal itu terjadi beberapa bulan lalu, ia tak dapat melawan dan melakukan apapun, saya terdiam sejenak sembari menatapnya, ia terus mengatakan bahwa kalimat olok-olokan yang dilontarkannya membuatnya sakkit hati, maklum saja ia diolok-olok dengan nama lain yang tak wajar.

Saya merasa lega mendengar kejujuran putra didik saya itu, saya terus beri dia motivasi agar ia tetap kuat dan fokus pada pendidikannya, fokus untuk membanggakan ibunya dan membanggakan saya sebagai wali kelasnya sembari menangis karena tak mampu saya tahan lagi. Meski begitu saya tetap tidak membenarkan tindakan yang dilakuka Arif beberapa bulan ini, menguhubungi pihak sekolah berkali mengatas namakan ibunya adalah tindakan tidak terpuji karena ia sudah berbohong seolah mempermainkan pihak sekolah. Ia juga menyadari akan kesalahannya, ia juga mau meminta maaf dan mau memperbaiki semuanya. Meski begitu pihak sekolah akhirnya sepakat untuk memberinya kesempatan untuk terakhir kalinya agar ia memperbaiki apa yang sudah terjadi. Hari itu saya menyadari bahwa perundungan secara verbal bisa begitu menyakiti hati dan diri seseorang, membuat seseorang seolah tak memiliki harga diri dan hilang kepercayaan diri. Dari Arif saya belajar bahwa saya sebagai wali kelas belum berperan baik seutuhnya, mengingat masih ada putra didik saya yang ternyata menjadi korban perundungan verbal dari teman sekelasnya. Sejenak merasa diri bukanlah guru yang baik, bukan ibu yang baik, juga wali kelas yang baik. Tapi tentunya hal ini memberikan pelajaran berharga bagi Arif, bagi sekolah dan terutama bagi saya. Semoga hal serupa tidak terjadi pada seluruh peserta didik yang lain.

Tamat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post