MBS JADI SARANA SEKOLAH BERINOVASI
Kabid Pend. SMP Disdik Kab. Bandung Barat
Sekolah merupakan sebuah masyarakat kecil (mini society) yang mengarah pada upaya memfasilitasi seluruh siswanya untuk melakukan pengembangan potensi dirinya. Melalui kebijakan yang diterapkan sekolah, seluruh ekosistem yang mendukung keberlangsungannya berkewajiban memberi ruang dan waktu kepada seluruh siswa untuk melakukan eksperimen bermasyarakat dalam komunitas terbatas. Dengan kata lain, sekolah merupakan laboratorium mini kehidupan sebelum seorang siswa dapat dilepas untuk dapat survive dalam dinamika kehidupan masyarakat yang nyata. Karena itu, sekolah harus memberi bekal yang komprehensif kepada seluruh siswanya dengan mengacu pada kurikulum serta berbagai program inovatif dan kreatif.
Dalam ekosistem kecil ini terjadi keberlangsungan komunikasi dan sosialisasi di antara seluruh unsur ekosistem, seperti layaknya pergaulan yang terjadi dalam masyarakat luas. Antarunsur ekosistem yang menjadi bagian dari sekolah, sudah sepatutnya saling mendukung dan menguatkan guna bertumbuh dan berkembangnya seluruh siswa agar menjadi individu yang matang dalam memaknai kehidupannya.
Beranjak dari hal itu, sudah sepatutnya sekolah tidak dimaknai sebagai sebuah birokrasi yang sarat dengan beban-beban administrasi, sehingga memberatkan seluruh unsurnya, terutama para siswa untuk dapat berekspresi dan berkreasi dalam ekosistem sekolah. Sekolah sudah selayaknya tidak membuka celah akan lahirnya beban administrasi yang memberatkan dan membuat frustasi setiap siswanya. Untuk melahirkan nuansa demikian, sekolah harus membuat formulasi program tepat dan akurat sehingga benar-benar menjadi ekosistem yang bisa diandalkan dalam melahirkan generasi potensial.
Langkah yang mengarah pada performa sekolah seperti itu bukanlah perkara mudah. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak, sehingga program-program yang diimplementasikan sekolah menjadi program bermakna bagi seluruh siswa. Kebersamaan antarwarga sekolah sebagai unsur internal ekosistem sekolah perlu terus dibangun dengan mendapat dukungan optimal dari orang tua siswa dan masyarakat sebagai unsur eksternal ekosistem sekolah. Dukungan dari seluruh ekosistem akan dapat terlahir ketika ada political will dari kepala sekolah bersama seluruh unsur lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah menjadi sosok sentral dan strategis. Kepala sekolah menjadi sosok yang begitu banyak diharapkan untuk keberlangsungan program pembelajaran yang memiliki kebermaknaan bagi setiap siswanya.
Dalam konteks ini, kepala sekolah menjadi sosok strategis yang dapat melahirkan program-program inovatif. Kepala sekolah harus mampu mengeksplorasi berbagai potensi dari dalam, maupun dari luar ekosistem sekolah. Jika tidak demikian, sekolah hanyalah akan menjadi lembaga statis yang menyelenggarakan berbagai program copy paste atas program yang sudah diimplementasikan sebelumnya.
Sarana pelahiran inovasi sekolah yang memungkinkan dimanfaatkan adalah dengan optimalisasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Melalui implementasi MBS, sekolah memiliki keleluasaan untuk berinovasi dan berimprovisasi mulai dari penyusunan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi setiap programnya.
Bagaimana MBS Menjadi Sarana Inovasi?
Sampai saat ini, masih ditemukan disparitas kualitas satu sekolah dengan sekolah lainnya. Disparitas kualitas tersebut di antaranya berimbas pada tingkat kepuasan atas pemberian pelayanan terhadap siswa, orang tua siswa, masyarakat, serta stakeholder sekolah lainnya. Untuk melihat faktor penyebab lahirnya kondisi demikian, perlu dilakukan penilitian mendalam. Namun, secara kasat mata bisa dimungkinkan bahwa disparitas kualitas tersebut dilatarbelakangi oleh tata kelola atau manajemen yang diterapkan oleh sekolah.
Dalam ranah pendidikan, terutama pada sekolah sebagai tataran teknisnya, MBS harus menjadi basis implementasi berbagai program sekolah sehingga dapat menggerakkan dinamika perkembangan sekolah. Hal itu perlu dilakukan karena implementasi MBS oleh sekolah dimungkinkan memiliki peran kuat dan strategis untuk menentukan bertumbuh dan berkembangnya sekolah menjadi lembaga pelayanan yang berkualitas.
MBS didefinisikan sebagai suatu ide atau konsep dengan penempatan kekuasaan pengambilan keputusan diletakkan pada sekolah sebagai tempat yang paling dekat dengan proses pembelajaran. Sekalipun demikian, MBS tidak dimaknai sebagai sarana atau tujuan atas penyelenggaraan pendidikan pada level sekolah, tetapi merupakan strategi atau langkah yang harus dilakukan guna mencapai sekolah efektif dengan kualitas yang mumpuni. Berkenaan dengan itu, implementasi MBS merupakan strategi yang harus dilakukan dalam pengelolaan sekolah sehingga dapat program-program inovatif.
Dalam kaitan dengan MBS ini minimal terdapat lima langkah yang dapat dilakukan. Pertama, menjadikan sekolah sebagai sentral pemanfaatan lingkungan sekitar guna menjadi sumber-sumber belajar. Kedua, memposisikan guru sebagai pembantu setiap siswa untuk mengaktualkan potensinya masing-masing. Ketiga, menguatkan peran kepala sekolah sebagai manajer, inovator, motivator, dan kolaborator. Keempat, menempatkan penilaian bukan pada nilai yang berupa angka-angka semata tetapi menyentuh pula pada ranah lainnya, di antaranya karakter. Kelima, menguatkan jejaring tri pusat pendidikan (sekolah, keluarga, dan masyarakat).
Berkenaan dengan itu, pemahaman komprehensif tentang MBS harus dimiliki oleh setiap kepala sekolah, selain tentunya dipahami pula oleh keseluruhan unsur ekosistem sekolah. Dengan pemahaman komprehensif, dimungkinkan dapat menjadi pemicu pemberian dukungan optimal atas berbagai program yang direncanakan dalam upaya melahirkan sekolah sebagai lembaga pelayanan yang berkualitas.
Implementasi MBS ini dapat menjadi jembatan bagi sekolah untuk mengimplementasikan program-program inovatif yang lahir dari ide dan pemikiran setiap unsur ekosistem sekolah. Lahir dan terimplementasikannya program inovatif merupakan langkah strategis dalam mendukung realisasi program Merdeka Belajar dan Sekolah Penggerak yang diinisiasi Kemendikbud.
Sekalipun demikian, dalam implementasinya terdapat prasyarat yang harus dimiliki di antaranya adanya political will dari seluruh unsur ekosistem sekolah di bawah kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemegang posisi sentral dan strategis pada sekolah. Terbangunnya political will tersebut akan mengikis sikap apriori dan skeptis dari seluruh unsur ekosistem sekolah, sehingga yang terjadi adalah adanya dukungan kuat dari mereka dalam mempermudah keberlangsungan berbagai program inovatif yang direncanakan sekolah.
Simpulan
Berdasarkan paparan di atas, dalam pelaksanaan pengelolaannya, setiap sekolah memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan MBS. Implementasi MBS bisa dimaknai sebagai sarana strategis guna melahirkan berbagai program inovatif dari setiap sekolah. Untuk melahirkan kondisi demikian, dibutuhkan dukungan optimal dari seluruh unsur ekosistem sekolah sehingga program yang digagas dapat terealisasi dengan mudah dan lancar. Namun, dukungan optimal tersebut tidak datang begitu saja. Lahirnya dukungan optimal didasari kebijakan yang diterapkan kepala sekolah sebagai pucuk pimpinannya.
Kepala sekolah harus mampu menjadi aktor intelektual dalam membangun kebersamaan di antara seluruh unsur ekosistem sekolah. Langkah yang dilakukan guna mendorong keberlangsungan MBS dalam pelaksanaan tata kelola sekolah yang dipimpinnya.****DasARSS
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap!
Hatur nuhun, Teh.