RESPONS SEKOLAH ATAS FENOMENA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Dadang A. Sapardan
(Kabid Pend. SMP Disdik Kab. Bandung Barat)
Tata kehidupan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan dalam kehidupan merupakan fenomena yang tidak dapat disangkal dan dihindari, namun harus dihadapi dan disikapi. Perubahan tidak menyentuh pada satu atau dua ranah kehidupan, tetapi menyentuh pada hampir sebagian besar ranah kehidupan. Perubahan tersebut menyentuh pula pada ranah tatanan budaya, sehingga secara pelan tapi pasti manusia mengalami perubahan budaya pula dalam kehidupannya.
Akan halnya dengan fenomena perubahan kehidupan, berdasarkan berbagai pendapat, sampai saat ini kehidupan mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup signifikan. Terdapat empat perubahan radikal yang serta merta mengubah pola hidup masyarakat. Perubahan yang terjadi berpangkal dari fenomena kehidupan industri. Keempat perubahan kehidupan yang sampai saat ini terjadi adalah revolusi industri 1.0 (mekanik), revolusi industri 2.0 (listrik), revolusi industri 3.0 (computer/internet of human), serta revolusi industri 4.0 (computer/internet of things).
Sejak tahun 2011 kehidupan manusia sudah berada pada era revolusi industri 4.0 (computer/internet of things). Kehidupan pada revolusi industri 4.0 ini diwarnai dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi yang mampu memobilisasikan entitas pengetahuan secara cepat, murah, dan masiv sehingga melahirkan fenomena disrupsi pada sebagian besar tata kehidupan masyarakat. Pada revolusi industri 4.0 terjadi lompatan besar teknologi pada ranah kehidupan dengan adanya symtom pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi secara masiv dan optimal.
Karena itu, revolusi industri 4.0 melahirkan disrupsi pada berbagai sendi kehidupan masyarakat, yaitu melahirkan digitalisasi dan internet of things (internet untuk segala). Dengan bahasa sederhana, disrupsi dapat dimaknai pergantian teknologi usang atau lama dengan teknologi terbarukan yang kekinian.
Sejalan dengan itu, pendidikan sebagai salah satu ranah dalam kehidupan ini harus merespon secara aktif akan fenomena revolusi Industri 4.0. Untuk itu, bahasan akan mengungkap bagaimana ranah pendidikan menyikapi fenomena ini, sebagai fenomena yang penuh tantangan. Hal itu harus dilakukan untuk mendorong ranah pendidikan, terutama satuan pendidikan agar aware terhadap perubahan yang terjadi, sehingga langkah menyiapkan lulusan akan sejalan dengan perkembangan kehidupan masa kini dan masa depan mereka.
PENYIKAPAN RANAH PENDIDIKAN PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Ranah pendidikan, terkait dengan kebijakan dan implementasinya, harus pula merespons fenomena perubahan kehidupan ini. Menyitir pendapat El-Hajj Malik El-Shabazz, education is passport to the future, tomorrow belongs to those who prepare for it to day. Langkah yang harus dilakukan sekolah adalah harus dapat memosisikan siswa sebagai sosok yang memiliki kesiapan dalam menghadapi kehidupan masa depannya.
Karena itu, sekolah sebagai ranah kebijakan mikro pendidikan harus diisi oleh sosok kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, serta stakeholder sekolah lainnya yang memiliki pandangan jauh ke depan (futuristik). Melalui dukungan sosok demikian, kebijakan yang diterapkannya dalam pengelolaan sekolah, benar-benar mengarah pada upaya untuk menyiapkan seluruh siswanya agar mampu survive dalam kehidupannya.
Hal itu sejalan dengan langkah yang diambil pemerintah dengan peluncuran gerakan “Making Indonesia 4.0” yang merupakan komitmen pemerintah memasuki era revolusi industri 4.0. Beberapa pihak mengungkapkan bahwa ranah pendidikan perlu juga mempersiapkan diri memasuki revolusi 4.0 ini. Langkah yang diambil di antaranya melakukan beberapa perubahan dalam menerapkan metode pembelajaran di sekolah. Perubahan yang fundamental adalah merubah sifat dan pola pikir peserta didik, mengasah dan mengembangkan bakat peserta didik, dan mendorong satuan pendidikan agar mampu mengubah model belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan jaman.
Sejatinya, sebagai ranah yang di dalamnya mengusung kebijakan untuk mentreatment siswa sehingga mereka menjadi sosok kompeten dalam kehidupan masa depannya, sekolah harus menjadi ranah pertama yang memiliki kesadaran dan sesegera mungkin mengimplementasikannya. Namun, kenyataan memperlihatkan kepada kita bahwa selama beberapa waktu ke belakang, respons yang ditunjukkan belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Sekolah belum optimal menyikapi fenomena perubahan tersebut. Inisiatif yang inovatif dari sebagian sekolah belum banyak diperlihatkan.
Disadari ataupun tidak revolusi industri 4.0 menuntut lahirnya pola pembelajaran jarak jauh dengan moda daring merupakan kegiatan yang harus berlangsung dan mewarnai kegiatan pembelajaran. Pada pola pembelajaran daring ini seluruh komponen yang terlibat dipaksa untuk dapat memanfaatkan perangkat digital sebagai sarana beraktivitasnya. Dengan demikian, lahir fenomena penggunaan internet sebagai warna kehidupan kesehariannya.
Terdapat beberapa alternatif pembelajaran yang dilakukan setiap satuan pendidikan dalam menerapkan pembelajaran dengan moda daring. Dalam pembelajaran ini terdapat tiga karakter pembelajaran yang dilakukan, yaitu: daring dengan tatap muka virtual, daring dengan tanpa tatap muka virtual, serta daring dalam kelas maya learning management system (LMS).
Mengacu pada Wikipedia, learning management system (LMS) dimaknai sebagai aplikasi perangkat lunak untuk kegiatan dalam jaringan, program pembelajaran elektronik (e-learning program) da nisi pelatihan. LMS yang kuat harus melakukan hal berikut: menggunakan layanan self service dan self guided; mengumpulkan dan menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat; mengkonsolidasikan inisiatif pelatihan pada platform berbasis “web scalable”; mendukung portabilitas dan standar; personalisasi isi dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan.
Karena itu, satuan pendidikan memiliki tugas berat untuk menyiapkan setiap siswanya. Siswa harus menjadi sosok yang kompeten sehigga dapat menyikapi kehidupan saat ini dan masa depan dengan baik. Kompetensi yang harus dimilki adalah berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah, komunikasi dan kolaborasi, kreatif dan imajinatif, kewarganegaraan digital, literasi digital, serta kepemimpinan dan pengembangan diri. Kompetensi itulah yang harus menjadi pemikiran dan diimplementasikan oleh sekolah sebagai pelaku pendidikan, agar menjadi milik siswa.
Inilah tantangan yang harus dihadapi oleh sekolah, sehingga seluruh stakeholder sekolah dituntut mengubah dan mengikuti pola kebijakan yang benar-benar menyiapkan setiap lulusan agar survive dalam kehidupan dengan fenomena revolusi industri 4.0.
Simpulan
Kehidupan terus mengalami perubahan yang harus disikapi dengan bijak dengan kebijakan yang aware terhadap perubahan tersebut. Sejak tahun 2011 kehidupan manusia sudah masuk pada era revolusi industri 4.0 (computer/internet of things). Kehidupan pada era ini diwarnai dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi yang mampu memobilisasikan entitas pengetahuan secara cepat, murah, dan masiv sehingga melahirkan fenomena disrupsi pada sebagian besar tata kehidupan masyarakat. Pada revolusi industri 4.0 terjadi lompatan besar teknologi pada ranah kehidupan dengan adanya symtom pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi secara masiv dan optimal.
Perubahan kehidupan tersebut harus pula direspons dengan bijak oleh ranah pendidikan, termasuk sekolah sebagai ranah mikro pendidikan. Untuk menyikapi fenomena tersebut, unsur sekolah harus melakukan perubahan radikal dengan melakukan lompatan kebijakan yang merespon terhadap fenomena revolusi industri 4.0. Langkah yang dilakukan di antaranya dengan mengimplementasikan pembelajaran moda daring, sehingga seluruh siswa memiliki kesiapan untuk hidup dalam moda ini. Untuk sampai pada situasi ini, kunci utamanya ada pada kebijakan yang diambil sekolah dengan kepala sekolah sebagai manajernya yang harus mendapat dukungan optimal dari seluruh ekosistem sekolah. ****DasARSS.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar