Manusia Hanya Bisa Berencana

Manusia hanya bisa berencana, itulah kalimat yang sering kita dengar jika sebuah rencana yang sudah tersusun matang namun tak terealisasikan. Kesal, marah, sabar itu kira-kira emosi yang bisa luapkan jika terjadi, manusia memang mahkluk yang dhoif, mereka kadang tak mampu mengendalikan dirinya, tak mampu mengontrol emosinya, tak mampu bersahabat dengan hatinya.

Seperti apa yang terjadi hari ini, setumpuk rencana sudah tersusun dengan matang, akan bertemu dan bercengkrama dengan keluarga besar tercinta, adalah momen yag selalu didamba, menyantap nasi liwet bersama lauk pauk penyerta serta lalapan sebagai pelengkapnya sudah dicita-citakan sejak lama.

Menerima telefon untuk menjawab banyak pertanyaan kapan berangkat dan yang lainnya adalah hal yang sulit, mengingat semua yang direncanakan itu tampaknya buyar dan hancur berantakan, marah itulah emosi yang saya pilih, tak tau harus berkata apa, menangis tersedu adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menetralkan batin dan pikiran.

Nampaknya hari ini Allah tak izinkan saya ‘tuk pergi menemui keluarga seperti apa yang sudah tersusun sebelumnya, saya sama sekali belum menyadari rencana apa yang sebenanrnya Allah susun untuk saya, saya perlu bersahabat dengan diri dan hati, menerima ketetapan Ilahi hari ini, bahwa Allah tak izinkan saya hari ini, saya perlu berhusnudzon dan merubah sifat buruk saya dan menyadari Allah memiiliki rencana yang lebih baik.