Dadang A. Sapardan

Dadang A. Sapardan lahir di Bandung pada 15 Mei 1968 dari pasangan H.U. Djamaludin dengan Hj. Siti Syadiah. Menikah dengan Hj. Aah Masruah pada 14 Mei 1995.&nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web
IMPLEMENTASI BELAJAR RESPONDEN DAN OBSERVASIONAL DALAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

IMPLEMENTASI BELAJAR RESPONDEN DAN OBSERVASIONAL DALAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pendahuluan

Sekolah adalah lembaga strategis yang dibentuk untuk melakukan penguatan kultur dan budaya, selain tentunya mendorong siswa agar memiliki kecakapan lainnya, seperti yang tertuang dalam regulasi. Dalam ranah pendidikan, strategi yang dilakukan sekolah terhadap setiap siswanya mengarah terhadap penguatan kecakapan dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan mengarah pada ketiga domain tersebut, sekolah diharapkan dapat menjadi lembaga efektif dalam membentuk dan menyiapkan sumber daya manusia masa depan yang akan menentukan bertumbuh dan berkembangnya bangsa dalam menghadapi persaingan global dengan bangsa-bangsa lainnnya di dunia.

Salah satu langkah yang diharapkan terkait dengan penyiapan sumber daya masa depan bangsa oleh sekolah ini yaitu melakukan penguatan karakter pada setiap siswanya. Untuk itu, dibutuhkan strategi tepat dengan mendapat dukungan dari setiap stakeholder pendidikan, sehingga penguatan karakter setiap siswanya dapat terealisasi dengan optimal.

Sejalan dengan upaya perealisasiannya, langkah ke arah tersebut tidak terlepas dari berbagai kendala yang menjadi tantangannya. Salah satu kendala yang dihadapi oleh sekolah, di antaranya pemahaman komprehensif dari setiap stakeholder sekolah, mulai kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, serta komite sekolah sebagai representasi orang tua siswa.

Pemahaman komprehensif terkait dengan implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sangatlah dibutuhkan, sehingga akan melahirkan kesejalan langkah implementatifnya. Dalam hal ini, peran kepala sekolah sangat dibutuhkan karena dalam implementasi PPK ini kepala sekolah berperan sebagai sentralnya. Kepala sekolah terposisikan dalam sosok decision maker, penentu kebijakan dari sekolah yang dipimpinnya.

Melihat kapasitasnya, kepala sekolah dintuntut untuk dapat mensinergikan dan mengomunikasikan program-program sekolahnya kepada berbagai stakeholder sekolah. Langkah tersebut sangat diperlukan dalam upaya mendapat dukungan optimal dari berbagai pihak agar program yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik, sehingga visi dan misi sekolah dalam kaitan dengan penerapan PPK dapat terealisasikan sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sejalan dengan paparan tersebut, implementasi PPK mengarah pada upaya penciptaan suasana dan iklim yang mendukung pelaksanannya. Adanya dukungan suasana dan iklim ini tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi harus dikondisikan serta diprogram dengan baik sehingga seluruh stakeholder sekolah dapat memberi dukungan dengan optimal. Langkah pemrograman implementasi PPK dilakukan oleh tim pengembang PPK dalam kapasitas sebagai thing tank-nya implementasi PPK pada sekolah tersebut.

Implementasi PPK mengarah pada tiga langkah yaitu PPK berbasis pembelajaran, PPK berbasis masyarakat, serta PPK berbasis budaya sekolah. Penciptaan suasana dan iklim kondusif dalam nuansa PPK merupakan salah satu langkah yang dilakukan sekolah dalam penerapan PPK berbasis budaya sekolah. Untuk mengarah pada suasana dan iklim tersebut, di antaranya dengan menerapkan pola belajar responden dan observasional.

B. PPK dengan Pola Belajar Responden dan Observasional

Beberapa kritikan terhadap penerapan sistem pendidikan cukup banyak dilontarkan oleh para pengamat pendidikan. Pendidikan yang selama ini dijalankan memiliki keberpihakan pada penguatan ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotor seakan terabaikan begitu saja. Padahal, mengacu pada regulasi yang berlaku, pendidikan yang diterapkan harus diarahkan pada penguatan dan pembinaan terhadap ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Upaya yang dilakukan dalam menjawab kritikan tersebut di antaranya melalui pengimplementasian pendidikan karakter. Pendidikan karakter ini harus diimplementasikan pada setiap sekolah dengan didasari oleh pemberlakuan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Upaya yang dilakukan oleh setiap sekolah dalam mengimplementasikannya, mengarah pada tiga langkah yaitu memperkuat karakter siswa dalam proses pembelajaran, melalui PPK berbasis pembelajaran; memperkuat karakter siswa dengan mengintensifkan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder pendidikan lainnya, melalui PPK berbasis masyarakat; serta memperkuat karakter siswa dengan pembudayaan karakter melalui PPK berbasis budaya sekolah.

Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah langkah untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang memberi dukungan optimal terhadap implementasi PPK, sehingga dalam praktiknya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Dalam hal ini, seluruh sistem, stuktur, dan pelaku pendidikan di sekolah harus terlibat secara aktif.

Implementasi PPK berbasis budaya sekolah ini termasuk pula di dalamnya adalah keseluruhan tata kelola sekolah, desain kurikulum yang diterapkan sekolah, serta pembuatan dan penerapan peraturan dan tata tertib sekolah.

Fokus PPK berbasis budaya sekolah lebih ke arah pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai utama PPK yang menjadi prioritas sekolah. Pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif.

Dalam kaitan dengan PPK berbasis budaya sekolah ini, setiap kepala sekolah bersama tim pengembang PPK harus merancang dan mengimplementasikan programnya. Salah satu rancangan yang bisa diterapkan yaitu dengan menerapkan pola belajar responden dan observasional. Kedua pola belajar tersebut merupakan pemikiran yang dikemukakan N.L. Gage dn D.C.Berliner, selain pola belajar lainnya yaitu: belajar kontiguitas, belajar operant, serta belajar kognitif.

Pola belajar responden merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari suatu pengalaman. Semua hal dalam lingkungan dapat menjadi berpasangan dengan suatu stimulus yang menimbulkan respons emosional. Dalam hal ini, siswa harus diberi stimulus dalam upaya mendorong lahirnya respons dari mereka. Upaya tersebut tidak dapat dilakukan secara insidental tetapi harus dilakukan secara sistematis dan kontinyu. Pengondisian berulang-ulang yang diterapkan akan menjadi sebuah kebiasaan. Dengan demikian, penerapan nilai utama yang menjadi pilihan sekolah dapat diterapkan dengan pengondisian ekosistem sekolah yang di dalamnye terdiri atas kepala sekolah, guru, tenaga adminsitrasi, dan komite sekolah. Dengan pola belajar responden ini nilai utama PPK pada akhirnya diharapkan akan menjadi kebiasaan dari seluruh siswa, termasuk menjadi kebiasaan seluruh stakeholder sekolah.

Selain dengan pola belajar responden, PPK dapat didukung pula dengan penerapan pola belajar observasional. Pola belajar observasional adalah bentuk belajar yang banyak dijumpai dalam kehidupan keseharian. Pola belajar ini memperlihatkan bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang lain melakukan hal yang akan dipelajarinya. Karena itu, siswa harus diajak untuk melihat model-model atau contoh-contoh positif terkait dengan implementasi nilai utama PPK. Dengan pola ini, penerapan nilai utama yang menjadi pilihan sekolah dapat diimplementasikankan dengan mengajak siswa untuk melihat contoh-contoh baik yang diperlihatkan oleh kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, komite sekolah, serta unsur lainnya. Melalui penerapan pola belajar observasional ini siswa diharapkan memiliki karakter dan kebiasaan positif berdasar pada keteladanan.

Mengacu pada penerapan kedua pola dalam implementasi PPK, pada akhirnya mengarah pada upaya yang perlu dilakukan oleh unsur sekolah untuk memberi keteladanan terhadap seluruh siswa pada sekolah tersebut. Keteladanan tentunya tidak hanya harus diperlihatkan oleh unsur pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah tersebut, tetapi harus pula diperlihatkan oleh unsur lainnya, semisal komite sekolah, orang tua siswa, serta berbagai pihak yang memiliki keterkaitan dengan ekosistem sekolah.

Dengan langkah tersebut, kebijakan yang diterapkan oleh sekolah dapat mengarah pada core pendidikan yaitu mengantarkan siswa pada sosok seperti yang telah ditetapkan dalam tujuan pendidikan nasional yaitu upaya mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

C. Penutup

Penerapan pola belajar responden dan observasional dalam mengimplementasikan PPK berbasis budaya sekolah dapat menjadi salah satu kebijakan yang diterapkan oleh sekolah. Penerapan kebijakan ini tidak akan dapat terealisasi dengan optimal bila tanpa adanya political will dari kepala sekolah sebagai pemegang otoritas kebijakan. Selain itu, kebijakan ini akan berhasil bila dibarengi pula dengan pemberian keteladanan dari seluruh unsur pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah tersebut, termasuk pula diperlihatkan oleh unsur lainnya, semisal komite sekolah, orang tua siswa, serta berbagai pihak yang memiliki keterkaitan dengan ekosistem sekolah.

Penetapan kebijakan tersebut tentunya harus dirancang dengan baik dan sistematis oleh tim pengembang PPK yang dibentuk kepala sekolah. Dengan kata lain, tim pengembang ini merupakan thing tank-nya implementasi PPK pada sekolah tersebut.

Alangkah eloknya bila penerapan PPK berbasis budaya sekolah ini dimulai dari seluruh pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah tersebut dengan pemberian keteladanan. –DasARSS.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Pak! Implementasi PPK melalui keteladanan dan kerja sama. Informatif dan inspiratif!

05 Mar
Balas

Terima kasih, Bu.

05 Mar

Mantap Pak! Implementasi PPK melalui keteladanan dan kerja sama. Informatif dan inspiratif!

05 Mar
Balas

Ppk yang terintegrasi ke dalam berbagai program sekolah dan profesionalitas guru. Terima kasih pencerahannya.

05 Mar
Balas

Ysami-sami, Bu.

05 Mar

Sama-sama, Bu. Mudah-mudahan karakter positif siswa bisa segera terwujud.

05 Mar
Balas

Leres pisan Bapak, penerapan PPK berbasis budaya sekolah harus dimulai dari pemberian keteladanan dari berbagi pihak, hatur nhn seratanna menginspirasi

05 Mar
Balas

Sami-sami, Bu.

05 Mar

Tah satuju dina hal pengkondisian ekosistem sek.mah.kadituna muda2an jd budaya mutu.margi kiwari msh aya keneh sebagian gr upami terlambat masuk kls, teu minta maaf ka siswa.benten upami siswa tlt.kenapa anda terlambat.Bisa di hitung kalau gr tlt msk kls 5 menit x 7.artinya implementasi ppk ternodai.nhn

05 Mar
Balas

Hatur nuhun informasina, Pa.

05 Mar

Pa... punten we .eta mah dodog pangrewong.ku emutan rerencangan gr bkl ka asah deui, saupami ngadiskusikeun salah sawios buku wajib mhs fak tarbiah diseluruh uin.judulna " pend anak dlm islam" Karya " Dr.Abdullah Nashih Ulwan".Terjemahan tina bk " Tarbiyatul Aulad Fil Islam".

05 Mar
Balas

Terimakasih atas paparan ttg belajar responden dan observasional telah memberi unspirasi bg kami dan keteladanan baik ucapan dan perbuatan yg dibiasakan menjadi budaya di sekolah maka anak didik semakin memiliki karakter yg bsik. Itu harus dilakukan oleh seluruh stake holder sklh. Insyaalloh akan kami coba dg kemampuan yg ada pd stakeholder sklh kami. Terimakasih banyak pak

05 Mar
Balas

Aamiin YRA.

06 Mar
Balas



search

New Post