DALIA HALMAHERA

Menulis bukanlah hobinya, namun saat pertama kenal SaguSabu Cianjur ia mulai teryarik untuk menulis dan menularkan virus menulis pada setiap orang yang di...

Selengkapnya
Navigasi Web
Uji Nyali di Desa Mayak

Uji Nyali di Desa Mayak

#TantanganGurusiana

#tantangan gurusiana hari ke-3

Uji Nyali di Desa Mayak

Desa Mayak merupakan desa yang terkena dampak banjir bandang terparah di Kab. Lebak Banten. Sekitar 85% rumah rusak berat, ambruk dan bahkan hanyut.

Desa ini berada di tengah-tengah sungai, jadi wajar jika dampak yang ditimbulkan cukup parah.

SMPN 2 Curugbitung, merupakan sekolah negeri di Lebak Banten yang berbatasan dengan Desa Tarisi Kec. Jasinga dipisahkan oleh sebuah jembatan. Dari jembatan sekitar 5 km menuju sekolahnya. Siswa yang sekolah di sini kebanyakan berasal dari Desa Mayak, jadi saat kejadian banjir bandang ada 60 siswa nya yang terkena dampak. Salah satunya Martin, siswa SMPN 2 Curugbitung yang harus mengikhlaskan rumah beserta isinya hanyut terbawa arus. Tapi salutku pada Martin, dalam duka yang dalam Ia tetap ke sekolah meski dengan baju seadanya dan sandal jepitnya. Itulah cerita yang ku dengar dari gurunya bahkan ada siswa yang tidak memakai alas kaki ke sekolah karena semuanya hanyut. Dari cerita itu saya jadi tersentuh dan ketika bunda Edit memberitahu ada transfer lagi 5 juta dari pak haji Ihsan, saya pun mengusulkan bagaimana kalau kita bantu siswa di SMPN 2 Curugbitung? Kebetulan salah satu gurunya adalah penulis dari MediaGuru. Bunda Edit pun setuju dan saya pun membelanjakan uang itu untuk membeli keperluan ATK, Tas (62), seragam (7 stel) dan 7 pasang sepatu untuk siswa yang terdampak cukup parah dan rumahnya hanyut. Setelah tiba di rumah, saya baru terpikirkan bagaimana cara membawanya? Sedangkan tangan saya hanya dua, tidak bisa membawa semuanya dalam waktu bersamaan. Akhirnya saya pun menyewa mobil dari Tanjung Priok menuju SMPN 2 Curugbitung dengan ditemani adek ipar.

Rabu pagi, 8 Januari 2020, saya menyerahkan bantuan dari para donatur MediaGuru menuju SMPN 2 Curugbitung. Dari rumah, saya berangkat pukul 5.30, tiba di Desa Tarisi pukul 07.00. Karena jembatannya miring, jadi mobil tidak bisa sampai ke depan sekolah. Terpaksa mobil ditinggal di pekarangan warga, saya dan adek ipar dianter pakai motor menuju sekolah. Sedangkan sopir memilih untuk tetap di mobilnya.

Jalan menuju sekolah cukup licin dan terjal tapi akhirnya saya pun tiba di lokasi. Setelah istirahat sebentar, saya pun menyerahkan bantuan dari MediaGuru kepada wakasek karena waktu penyerahan Kepala Sekolahnya masih dalam perjalanan dan secara simbolis penyerahan ATK pada siswa.

Setelah Kepala Sekolah tiba, saya disambut baik oleh beliau dan beliau mengumpulkan siswa yang terkena dampak di lapangan upacara. Setelah sambutan dari beliau, saya pun di minta memberi sambutan kepada semua siswa dan dewan guru. Sekaligus memberi motivasi kepada siswa yang terdampak agar tetap semangat meski dalam duka. Setwlah sambutan, saya pun diberi kesempatan memberikan bantuan secara simbolis terutama pada ke-7 siswa yang terdampak paling parah. Ada rasa haru yang mendalam, saat Martin maju ke depan untuk menerima bantuan. Martin ini rumahnya hanyut beserta isinya dan hanya bisa menyelamatkan diri dari terjangan banjir. Setelah selesai, saya pun di ajak ke lokasi banjir bandang di desa Mayak.

Dengan mengendarai motor, saya dan guru SMPN 2 CurugBitung menuju lokasi. Perjalanan menuju lokasi cukup berat. Bagaimana tidak? Kami harus melewati hutan, sawah yang jalanannya sangat licin dan menyusuri pinggiran sungai yang licin. Jika tidak hati-hati, maka kita akan tergelincir dan nyemplung ke sungai yang lumayan besar. Pokoknya perjalanan yang sangat memacu adrenalin. Kami pun tiba di rumah warga yang hampir semua rumahnya rusak, ambruk dan hanyut. Rasanya hati ini teriris, saat melihat seorang nenek yang usianya sudah senja sedang membersihkan tikarnya yang sudah lusuh dan sebagian rumahnya rusak berat. Saya juga melihat seorang bapak yang salah satu anaknya sekolah di SMPN 2 CurugBitung yang sedang mencangkul pasir di rumahnya bekas banjir. dan sebagian masyarakat sedang membersihkan bekas banjir secara bergoyang royong.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah siswa lainnya, dengan melalui jalanan yang cukup licin. Sebelum melintas di jembatan, saya melihat beberapa anak kecil sedang bermain. Saya pun menghampiri mereka dan melakukan wawancara sebentar tentang banjir yang melanda rumahnya. Dengan gaya khas anak-anak yang selalu ceria, mereka pun bercerita tentang banjir yang melanda rumahnya. Ada yang kena dapurnya dan bahkan ada yang sebagian rumahnya rusak akibat banjir. Tapi namanya anak-anak, meski dalam duka mereka tetap ceria menikmati keadaan. Akhirnya saya pun memberikan uang jajan kepada mereka, setelah mengucapkan terima kasih, mereka berlalu dari pandangan.

Kami pun melanjutkan perjalan melintasi jembatan penghubung antara desa Mayak Lebak dengan desa Bagoang Jasinga Bogor menuju mobil yang di parkir di pekarangan warga dan kembali menuju Tanjung Priok.

Jakarta, 24 Januari 2020

Dalia Halmahera

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa. Penuh perjuangan ya, bunda.

24 Jan
Balas



search

New Post