#Tantangan Menulis Hari ke-70

Setiap kali aku lewat di hadapanmu. Tatapanmu seakan berkata, "Kemarilah, Nak. Aku ingin kau membeli daganganku. Hanya ini yang bisa kujual untuk penyambug hidup." Sayangnya langkah kakiku terlalu cepat bagi suaramu yang renta. Namun, kau tak pernah menyerah. Kalimat yang sama selalu kau ucapkan setiap kali aku melitas.

Usahamu tidaklah sia-sia. Aku bisa mendengar suaramu saat aku beerjalan sendiri. Tatapanmu penuh harap aku mendekatimu. Aku tertegun. Agak ragu mendekatimu. Kuliahat dikejauhan dagangan yang kau jual. Sepertinya bukan hasil kebunmu. Terlihat layu. Perlahan aku mendekati. "Ibu, tolong dibel daganganku. Memang tidak sesegar di pasar. Tapi ini akan sangat membantuku." Suaranya terdengarr sangat berharap. Aku mengangguk. Kubeli sayurannya yang sekiranya masih layak untuk kumasak. Wajahnya terlihat sumringah. Sejak saat itu, aku menjadi pelanggan tetapnya.

Hampir satu bulan aku tidak lagi melihatnya di pojok dekat sekolah. Aku bertanya-tanya dalam hati ke mana gerangan nenek itu. Tempatnya berjualan pun sudah tidak ada. Tanpa sengaja aku mendengar temanku bercerita ketika pulang sekolah. "Kasihan nenek ini. Meskipun sudah tua, dia tetap berjualan. Suaminya sakit-sakitan. Tidak bisa berjalan. Mereka hanya berdua." Aku masih mendengarkan cerita temanku. "Sekarang nenek itu sudah meninggal hampir sebulan ini." Teggorokanku tercekat. Ternyata ini jawabannya. Selamat jalan, nek. Semoga Allah menerima amal ibadahmu, doaku dalam hati.