DARIMIS

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
ALAM TAKAMBANG JADI GURU

ALAM TAKAMBANG JADI GURU

Aljimatu minal sukses

Walketahuan minal mampus

Seloroh di atas beberapa kali terdengar dari peserta didik saya. Semudah itukah untuk sukses? Pertanyaan tersebut selalu menggema dalam pikiran saya. Saya tidak tahu apakah kalimat itu diucapkan serius atau bentuk candaan tuk menghibur diri...entahlah?.

Kalimat yang sama pernah juga saya dengar ketika kuliah dulu, tetapi tidak digubris. menurut saya, mengandalkan "jimat" atau kertas kecil dalam ujian merupakan bentuk kebodohan yang paling bodoh. Di samping mendustai diri, juga mengkianati hati nurani. Hanya orang-orang jahil yang berbuat curang, jadi pecundang. Padahal jika ketahuan resikonya fatal.

Meraih sukses memang perlu strategi, tetapi strategi yang digunakan mesti cerdas penuh spiritualitas. Tidak mesti menabrak aturan atau norma yang berlaku untuk terlihat bermutu (bukan bermuka tua maksudnya). Sukses bukan sekedar deretan angka, tetapi jauh dari itu membuat kepala, hati, dan tindakan kita semakin tercerahkan, hingga kita kian berarati di sisi Ilahi."

Bagi saya belajar bukan sekadar untuk menjadi (learning to be) tetapi jauh lebih agung adalah belajar untuk belajar (learning to learn), belajar untuk makin percaya pada Pencipta (learning to believe in god).

Salah satu cara belajar untuk belajar menurut saya adalah belajar dari semesta, atau belajar dari alam. Bukankah belajar dari alam salah satu perintah iqra' (bacalah) untuk memahami ayat-ayat Allah, tidak saja ayat-ayat qauliyah juga tercakup ayat-ayat kauniyah.

Sejalan dengan itu, "Alam takambang jadi guru" (alam terkembang jadi guru) menjadi filosofii penting bagi masyarakat Minangkabau untuk belajar dari alam. Alam bagi masyarakat Minangkabau mempunyai kedudukan sangat signifikan. Falsafah hidup mengkiaskan segala sesuatu kepada alam nyata. Kemudian mengambil iktibar kepada ketentuan alam tersebut.

Orang Minangkabau sensitif terhadap alam. Apa yang dilihat, dialami, dan dihadapi, dihubungkan dengan alam, sehingga alam dijadikan guru. Kira-kira "Back to nature" ala Minangkabau seperti itu. Hal ini tercantum dalam pantun"

"Panakiak pisau sirawik, (penggores pisau si raut)

ambiak galah batang lintabuang, (ambil penggalan batang lintabung)

silodang ambiak ka niru. (Silodang ambil ke niru)

Satitik jadikan lawik, (setitik jadikan laut)

sakapa jadikan gunuang, (sekepal jadikan gunung)

Alam takambang jadi guru."(alam terkembang jadi guru)

Pantun di atas mendeskripsikan berbagai fenomena alam yang dapat dilihat oleh mata, di dengar oleh telinga, dirasakan oleh hati. Menjadi sumber pelajaran yang amat sangat berharga sekaligus menjadi menjadi mata air inspirasi untuk berbuat yang terbaik.

Pelajaran yang bersumber dari alam kadang tergambar dalam pernyataan langsung, namun ada juga secara tidak langsung tersimpan dalam petatah, petitih, mamangan, pantun, rurindam, seloka, kias, peribahasa, petuah dan sebagainya.

Jadi, alam bukan saja tempat hidup dan kehidupan bagi manusia. Lebih dari itu alam menjadi sumber berbagai filosofi full manfaat untuk menjadikan hidup lebih hidup, yang bermakna lebih berharga. Yuk... belajar dari alam...!

Batusangkar, 04 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post