Sejak mengikuti pelatihan SaguSabu yang diselenggarakan oleh IGI Jakarta, menulis menjadi rutinitas harian yang tak pernah saya tinggalkan. Mulai tanggal 12 Februari hingga tanggal 6 Mei tak putus menulis, maksud hati ingin meneguhkan hati mengikuti tantangan untuk menulis setiap hari. Apa saja yang tertulis dan terunggah di Gurusiana, mulai dari cerpen, puisi, pentigraf, kolom, hingga opini pribadi, menjadi keasikan tersendiri untuk menuangkan daya imajinasi dan kreatifitas fikir serta melenturkan jemari pada keyboard telpon genggam. Tak dipungkiri bahwa menulis makin lama makin mengasikkan buat saya karena di situ lah saya bisa mencurahkan isi fikiran dan hati secara diam-diam, tak terlalu vulgar. Namun rutinitas tersebut terputus pada 7 Mei gegara di hari itu banyak sekali yang harus diselesaikan, masih seputar tulis menulis juga, akan tetapi bukan di Gurusiana. Di hari itu saya harus menyelesaikan revisi akhir lay out calon buku antologi kawan-kawan guru MAN 2 Ponorogo yang sesuai planning akan segera naik cetak sebelum Hari Raya Idul Fitri. Di hari yang sama saya juga harus menyelesaikan revisi proposal skripsi saya yang telah ditunggu oleh pembimbing karena akan segera di uji komprehensifkan. Di hari tersebut juga saya diminta menyusun run down acara tasyakuran pernikahan keponakan yang akan menikah sebentar lagi, dan rincian acara diperlukan segera untuk menata segala sesuatunya. Jadilah seharian penuh berada di sepan laptop, hingga tulisan yang telah saya siapkan terlupa untuk diunggah di Gurusiana. Baru teringat saat menjelang sahur, he he. Ternyata pengalaman tersebut bukan saya saja yang mengalaminya, namun ada beberapa teman Gurusianer yang memiliki pengalaman yang sama. Di situ lah saya merasa seperti orang yang tertinggal kereta padahal sudah membeli tiket. Ada rasa enggan untuk memulai kembali, namun jemari saya yang terlanjur akrab dengan Gurusiana seolah menarik hasrat saya untuk kembali menuliskan apapun yang terbersit di benak dan fikiran saya. Selamat datang kembali menulis.