Dani Hamdani

"Setiap Kali Bertambah Pengetahuanku, Semakin Aku Sadar Akan Kebodohanku."...

Selengkapnya
Navigasi Web
Karena Lelaki Kumal Itu Bukuku Tembus Penerbit Besar

Karena Lelaki Kumal Itu Bukuku Tembus Penerbit Besar

Di Pangkalan Ojek 16 tahun silam di awal-awal aku mengajar di SD, aku selalu nebeng tumpangan motor kepala sekolah. Tentu saja tujuannya untuk menghemat ongkos. Maklumlah, gaji yang kuterima sebagai guru honor saat itu hanya seratus ribu rupiah. Itu pun jika penerimaan uang SPP lancar. Jika tidak, honor yang kuterima pun fluktuatif seperti harga saham di lantai bursa. Memang, jumlah yang terlalu minimalis di tahun 2005. Padahal kala itu harga-harga kebutuhan pokok justru sedang asyik melambung tinggi ke angkasa dan tidak pernah turun lagi hingga kini. Untunglah waktu itu aku belum punya istri apalagi anak. Masih jomblo.

Setiap pagi aku harus berjalan kaki dulu sekitar satu kilometer ke ujung jembatan yang melintasi tol jagorawi tak jauh dari kampus Universitas Pakuan Bogor. Biasanya aku menunggu kepala sekolah lewat, di pangkalan ojek di ujung jembatan itu. Agar tidak bête menunggu, aku selalu menyempatkan ngobrol dulu dengan para tukang ojek yang mangkal di tempat itu karena kepala sekolah baru akan nongol jam setengah tujuh-an.

Suatu pagi saat aku sedang menunggu kepala sekolah lewat, tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran lelaki paruh baya dari bawah jembatan tol. Dia nampak tergesa-gesa lari menuju pangkalan ojek sambil tangannya menutupi sebagian keningnya dengan selembar kain. Awalnya aku mengira lelaki paruh baya itu akan naik ojek. Dugaanku meleset. Dia terluka! Kening yang ditutupi kain itu ternyata mengucurkan darah segar. Dia terlihat meringis menahan sakit. Tukang ojek yang biasa ngobrol ngalor-ngidul denganku hanya mengerumuninya sesaat tanpa berbuat banyak. “Mas, bisa tolong saya carikan dokter?” ratapnya sambil menoleh ke arahku.

Oh, ada tatapan penuh harap dari sorot matanya. Sejenak aku terdiam sambil mengamati laki-laki paruh baya itu seutuhnya. Wajahnya lusuh. Bajunya kumal tak terurus. Selembar kain usang terus dia tempelkan di keningnya yang tak berhenti mengalirkan darah. Aku iba!

“Bang, tolong tunjukkan di mana dokter terdekat?” pintaku pada salah satu tukang ojek. Dengan gesit dua tukang ojek menghampiriku dan langsung ngacir mengantarkanku dan lelaki itu ke tempat praktek dokter.

Tak terlalu lama aku pun sampai di dapan sebuah rumah yang cukup besar. Setelah kubayar ongkos kedua tukang ojek yang mengantarkanku, kami berdua pun minta izin masuk. Kebetulan di garasi rumah itu ada seorang perempuan yang sedang bersih-bersih. Mungkin pembantu si pemilik rumah. Setelah bertanya kepadaku seperlunya, perempuan ini mempersilahkanku menunggu sebentar. Tak sampai lima menit, dokter yang kutunggu pun keluar. Nampaknya pak dokter ini akan mandi atau mungkin baru bangun tidur karena kulihat dia memakai pakaian seadanya.

“Siapa yang sakit?” Tanya sang dokter kepadaku.

“Bapak ini, Dok. Tolong dilihat luka di keningnya!” Jawabku singkat. Lelaki paruh baya yang terluka itu pun disuruh melepaskan tangannya yang memegang selembar kain yang sudah memerah dengan darah. Dokter pun memeriksanya dengan seksama.

“Aduh, maaf, Pak, saya tidak bisa menolong bapak ini!” Ucap Pak Dokter.

“Lho, kenapa, Dok?” tanyaku sedikit heran.

“Urat arterinya putus. Coba bawa saja dulu ke puskesmas terdekat!”

Betapa kagetnya aku mendengar jawaban pak dokter. Urat arteri lelaki kumal itu putus. Dan dia tidak bisa menanganinya. Lho, kok bisa begitu? Apakah dokter ini tidak paham per-uratan sehingga dia malah menyuruhku ke puskesmas. Aku hanya menggerutu dalam hati. Asal tahu saja, sejak dokter ini keluar, memeriksa, dan menyuruhku pergi ke puskesmas, kami berdua hanya berdiri di garasi dan tidak dipersilahkan masuk. Dokter aneh.

Tanpa pikir panjang, aku segera nyuwun pamit dari rumah dokter itu. Kucegat angkot yang melintas dan kutanyakan puskesmas terdekat. Untunglah, puskesmas terdekat ternyata dilewati angkot sehingga tak sulit dicari. Sesampainya di sana, aku segera mengahampiri seorang perempuan yang duduk di ruang tunggu. Kutanyakan padanya apakah petugas puskesmas sudah datang. Lagi-lagi aku harus kecewa karena aparatur puskesmas belum ada yang datang satu pun.

Kulihat arlojiku menunjukkan pukul tujuh seperempat. Duh, terlambat sudah masuk kelas hari ini. Jemputan? Jangan ditanya. Kepala sekolah pasti sudah sampai sekolah dan sudah duduk manis di kursinya yang empuk.

“Pak, maaf, saya tidak bisa menemani sampai dokter puskesmas ini datang. Saya harus segera ke sekolah.” Pintaku sambil merogoh dompet yang kusimpan dalam tas.

“Ini ada uang limapuluh ribu. Ambil buat biaya berobat Bapak. Saya tidak bisa memberi banyak”. “Terimakasih banyak, Mas. Mas baik sekali. Semoga Allah membalas yang lebih dari ini.” Jawabnya sambil mengambil uang yang kuberikan dan ia ciumi tanganku dengan tanpa henti berucap terimaksih.

Kutinggalkan lelaki itu dengan sedikit perasaan cemas. Semoga saja dokter di puskesmas itu bisa menanganinya.

Pukul delapan lebih aku baru sampai di sekolah. Aku segera masuk ke ruang guru. Di sana sudah nampak kepala sekolahku duduk di singgasananya. Sementara guru-guru yang lain semuanya sudah berada di kelas masing-masing. Baru saja terlintas di benakku untuk segera menghampiri dan menjelaskan keterlambatanku hari itu, tiba-tiba kepala sekolahku mendahului memanggil, “Pak Dani, ke sini sebentar!”

Segera kupenuhi panggilan kepala sekolah. Dan betapa terkejutnya aku bahkan nyaris tak percaya saat kepala sekolahku mengeluarkan selembar UANG LIMA PULUH RIBU RUPIAH, sambil katanya, “Pak Dani, ini saya ada rezeki lebih. Ambilah!”

Antara percaya dan tidak, aku terima uang berwarna biru itu dengan tak henti-hentinya berucap syukur dalam hati. Ya, Allah belum sampai dua jam aku memberi uang dengan jumlah yang sama kepada lelaki yang terluka itu. Kini, Kau ganti uang itu cash. Bahkan kepala sekolah tak sempat bertanya sedikit pun soal keterlambatanku. Terimakasih Tuhan. Kau benar-benar Maha Tahu kalau uang yang kuberikan tadi itu untuk keperluanku seminggu ke depan. Betapa senangnya hati ini tatkala uang itu kini sudah cashback ke kantongku yang jarang terisi.

Tapi, tunggu dulu! Bukan maksud mau mengingkari nikmat. Rasanya ada sesuatu yang kurang. Kurang apa? Apakah Allah kurang baik kepadaku. Bukan, bukan itu! Allah sangat baik, tapi bukankah setiap kebaikan itu akan dibalas-Nya SEPULUH KALI LIPAT? Dan aku telah bersedekah 50 RIBU. Seharusnya kan diganti 500 RIBU. Berarti masih kurang 450 RIBU dong. Masa iya sih Allah menyalahi janjinya?

Dua minggu setelah kejadian itu ternyata Allah menjawab pertanyaanku. Suatu siang di ruang guru, sahabatku seorang kepala sekolah swasta di Depok mengajakku untuk MENULIS. Menulis apa? Buku pelajaran BAHASA SUNDA KELAS 1-6 yang akan diterbitkan oleh PENERBIT GANECA EXACT JAKARTA . Dan yang lebih mengembirakan, aku dibayar 5 JUTA untuk menyelesaikan naskah buku tersebut. Tentu saja aku tidak menolak tawaran ini. Kini, terbayar sudah yang 450 RIBU karena Dia telah mengganti uang yang kuberikan. Bahkan dengan kekayaan-Nya yang tiada batas, Dia malah memberi bonus menjadi 100 x lipat. Lebih dari itu, sampai hari ini aku tetap berhak atas ROYALTI dari hasil penjualan buku tersebut yang diberikan penerbit setahun sekali. ***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah. Tulisan yang amat menyentuh Pak Dani. Sukses sll.

17 Mar
Balas

Alhamdulillah. Terharu, jadi sedih tapi ikut bangga. Pelajaran yang berharga

26 Jan
Balas

Terimakasih Bu Ros telah berkenan cerita saya. Cukup teteskan air mata saja. Jangan meneteskan darah seperti Pak Tua Kumal itu. Salam kenal. Salam persahabatan.

26 Jan

Salam juga. Sama sama orang Bogor ya

27 Jan

Luar biasa cerita yang mengharukan,begitulah kalau Allah berkehendak, kun payakun..

26 Jan
Balas

Alhamdulillah..Allah akan membalas kebaikan sesuai cara yg dikehendakinya. Salam kenal dari Bogor

26 Jan

Salam juga dari Sungai Pakning Bengkalis

26 Jan
Balas

Sukses selalu..

04 Feb



search

New Post