SEUMPAMA POHON PISANG
Melalui waktu yang trus berlari
Tiada pandang mentari ataupun rembulan
Tak pedulikan terik siang dan gelap malam
Ada gegap gempita juga sedih merintih
Ada gemerlap bintang juga rintik hujan
Semua terlewat bak debu tersapu sang bayu
#
Kini raga tak lagi sekokoh baja
Tatap mata tak lagi sebening telaga
Mendengar pun tak lagi seindah syair pujangga
Bahkan kerlip cahaya putih menghias mahkota
Garis di kulit pun mulai tampak nyata
Pertanda usia tlah menjelang senja
#
Namun apa yang dibawa
Apa senjata yang diguna
Jika tak ada hasrat tuk tebar kebajikan
Buka jalan tuk titian sehelai rambut manusia
Gapai pintu terbaik milik Sang Penguasa
Rengkuh alam yang tentram penuh sukacita
#
Menitilah di jalan suci meski berdebu
Sebarkan kuman kebajikan tak hanya satu
Agar kelak beribu amalan kan membantu
Bebaskan kita dari siksa yang membelenggu
Sisakan doa dari sanak kerabat yang ingat slalu
Seumpama pohon pisang tegak di tanah berbatu
Hidup sekali hiduplah yang berarti tuk sesamamu
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereen pake banget
Terima kasih apresiasinya bu Elvia.Salam literasi.
Kereeeen Bu
Terima kasih sudah mampir bunda..Salam literasi.