STRATEGI PENCAPAIAN KEPEMILIKAN ILMU
A. Pendahuluan
Sejarah peradaban umat manusia menunjukkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan berlimpahnya kekayaan alam dan berjubelnya jumlah masyarakat yang dimiliki bangsa tersebut. Limpahan kekayaan alam yang tidak terkelola oleh kepaiwaian masyarakatnya, akan menjadi kesia-siaan belaka bahkan bisa menjadi bumerang dalam keberlangsungan kehidupan bangsa tersebut. Bangsa yang besar dan menjadi penguasa dunia ditandai dengan masyarakatnya yang memiliki peradaban tinggi dan berperan aktif dalam ikut berkontribusi untuk memajukan bangsanya. Untuk menjadi bangsa demikian, dibutuhkan kepemilikan ilmu oleh masyarakat yang menjadi penyangga utama kemajuan bangsanya. Masyarakat demikianlah yang diharapkan dapat berperan besar dan menjadi tokoh utama dalam memajukan bangsanya, sehingga dapat menjadi elemen penting dalam menopang persaingan bangsanya dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Gambaran di atas mengarah pada upaya kepemilikan ilmu oleh setiap unsur masyarakat yang menjadi syarat mutlak dan penting dalam berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Dengan demikian, berbagai upaya perlu dilakukan agar masyarakat memiliki ilmu yang mumpuni sehingga mampu dijadikan modal dalam bersaing dan bersanding dengan bangsa lain. Setiap masyarakat yang menjadi warga bangsa harus dapat menunjukkan kemampuan berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga bisa survive dalam persaingan global dengan bangsa lainnya.
Adalah sebuah kewajaran bahwa untuk mengarah pada harapan lahirnya bangsa dengan kemampuan keilmuan masyarakatnya yang mumpuni, selalu diwarnai oleh fenomena keberadaan tantangan yang harus dilaluinya. Tantangan nyata yang saat ini terjadi adalah adanya indikator yang mengarah pada minimnya kemauan masyarakat untuk melakukan penggalian dan pencarian ilmu. Tantangan tersebut bila dibiarkan begitu saja dan tidak diupayakan jalan keluarnya dapat menjadi batu sandungan yang menghambat lahirnya masyarakat berilmu. Dengan ketersandungan tersebut, kemampuan masyarakat tidak dapat diharapkan akan dapat membawa pada kebesaran bangsa dalam percaturan dunia.
Langkah yang dilakukan dalam rangka mendorong masyarakat supaya memiliki kemauan untuk melakukan penggalian ilmu di antaranya melalui upaya mengajak mereka agar menjadi masyarakat literat. Melalui ke-literat-an masyarakat inilah, kepemilikan ilmu akan dengan serta-merta diraih. Lewat masyarakat demikianlah, kemajuan bangsa akan dapat disandarkan.
Walau demikian, tulisan ini tidak akan membahas perihal ke-literat-an masyarakat, namun akan membahas perihal strategi yang perlu dilakukan dalam upaya melakukan pencarian ilmu.
B. Kepemilikan Ilmu
Belajar atau menuntut ilmu merupakan langkah mulia yang patut dilakukan manusia dalam upaya mengekalkan kehidupan bangsa. Pencarian ilmu dalam upaya tersebut dapat dilakukan, sepanjang manusia menekuni ilmu yang benar dan dengan cara yang benar pula. Dalam wilayah keilmuan—merujuk pada pandangan Islam--terdapat dikotomi ilmu, yaitu ilmu yang baik atau ilmu terpuji dan ilmu yang jelek atau ilmu tercela. Ilmu yang baik merupakan ilmu untuk mewujudkan kebaikan dan kebahagiaan bagi umat manusia. Ilmu yang jelek merupakan ilmu yang menghasilkan keburukan atau kerusakan bagi umat manusia.
Dengan menekuni ilmu yang baik, seorang manusia akan dapat mengantisipasi kehidupan yang dijalaninya, baik kehidupan masa kini, maupun kehidupan masa yang akan datang. Dengan kata lain, pergulatan manusia dengan ilmu yang baik akan mengantarkannya pada keselamatan kehidupan, baik kehidupan di dunia, maupun kehidupan di akhirat.
Para pemikir serta ahli pendidikan telah cukup lama mengemukakan beberapa nasihat dan strategi yang harus dijalani oleh setiap pencari ilmu. Nasihat-nasihat yang dikemukakan oleh para ahli itu merupakan langkah strategis dan sistematis bagi setiap pembelajar agar dapat menguasai ilmu dengan baik demi kemaslahatan kehidupannya. Dengan demikian, di masa depan mereka diharapkan akan menjadi aktor utama dalam bidang keilmuan serta akan berperan aktif dalam membawa bangsa pada persaingan kehidupan dengan bangsa lainnya.
Berkenaan dengan kenyataan seperti dikemukakan di atas, di bawah ini dipaparkan beberapa pemikiran yang dapat dimanfaatkan oleh setiap orang dalam upaya pencarian ilmu. Pertama, bertakwalah kepada Allah dan ikhlaskanlah niat untuk melakukan pencarian ilmu. Kedua, berakhlaklah dengan akhlak yang mulia, yaitu cinta damai, tawadhu, sabar, rajin, bersungguh-sungguh, serta berjuang dengan sebaik-baiknya dalam melakukan proses pencarian ilmu. Ketiga, perbaiki hubungan kita dengan teman-teman dan hubungan kita dengan guru-guru yang menjadi mediator penyampaian ilmu. Keempat, tentukanlah target yang harus tercapai melalui proses pencarian ilmu. Kelima, tekunlah melaksanakan pembelajaran dan pergunakanlah perangkat teknologi modern sebagai alat bantu guna memudahkan pemahaman terhadap bidang ilmu yang dipelajari. Keenam, bergegas dan antusiaslah untuk selalu menghadiri pembelajaran. Ketujuh, berikan penyegaran pada jiwa kita dan perhatikan kondisi kesehatan. Kedelapan, berteman dan berkumpullah bersama orang-orang yang saleh. Kesembilan, percayalah pada diri sendiri. Kesepuluh, kurangi rasa takut kita pada saat menghadapi ujian atau ulangan.
Adalah sebuah kebahagiaan yang tak terhingga, ketika setiap langkah yang kita ayunkan, terutama langkah untuk menggali ilmu, mendapat ridlo dari Allah SWT. Dengan demikian, ilmu yang kita miliki memiliki multiguna, baik bermanfaat untuk kehidupan dunia maupun bermanfaat kehidupan akhirat kelak.
Bila dikaitkan dengan prinsip pendidikan seumur hidup, paparan tersebut tentunya bukan saja pegangan yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap pelajar, tetapi harus menjadi pedoman bagi seluruh masyarakat dalam upaya pencarian dan pemahaman keilmuan.
Hingga saat ini, fakta masih memperlihatkan bahwa konsep pendidikan seumur hidup merupakan sebuah slogan yang begitu mudah untuk diucapkan tetapi sulit diimplementasikan dalam diri bangsa ini. Belajar masih ditempatkan pada posisi sebagai kewajiban, belum ditempatkan pada posisi sebagai hak. Bahkan yang cukup memprihatinkan, belajar masih merupakan kewajiban mereka yang sedang mengenyam pendidikan. Bagi yang sudah dewasa, belajar sudah bukan bagian dari fase kehidupannya.
C. Penutup
Kepemilikan ilmu merupakan langkah penting dalam berkontribusi untuk turut serta memajukan peradaban bangsa ini. Dengan demikian, berbagai langkah perlu dilakukan oleh setiap orang dalam mencari ilmu sebagai bekal dalam menghadapi fenomena kehidupan yang diwarnai dengan ketatnya persaingan ini. Karena disadari ataupun tidak, kepemilikan ilmu oleh masyarakat suatu bangsa, menjadi modal dasar dan modal utama dalam memenangkan persaingan kehidupan bangsa di dunia ini.
Untuk mencapai pada kepemilikan ilmu tersebut perlu dilakukan dengan penerapan strategi tertentu, sehingga upaya tersebut dapat diraih dengan efektif dan efisien.
Pemahaman yang selama ini dipegang bahwa belajar dan mencari ilmu merupakan tugas yang emban oleh setiap orang yang tengah mengenyam pendidikan, harus disingkirkan jauh-jauh. Setiap orang harus mengubah mind set-nya. Mencari ilmu herus diposisikan sebagai hak semua semua orang, tanpa terkecuali. Konsep pendidikan seumur hidup bukanlah bagian kehidupan pada fase tertentu saja, tetapi menjadi langkah yang harus dilakukan dalam setiap fase kehidupan ini. –DasARSS.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
"Setiap orang harus mengubah mind set-nya. Mencari ilmu herus diposisikan sebagai hak semua semua orang, tanpa terkecuali' Saya setuju dengan yang ini
Terima kasih, Bu.
Mantap Pak! Belajar, belajar, dan belajar. Ilmu, akhlaq, dan hidup bermanfaat, perlu kita wujudkan. Htr nuhuuuun!
Sami-sami, Bu.
Ilmu yang bermanfaat takkan pernah berhenti, terus dan terus melangkah trimakasih ilmunya pak...
Sama-sama, Bu.
Long life education. Nuhun.
Long life education. Nuhun.
Hatur nuhun kana komentar ti sadayana. Alakadarna, mung kangge stimulus ka para guru di KBB.
Makin mantappp saja tulisannya...
Out of the box
Hatur nuhun Bapak, menginspirasi
Mohon maaf.1).Dalam pandangan islam itu di kotominya bukan ilmu yg baik dan buruk.sebab pada dasarnya ilmu itu bsik. Yg salah itu adalah penerapannya.Artinya ilmu tsb ada yg di pergunakan untuk kebaikan , adanya juga yg di pergunakan untuk kejahatan.2)Dalam poin 3..... dan kita dg gr yg menjadi mediator pencapaian ilmu.ini masih kurang menukik.Karena islam mengajarkan, bahwa jika kita ingin.memperokeh ilmu yg bernanfaat , salah syaratnya adalah hrs menghormati org yg memberi/ memfasilitasinya. Sebutannya bisa gr.bisa kiayi ajengan dsb
Hatur nuhun kana koreksina, Pa haji 1) Dikotomi itu mengacu pada referensi yang saya baca, yaitu Filsafat Ilmu, ada dikotomi keilmuan, yaitu ilmu timur dengan konsep keislaman sebagari representasinya dan ilmu barat dengan non-Islam sebagai representasinya. Karakter ilmu timur lebih mengarah pada kebermanfaatan terhadap dua dimensi yaitu kemanfaatan dunia dan akhirat, sedangkan ilmu barat memiliki kecenderungan pada dimensi keduniawian. 2) Dalam tulisan ini, guru tidak mengacu pada pemaknaan sempit, tetapi mengacu pada pemaknaan luas.
Sae p Dang. Kantenan upami di padukeun sareng " metode dan etika pengembangan ilmu perpestif sunnah " Karya DR.yusuf Qardlawi.dg pengantar DR.ir.h.a.m Saefuddin.
Punten... "Metode dan etika pengembangan ilmu perspektif sunnah".he he .manga lajengkeun supados rerencangan ka motivasi.nhn
Mantap,hampir sy tak percaya ada penulis yg berani seperti anda.bayangkan selama ini kotivasi menuntut ilmu didasarkan pada: " Tolabul ilmi faridotun ala kuli muslimin wal muslimat "( fardu= kewajiban) Alhadist. Zaman dahulu kala mungkin bisa diterima sebab tantangan hidup.dan jenis ilmu sangat sedikit .zaman sekarang sangat berbeda, mejcari ilmu itu memang hak,bukan sekedar jewajiban.
Ralat: kotivasi seharusnya motivasi