#tantangan-menulis_gurusiana

#tantangan_hari_ke_37

Kurang Satu

Cucu Nurajijah

Masih dalam rangka memecahkan rindu pada sahabat-sahabat sehidup sesurgaku. Namun terasa ada yang berbeda, ada yang tersekat jarak dan waktu, pandemi pula yang pada akhirnya menyekat kami hanya mampu bertatap dalam maya. Satu tahun lalu kami masih bisa menyempatkan diri untuk menciptakan waktu berkualitas meski terbatas, bersua foto bersama mengabadikan momen kebersamaan bingkai yang sudah dirajut lebih kurang 16 tahun lamanya. Tentu rasa saling memiliki diantara kami sudah tercipta sejak lama, saling berempati terhadap sesuatu apapun yang sedang dialami salah satu diantara kami, bertekad untuk tetap saling menjaga komunikasi, meski tatap tak lagi mampu setiap hari.

Adalah Ranie sahabat kami yang harus terpisah paling jauh diantara kami, tersekat jarak dan waktu, antara Sukabumi, Cianjur dan Bali. Nampaknya setelah ia memutuskan untuk ikut bersama kekasih hati, kami menyadari bahwa akan ada yang berbeda diantara kami, yang tak lagi bisa leluasa bersua, kadang meski dekat nampaknya hal serupa juga sering kami alami, tidak jarang banyak rencana yang terpaksa batal karena beberpa hal.

Ranie adalah sahabat yang paling dekat denganku saat pertama kali bersekolah di SMP, dia adalah teman sebangkuku, wanita penyuka dance ini bercita-cita ingin mengabdikan diri pada negara melalui profesi nakes, Qodarullah cita-citanya akhirnya tercapai, hanya satu yang mungkin tidak Allah izinkan, mendapatkan jodoh seorang perwira, hampir saja namun Allah punya rencana luar biasa, dia akhirnya menikah dengan seseorang asli Jawa yang luar biasa begitu menyanyanginya.

Masih teringat dalam benak, bagaimana akulah orang yang paling histeris di hari pernikahannya, menyadari bahwa akan ada sekat diantara kita, tak lagi bisa menyantap semangkuk mie sedap soto pavorit berdua sebelum kegiatan ekstrakulikuler, dialah yang selalu rutin memberi susu panas ketika kumasuk UKS karena disminore (hanya perempuan yang tahu bagaimana rasanya) ku titipkan dia pada lelaki pilihannya, untuk tetap menjaganya dalam keadaan suka dan duka, dengan perasaan berat hati kamipun harus rela melepaskan kepergiannya ke Bali.

Sedih sudah pasti kami rasakan. Namun kami menyadari kehidupan ini dinamis, pada akhirnya kami hanya perlu bersahabat dengan waktu, yang kan mampu merubah kapan saja seknario hidup kami, di hari sabtu lalu, formasi kami kurang satu, kami merasakan ada yang berbeda, Ranie tak bisa berada di tengah-tengah kami, hanya mampu melampiaskan rindu melalui maya itu saja dirasa sudah cukup untuk kami, seandainya saja pandemi ini tidak ada, mungkin dia terbang dari Bali ke Sukabumi, namun ini bukan soal pandemi, waktulah yang belum memberi kami kesempatan, berhusnudzon pada ketetapan Allah Subhanahu Wataala bahwa suatu saat kami bisa kembali bersua dengan leluasa, melampiaskan rindu tanpa sekat jarak dan waktu, saling berbagi cerita mencipta suasana ceria, saling melempar tawa berbagi suka, berpelukan erat tanda saling mengikat, teruntuk Ranie peluk rindu dari kami sahabat sehidup sesurgamu,

Cianjur, 17 Nopember 2020