Telah 27 hari umat muslim menjalankan ibadah puasa Ramadhan, nuansa Idul Fitri pun mulai terasa. Di berbagai tempat perbelanjaan dipadati pembeli, jalan raya tak pernah sepi dari pagi hingga malam, seioah berebut agar kebagian jatah jalan. Mall, toko baju, toko makanan, meski tak berdesakan, namun terlihat penuh. Sepertinya hampir semua ingin segera berlebaran, namun saya tak seperti itu. Di setiap kali minggu akhir Ramadhan tiba, yang terasa adalah bayangan keletihan dan kerepotan saat perayaan Idul Fitri. Rutinitas yang saya alami semenjak menikah. Hal itu membuat saya terkadang terbersit rasa malas untuk menyambut Idul Fitri. Mungkin agak aneh terdengar, tapi begitulah. Ada beberapa hal yang membuat saya merasa seperti itu, pertama, biasanya kerja masih masuk hingga H-5, sehingga waktu yang saya punya untuk persiapan menyambut Lebaran tak banyak. Itu membuat saya seperti terburu dan menumpuk beban pekerjaan menjelang Lebaran. Kedua, saya tak bisa mudik saat Lebaran karena harus Open House di rumah, padahal yang paling meriah adalah saat berlebaran bersama keluarga besar, dan saya selalu saja tak ada. Ketiga, di saat orang lain disibukkan dengan bersilaturahim dari satu pintu ke pintu yang lain, saya hanya berada di rumah saja menyambut tetamu yang datang bersilaturahim, meski usia saya terbilang belum terlalu tua. Keempat, di saat orang lain bisa menikmati sisa libur lebaran sebelum masuk kerja kembali, mungkin dengan berwisata atau sekedar rehat di rumah, saya masih tetap disibukkan dengan tetamu yang datang silih berganti datang ke rumah. Apakah saya bersedih? Tentu saja tidak, saya tetap menikmati rutinitas berlebaran meski tak seperti yang lainnya.