Romantika 90 Hari

90 hari bagi seorang penulis amatiran seperti saya bukanlah sesuatu yang mudah, membiasakan diri pada praktek baik menulis dan membaca juga bukanlah hal yang mudah, meski saya sendiri seorang lulusan bahasa dan sastra tapi saya mengakui kemampuan menulis saya sangatlah di bawah rata-rata. Hal itu terjadi karena saya tidak cukup percaya diri, selain itu juga karena tidak adanya media yang mewadahi penulis amatiran seperti saya, dan yang paling utama tidak adanya motivasi dari diri dan lingkungan sekitar.

Pandemi banyak mengajari saya, berawal dari keikutsertaan Sagu Sabu pada bulan Maret lalu, saya terus mendapatkan asupan motivasi dari Kepala Sekolah hebat saya, untuk mau ikut dalam tantangan menulis di blog gurusiana, memulai adalah hal tersulit. Namun dengan segenap keyakinan hati dan berbekal kepercayaan diri saya coba ikut dalam tantangan menulis ini, hingga hari ini saya sudah menyelesaikan tantangan di hari ke 90.

Banyak romantika yang terjadi, mentok mendapatkan ide tulisan, hampir remidi di waktu Cinderella, pernah sekali terkendala sinyal karena sedang mudik hingga hampir patah hati dan juga hal-hal lain. Namun pembiasaan baik ini memberi banyak pengajaran terutama pada diri, berusaha mengistiqomahkan diri dalam literasi adalah motivasi tertinggi saat ini, terima kasih umi, terima kasih suami, terima kasih gurusiana dan terima kasih media guru, semoga bisa melanjutkan dan menyelesaikan tantangan hingga hari ke 365.