GURU HONORER BUTUH BAHAGIA

Menjadi guru honorer bagi sebagian guru menjadi sesuatu yang menyedihkan. Bagaimana tidak? Gaji yang diterima tidak imbang dengan kebutuhan sehari-hari. Aku juga tidak munafik akan hal ini, karena pernah mengalaminya. Jadi berapapun gaji yang diterima aku terima dengan ikhlas, meski kadang Ibu yang jadi sasaran. Tapi disini Aku tidak akan membahas tentang gaji, karena seluruh dunia tahu bahwa gaji guru honorer terutama di daerah masih jauh dari kata cukup. Makanya disini Aku ingin mengubah mindset guru honorer, bahwa bersyukur tentang apa yang kita jalani saat ini itu penting.

Menjadi guru itu impianku, makanya aku berusaha semaksimal mungkin untuk menjalaninya dengan ikhlas dan niatkan untuk mengabdi. Karena hanya dengan cara itu kita bisa menjalaninya dengan enjoy, meski terkadang sulit sekali dilakukan. Tapi sebagai guru, aku harus banyak cara untuk mengatasi setiap kesulitan. Salah satunya dengan menjadi team akademik dan pembuat soal di Jakarta. aku memiliki peran ganda, ya sebagai guru dan juga sebagai freelancer pembuat soal di Jakarta. Setiap hari sabtu, aku pergi ke Jakarta untuk membuat soal, jawab soal dan bahkan pernah mendapat tawaran membimbing anak-anak di Cilodong tepatnya di Rumah Pintar.

Sejak kerja frelance (feb 2009), aku banyak tawaran salah satunya mengisi training guru di 3 kota di Indonesia. yaitu, Meulaboh dan Calang (okt 2009), Samarinda (juli 2011) dan Makassar (sep 2011). Aku sangat bahagia bisa berbagi ilmu dengan guru-guru yang ada disana, padahal statusku sebagai guru honorer kala itu. Aku bisa menikmati indahnya mesjid Raya Aceh, kekuasaan Allah tentang terdamparnya kapal apung di Aceh, Sungai Mahakam, Masjid Islamic Center di Samarinda, Pesona Wisata Bantimurung, pulau gusso, bisa merasakan naik pesawat terbang dan banyak ragam budaya yang bisa dijadikan pembelajaran. Inilah cara yang Allah berikan padaku, saat terpuruk dengan gaji yang minim Allah beri kebahagiaan yang tak terduga melalui rizqi-Nya.

#Penulis adalah peserta sagusabu Cianjur