Dadang A. Sapardan

Dadang A. Sapardan lahir di Bandung pada 15 Mei 1968 dari pasangan H.U. Djamaludin dengan Hj. Siti Syadiah. Menikah dengan Hj. Aah Masruah pada 14 Mei 1995.&nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web
PEMBELAJARAN MODA DARING, HARUSKAH BERLANJUT?

PEMBELAJARAN MODA DARING, HARUSKAH BERLANJUT?

Kepala Bidang Pendidikan SMP Disdik Kab. Bandung Barat

Saat ini, pembelajaran moda dalam jaringan (daring) menjadi moda utama yang mewarnai pola pembelajaran sejak SD sampai perguruan tinggi. Pemilihan moda daring dalam pola pembelajaran dilatarbelakangi dengan adanya social distancing bahkan fisical distancing pada berbagai aktivitas masyarakat yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Penerapan social distancing bahkan fisical distancing tersebut melahirkan pembatasan dalam pelaksanaan pembelajaran pada setiap satuan pendidikan. Akibat adanya pembatasan yang diberakukan pemerintah, mau tidak mau, suka tidak suka, seluruh pendidik dan peserta didik harus melakukan perubahan radikal dalam melaksanakan pembelajaran, salah satunya memanfaatkan perangkat digital dalam pembelajaran dengan moda daring.

Disadari ataupun tidak pola pembelajaran dengan moda daring ini merupakan fenomena yang harus berlangsung, sejalan dengan masuknya kehidupan ini pada era Revolusi Industri 4.0. Mencermati berbagai pendapat dan pemikiran yang telah banyak diungkapkan oleh para ahli, bahwa saat ini dunia tengah memasuki tatanan baru kehidupan, dunia tengah masuk pada era Revolusi Industri 4.0. Tatanan baru yang di antaranya memanfaatkan perangkat digital untuk menyikapi fenomena kehidupan, sehingga pemanfaatan internet menjadi warna kehidupan keseharian setiap masyarakat.

Berdasarkan pada pemaknaannya, revolusi industri diartikan sebagai perubahan yang radikal dan cepat terhadap perkembangan manusia dalam menciptakan peralatan kerja untuk meningkatkan hasil industri dan produksi. Dengan demikian, revolusi industri merupakan simpul-simpul perubahan yang didasari berbagai penemuan sehingga mengakibatkan perubahan radikal pada masyarakat dalam berkehidupan.

Menengok kembali pada fenomena perkembangan kehidupan yang dilalui, terdapat empat perubahan radikal yang mengubah pola hidup masyarakat. Revolusi industri 1.0 (mekanik) merupakan fenomena kehidupan yang ditandai dengan mekanisasi pada berbagai sektor kehidupan masyarakat. Saat ini revolusi industry tersebut, kegiatan terfokus pada mobilisasi sumber daya secara masif untuk mendukung proses industri. Revolusi industri 2.0 (listrik) diwarnai dengan penemuan listrik sebagai energi pendorong dinamika kehidupan yang dipadukan dengan industri besi, baja, dan batubara. Revolusi industry ini melahirkan berbagai produk mobil dan kereta api yang mendorong mobilisasi manusia secara lebih cepat dan masiv. Revolusi industri 3.0 (computer/internet of human) dimulai sejak penemuan komputer dan internet yang mengawali era informasi. Adanya revolusi ini mengakibatkan lahirnya mobilisasi data secara masiv yang pada akhirnya meruntuhkan eksistensi batasan ruang dan waktu. Saat ini kehidupan tengah memasuki era revolusi industri 4.0 (computer/internet of things). Kehidupan diwarnai dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi yang mampu memobilisasikan entitas pengetahuan secara cepat, murah, dan masiv sehingga melahirkan fenomena disrupsi pada sebagian besar tata kehidupan masyarakat.

Revolusi industri 4.0 melahirkan disrupsi pada berbagai sendi kehidupan masyarakat, yaitu melahirkan digitalisasi dan internet of things (internet untuk segala). Dengan bahasa sederhana, disrupsi dapat dimaknai pergantian teknologi usang atau lama dengan teknologi terbarukan yang kekinian. Untuk saat ini, disrupsi mengarah terhadap perubahan yang mengarah pada digitalisasi dan pemanfaatan internet pada sebagian besar ranah kehidupan.

Ranah pendidikan pun terkena efek dari Revolusi Industri 4.0 dengan disrupsi teknologi sebagai penyerta, sehingga nuansa digitalisasi dan internet of things menjadi bagian tak dapat terpisahkan. Sejatinya, sebagai ranah yang di dalamnya mengusung kebijakan untuk mentreatment peserta didik sehingga mereka memiliki kesiapan untuk menjadi calon penerus keberlangsungan bangsa yang handal, pendidikan harus menjadi ranah pertama yang memiliki kesadaran untuk dengan sesegera mungkin mengimplementasikannya. Namun, kenyataan memperlihatkan bahwa--selama beberapa waktu ke belakang--respons satuan pendidikan belum optimal akan fenomena tersebut. Hal itu bisa terlihat secara jelas dan nyata pada tataran mikro yang di dalamnya menempatkan satuan pendidikan sebagai pelaku utamanya.

Sejalan dengan fenomena mewabahnya Covid-19, sebagian besar satuan pendidikan dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi digital dalam pelayanan pembelajarannya. Guna mengantisipasi pembatasan yang diberlakukan, satuan pendidikan harus tetap menjalankan aktivitas pembelajaran agar tidak terjadi kejumudan aktivitas, di antaranya moda daring sebagai pilihan utama dan pertamanya. Pilihan tersebut harus dilakukan karena sekolah wajib melakukan pola pembelajaran jarak jauh sehingga menghentikan timbulnya persinggungan fisik di antara pendidik dan peserta didik sebagai pelaku utama pembelajaran.

Fenomena Daring sebagai Moda Pembelajaran

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang selama ini dilakukan, terdapat beberapa alternatif pembelajaran yang dilakukan setiap satuan pendidikan. Pola pembelajaran jarak jauh yang waktu belakangan ini telah dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan terbagi menjadi dua alternatif layanan. Alernatif tersebut adalah pemanfaatan daring dan luring sebagai modanya. Kedua alternatif layanan tersebut, yaitu:

1. Pembelajaran jarak jauh dengan moda jaringan (daring). Dalam pembelajaran ini terdapat tiga karakter pembelajaran yang dilakukan, yaitu: daring dengan tatap muka virtual, daring dengan tanpa tatap muka virtual, serta daring dalam kelas maya/learning management system (LMS)

2. Pembelajaran jarak jauh dengan moda luar jaringan (luring). Dalam implementasinya, pembelajaran dilakukan dengan dua strategi, yaitu: luring dengan memanfatkan akses televisi dan radio sebagai penyampai materi pembelajarannya dan luring dengan menggunakan buku, lembar kerja, atau media cetak lainnya.

Karena keterbatasan yang dimiliki oleh unsur pada ekosistem satuan pendidikan, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dengan moda daring ini tidak dilakukan secara utuh. Karena itu, pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan tiga alternatif model layanan, yaitu: daring dominan, luring dominan, dan kombinasi daring dengan luring.

Sekalipun demikian, daring merupakan moda yang harus dijadikan pilihan pertama dan utama oleh setiap satuan pendidikan dalam mengimplementasikan pola pembelajaran jarak jauh. Hal itu menjadi penting karena moda daring menjadi langkah strategis yang menihilkan terjadinya persinggungan fisik di antara setiap pelakunya.

Sepanjang dengan pemanfaatan moda daring dalam pembelajaran saat ini, ditemukan digital gap sebagai penghambat keberlangsungannya. Lahirnya digital gap tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran. Digital gap di antaranya dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan menyediakan perangkat, ketidak mampuan penyediaan kuota internet, minimnya kemampuan mengoperasionalkan perangkat digital, minimnya kemampuan memanfatkan soft ware sebagai medianya, tiadanya jaringan internet yang mengakibatkan terjadinya blank spot.

Kenyataan adanya digital gap tersebut harus menjadi pemikiran semua stakeholder pendidikan, sehingga ke depan pola pembelajaran dengan moda daring dapat berlangsung dengan baik dan mewarnai pola pembelajaran rutin pada setiap satuan pendidikan. Antisipasi adanya tantangan tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong keberlangsungan pembelajaran dengan moda daring. Pola pembelajaran dengan moda daring sangat dibutuhkan dalam upaya memberi bekal kepada seluruh peserta didik sehingga meminimalisasi lahirnya gagap teknologi digital. Lebih jauh lagi tentunya merupakan upaya strategis dalam menyiapkan seluruh peserta didik menjadi out put dan out come yang kompeten dalam menghadapi fenomena kehidupan dengan masiv-nya pemanfaatan perangkat digital.

Berkenaan dengan suasana saat ini yang memaksa keberlangsungan pembelajaran melalui moda daring, sudah sepatutnya situasi demikian dijadikan pijakan awal guna mendorong setiap satuan pendidikan agar pada waktu mendatang—saat pandemi Covid-19 sudah mereda—dapat mengoptimalkan aktivitas pembelajaran dengan daring sebagai modanya.

Simpulan

Mengacu pada paparan di atas, saat ini daring menjadi moda pilihan utama yang harus diambil oleh setiap satuan pendidikan, sehingga pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19 tidak melahirkan kejumudan dalam pembelajaran. Pemanfaatan moda daring ini harus dilakukan dalam upaya menihilkan terjadinya persinggungan fisik di antara para pelaku pembelajaran, dalam hal ini pendidik dan peserta didik.

Pada kenyataannya, pemanfaatan moda daring ini membuka cakrawala semua pihak tentang adanya digital gap. Lahirnya digital gap ini menjadi tantangan yang harus dicarikan antisipasinya, sehingga keberlangsungan moda daring bisa terus berlanjut. Untuk mengantisipasinya tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja tetapi hatus dilakukan dengan kebersamaan dari berbagai pihak yang terkait dengan adanya digital gap tersebut.

Ke depan, sekalipun wabah sudah mereda, satuan pendidikan harus mengambil kebijakan untuk memanfaatkan daring sebagai salah satu moda yang diterapkan. Hal itu perlu dilakukan dalam upaya merespons fenomena era Revolusi Industri 4.0 yang sudah mewarnai kehidupan ini, sehingga seluruh peserta didik yang menjadi subyek pembelajaran tidak mengalami gagap teknologi.****DasARSS.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tentu pembelajaran harus blended moda, Pa.

16 May
Balas

Tulisan yang keren. Semoga penguasaan IT guru dan siswa akan lebih meningkat pasca pandemic covid-19 ini.

16 May
Balas

Hatur nuhun. Implementasinya harus mendapat dukungan banyak pihak, termasuk para pengawas.

16 May

Mantaaap Pa... tulisan kereensetuju endingnya, walau tidak semua melaksanakan, namun mengatasi ketertinggalan secara bertahap terus harus kita upayakan. sekalipun contohnya di sekolah kami belum bisa dilaksanakan daring, setidaknya ada ikhtiar maksimal, sehingga ke depan bisa maju sejajar dengan tuntutan zaman.

16 May
Balas

Sekolah harus terus melakukan inovasi agar siswa terlepas dari gagap teknologi.

16 May

Mengingat kondisi sosial dan geografis di negara kita, nampaknya masih agak berat untuk terus berlanjut. Saya melihat ada beberapa daerah untuk memperoleh sinyal internet saja harus berada di atas bukit. Bekum tingkat perekonomiannya. Punya HP, tidak punya kuota. Yang lebih pas adalah dengan menggunakan blended learning, ada daring dan luringnya

15 May
Balas

Pembelajaran memang harus blanded moda, Pa.

16 May



search

New Post