Dadan Andana

Saya pengajar di sekolah pinggiran hampir selama dua puluh tahun. Terasa betapa berkesan bisa berbagi dengan mereka yang haus sentuhan perubahan. Sebagai "penge...

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU RAMAH SISWA

GURU RAMAH SISWA "NYATE"

Selalu menarik saat berbicara tentang guru, terutama dalam posisinya yang formal. Betapa tidak, ia menjadi pelayan sekaligus pembimbing semua potensi anak didiknya. Di posisi lain, ia adalah orang tua kedua bagi semua anak didiknya. Pada dua posisi inilah dibutuhkan sikap kearifan. Saya sebut sebagai kearifan Sang Duta Istimewa. Salah satu kearifannya adalah ramah.

Dalam tataran yang biasa, ramah sudah menjadi sifat khusus manusia yang berbudi. Secara fisikal dimanifestasikan dalam wujud senyum, sapa, santun, sopan, someah, dan sukarela (ikhlas). Gambaran itu yang sering kita dapatkan. Dalam tulisan ini, saya memperluasnya dari sudut pandang bahwa Guru sebagai Sang Duta Istimewa di samping Resi, Rama, Ratu. Dalam filosifis kearifan masing-masing mewakili sifat dan kebendaan. Guru mewakili sifat rendah hati dan tidak pandang bulu dalam memberikan pembelajaran. Ratu dinisbatkan sebagai sifat yang bijaksana. Resi diumpamakan air yang menyejukkan, sedangkan Rama ditamsilkan sebagai tanah.

Guru "RAMAH" dalam konteks ini, dijadikan akronim dari rajin, amanah, motivator, amaliah, dan hikmah. Sifat (akhlak) dan penokohan seperti ini yang kiranya dapat membuat siswa nyaman, aman, tenang, dan empati (NYATE) dalam menjalani proses peradabannya. Hal ini sangat berkait erat dengan manusia sebagai Sang Duta Istimewa, sebagai ahsan taqwin, kholaifi al-ardli, wanafastu fihi minhu, wa ayyadahum bi-Ruh-him minhu.

Bumi (sekolah) sudah disiapkan sebagai tempat bagi Sang Duta Istimewa untuk menjalankan tugasnya menyulam peradaban. Prosesi unik pun disiapkan bagi Sang Duta Istimewa. Pengajaran dasar dihadapkan pula guna bekal kelak menjalankan tugasnya. Karena di tempat tugasnya dia akan dihadapkan pada kenyataan minimal tentang adanya nuansa kepatuhan maupun ketidakpatuhan, nuansa baik maupun buruk, dan suana tuntunan maupun tuntutan, serta nuansa pembiaran maupun pembinaan.

Semua pasangan nuansa itu akan menguji Sang Guru Ramah. Dia akan terus diuji hingga suatu saat bertemu dengan keyakinannya bahwa semuanya adalah iradat-Nya. "Akulah Sang Pembuka dada (manusia) untuk menerima cahaya kemulian, dan Aku pulalah Sang Pembuka dada untuk menerima pengingkaran," sabda Sang Maha Pelembut (Al-An'am: 125). Wallahu'alam bissawab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post