Ketika Ujian Dianggap Beban
Siang ini di sela-sela sesi siang, di tengah hiruk-pikuk persiapan ujian tulis lokal (UTL) nanti malam. Saya ingin menulis sesuatu yang sebenarnya bertujuan untuk menenangkan diri sendiri dari rasa grogi.
Mendengar kata "Ujian", maka hal pertama yang telintas dalam benak kita adalah setumpuk materi yang harus disiapkan dan dipelajari, serta bayang-bayang hasil buruk yang mungkin saja didapat. Setidaknya hal tersebut yang pernah kita rasakan dulu saat masih berada di bangku sekolah atau kuliah. Mungkin itu pula yang dirasakan oleh anak didik kita saat ini setiap kali menjelang ujian atau ulangan.
Kita sekarang? sepertinta tak jauh berubah. Meski pengalaman sudah banyak dilalui, materi manajemen psikologi pernah didapat saat perkuliahan dan pelatihan. Namun, tetap saja perasaan-perasaan tersebut masih menempel erat dalam diri kita. Kenapa?
Ujian sendiri menurut KBBI merupakan kata nomina yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu (kepandaian, kemampuan, hasil belajar, dan sebagainya). Nah, mengapa kita selalu punya rasa khawatir menjelang ujian? Sebenarnya rasa khawatir itu normal. Apalagi akan sangat bermanfaat ketika mampu menjadikan rasa khawatir sebagai motivasi untuk bersiap diri menghadapi ujian. Akan berefek begatif ketika rasa khawatir malah menjadi rasa paling dominan saat persiapan. Hal yang mungkin timbul adalah rasa tidak percaya diri, tidak mampu konsentrasi, bahkan dapat menyebabkan terjadinya hal-hal negatif yang justru dapat merugikan diri kita sendiri. Tengok saja peristiwa lalu, karena tidak percaya diri menghadapi UMPTN (sekarang SBMPTN) ada oknum calon mahasiswa menyewa joki untuk mengikuti seleksi. Ada juga kasus kecurangan saat ujian nasional dengan munculnya praktik jual beli kunci jawaban oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Sebenarnya ujian biasa saja dalam kehidupan manusia. Setiap saat kita diuji, setiap waktu kita harus bersiap diri menghadapi ujian. Karena sejatinya manusia jika ingin meningkatkan kualitas diri, ya harus melewati ujian.
Kekhawatiran berlebih hanya representasi dari ketidakpercaan diri saja. Karena setiap orang dalam satu komunitas sama, berkembang dengan tempaan sama, sejatinya memiliki kesiapan yang relatif sama pula dalam menghadapi ujian. Karena pada akhirnya mental ingin majulah yang menjadi pembeda.
Percaya dirilah dalam menghadapi ujian, karena bagaimana pun kita telah berusaha belajar dan berdoa kepada Tuhan dengan maksimal. Semoga hasil ujian nanti malam dan berikutnya meraih hasil yang baik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
lebih baik ujian yang sering kita lakukan di sekolah di buat variasi dengan cara ujian berbasis proyek, mereka disuruh membuat proyek dan hasilnya di persentasikan
iya, guru dituntut lebih kreatif. Selain itu, guru dan orang tua juga harus memberikan motivasi yg tepat agar anak bersikap yang tepat saat menghadapi ulangan atau ujian